Sifat Dermawan
إِنَّ اللهَ
كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكُرَمَاءَ
"Sesungguhnya Allah I Maha Pemurah menyukai
orang-orang yang pemurah".
Di antara sifat
karam dan berkorban ada ikatan yang kokoh dan hubungan yang kuat.
Mujahid (pejuang) memberikan jiwanya –dan ini adalah puncak sifat pemurah-
dan orang yang membebaskan diri dari syahwat harta, mengulurkan tangannya di
pintu-pintu kebaikan, terkadang lebih mampu berjihad karena sifat karam
(pemurah) menanamkan di dalam jiwanya pengertian berkorban dan mengutamakan
orang lain.
Dan karena sifat pemurah memiliki ruang
lingkup yang disyari'atkan, maka sesungguhnya memberikan harta di jalur yang
lain terkadang tidak termasuk sifat karam, karena itulah Ibnu Hajar rahimahullah
berkata: 'Jud di dalam syara' adalah memberikan yang mesti diberikan
kepada orang yang mesti diberikan, dan ia lebih umum dari pada sedakah.'[1] Dan
anonimnya adalah syuhh (kikir, pelit) yang berarti bakhil ditambah sifat
rakus.
Orang yang pemurah pasti memiliki
tawakal yang kuat, zuhud yang mantap, serta keyakinan yang kokoh. Karena itulah
sesungguhnya sifat karam terkait dengan iman, secara lahir adalah tangan
yang mulia dan pendorongnya adalah jiwa yang pemurah. Rasulullah r menggambarkan seorang
mukmin dengan sabdanya:
اَلْمُؤْمِنُ غرٌُّ كَرِيْمٌ
وَالْفَاسِقُ خَبٌّ لَئِيْمٌ
"Seorang
mukmin adalah orang yang mulia lagi pemurah dan orang fasik adalah penipu yang
tercela."[2]
Dan dalam hadits yang
lain:
وَلاَيَجْتَمِعُ
الشٌّحُّ وَاْلإِيْمَانُ فِى قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا
"Tidak pernah berkumpul sifat
bakhil dan iman di hati seorang hamba."[3]
Gambaran karam yang paling agung
adalah yang disertai fakir dan kebutuhan serta sedikitnya yang ada di tangan.
Ini adalah akhlak bangsa arab di masa jahiliyah dan orang yang beriman lebih
utama dengannya.
Diriwayatkan bahwa Asma` binti Abu Bakar radhiyallahu
'anhuma, ia berkata kepada Rasulullah r, 'Sesungguhnya aku
tidak memiliki sesuatu selain yang dimasukkan kepada Zubair t, apakah aku
memberikan? Beliau r bersabda:
نَعَمْ, لاَ
تُوْكِي فَيُوْكَى عَلَيْكَ
'Ya,
janganlah engkau menyimpan maka terputuslah sumber rizqi darimu."[4]
Sekalipun sumber
pemasukannya sangat sedikit, beliau r menyarankan kepadanya
agar tetap memberi dan tidak menghitung supaya diberi berkah dalam rizqi dan
untuk tambahan tawakal.
Pada suatu hari, sepotong daging dibawa
kepada Rasulullah r. Tahukah kamu dari
siapakah ia? Ia berasal dari Barirah yang fakir dan dari sedakah yang diberikan
kepadanya: 'Ia r bertanya, 'Apakah
ini? Mereka menjawab, 'Sesuatu yang disedakahkan kepada Barirah. Beliau r bersabda, 'Ia
(daging) adalah sedakah baginya dan hadiah untuk kita.'[5] Sungguh
salah seorang dari mereka tidak memiliki apa-apa selain makanan untuk satu hari
dan dia seorang yang pemurah. Dan ketika Rasulullah r ditanya: 'Sedakah
apakah yang paling utama? Beliau r menjawab, 'Sekadar
yang dipikulnya saat sedikit harta.'[6]
Sesungguhnya agama kita dengan tujuannya yang
agung membutuhkan jiwa pemurah yang kebaikannya melimpah kepada kerabatnya dan
tercurahkan pada persiapan dan jihad:
أَفْضَلُ
دِيْنَار:ٍ دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى عِيَالِهِ وَدِيْنَارٌ
يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى دَابَّتِهِ فِى سَبِيْلِ اللهِ وَدِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ
الرَّجُلُ عَلَى أَصْحَابِهِ فِى سَبِيْلِ اللهِ
"Dinar (uang, harta) yang paling
utama adalah yang diinfakkan seseorang untuk keluarganya, dinar yang diinfakkan
untuk tunggangannya fi sabilillah (di jalan Allah I), dan dinar yang
diinfakkan seseorang untuk para sahabatnya fi sabilillah (di jalan Allah I).[7]
Terkadang datang angin sifat pemurah
dari orang yang sudah kehilangan harapan terhadap dunia saat kematian sudah
mendekatinya. Akan tetapi pemurah yang hakiki adalah untuk orang yang mempunyai
kekuatan badan, panjang cita-cita, dan
pendorong sifat tamak meliputinya dari segala penjuru. Karena itulah, saat
Rasulullah r ditanya: Sedakah
apakah yang paling besar pahalanya? Beliau bersabda:
أَنْ تَصَدَّقَ
وَأَنْتَ صَحِيْحٌ شَحِيْحٌ تَخْشَ الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى
'Bahwa engkau
bersedakah, sedangkan engkau dalam kondisi sehat, pelit (terhadap harta), takut
miskin, dan mengharapkan kaya…'[8]
Ibnu Hajar rahimahullah berkata: 'Tatkala
mujahadah jiwa untuk mengeluarkan harta serta adanya penghalang pelit/kikir
menunjukkan benarnya tujuan dan kuatnya keinginan dalam ibadah, ia menjadi
lebih utama dari yang lainnya. Dan bukanlah tujuannya bahwa sifat kikir itu
merupakan sebab keutamaan ini.[9]
Di antara
sifat istimewa bagi orang yang tertanam padanya sifat karam, bahwa ia
tidak menolak seseorang yang meminta kepadanya. Inilah keadaan Rasulullah r: 'Tidak pernah beliau r diminta …tentang sesuatu lalu beliau r bersabda: 'Tidak.'[10]
Sehingga ketika beliau diberi hadiah burdah (pakaian) yang beliau r membutuhkannya, seorang sahabat melihatnya dan berkata,
'Wahai Rasulullah, alangkah bagusnya (pakaian) ini maka berikanlah kepadaku.'
Beliau bersabda, 'Ya.' Maka para sahabat mencelanya seraya berkata:
'Beliau r mengambilnya karena membutuhkannya, kemudian engkau
memintanya, dan engkau sudah mengetahui bahwa beliau r tidak pernah diminta sesuatu lalu menolaknya.' Ia menjawab,
'Aku mengharapkan berkahnya ketika Rasulullah r pernah memakainya, semoga aku dikafani padanya."[11]
Karam
termasuk sifat Rabb I, Rasulullah r
bersabda:
إِنَّ رَبَّكُمْ
حَيِيٌ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِيْ مِنْ عَبْدِهِ أَنْ يَرْفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ
فَيَرُدّهُمَا صِفْرًا (أَوْ قَالَ خَائِبَيْنِ)
'Sesungguhnya
Allah I Maha Hidup lagi Maha Pemurah, merasa malu kepada
hamba-Nya bahwa ia mengangkat dua tangannya kepada-Nya lalu ia mengembalikannya
kosong.' (atau dia r berkata: 'merugi).[12] Dan hamba-hamba Allah I yang shalih dihalangi rasa malu dan pemurah untuk
menolak kebutuhan hamba.
Di antara
kewajiban sifat karam adalah melayani orang yang mulia/pemurah
sebagaimana layaknya, seperti dalam hadits:
إِذَا أَتَاكُمْ
كَرِيْمُ قَوْمٍ فَأَكْرِمُوْهُمْ
'Apabila
datang kepadamu orang yang pemurah/mulia dari suatu kaum maka muliakanlah dia.'
Rasulullah r
mendorong untuk menjamu tamu –sebagai bukti nyata sifat karam– dengan
menggerakkan perasaan keimanan:
مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
"Barangsiapa
yang beriman kepada Allah I
dan hari akhir maka muliakanlah tamu."[13]
Dan siapa yang materi sudah menguasai jiwa dan hatinya,
ia menjadikannya menghitung dan menghalanginya dari sifat karam untuk
membiarkan yang ada di saku, maka tidak kebaikan padanya, Rasulullah r bersabda:
لاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَيَضِبْفُ
"Tidak
ada kebaikan bagi orang yang tidak memberikan jamuan.[14]
Secara fitrah, manusia tidak menyukai orang yang pelit,
dan apabila tidak terwujud rasa cinta niscaya tidak terbuka hati untuk menerima. Diriwayatkan dalam pengertian ini: 'Orang
yang pemurah dekat dengan Allah I, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari
neraka, dan orang yang kikir/pelit jauh dari Allah I, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan
neraka. Orang jahil yang pemurah lebih dicintai Allah I dari pada 'abid (ahli ibadah) yang pelit.'[15]
Di antara
yang menolong seseorang untuk memperoleh sifat karam dan menanamkannya
di dalam jiwanya bahwa ia menghadirkan sifat Rabb-nya I:
إِنَّ اللهَ
جَوَّادٌ يُحِبُّ الْجُوْدَ وَيُحِبُّ مَعَالِى اْلأَخْلاَقِ وَيَكْرَهُ
سَفْسَافَهَا
"Sesungguhnya
Allah I Maha Pemurah menyukai sifat pemurah dan menyukai akhlak
yang tinggi serta membenci akhlak yang rendah."[16]
Siapakah yang tidak ingin menjadi seperti yang dicintai
Allah I?
Sesungguhnya dalam
merenungkan kehidupan sehari-hari rasul panutan r bisa mencerahkan pengertian jud dan karam
di hati pengikut yang mencintai. Disebutkan dalam hadits:
كَانَ النَّبِيُّ
صلى الله عليه وسلم أَحْسَنَ النَّاسِ وَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَأَشْجَعَ النَّاسِ
"Nabi
r adalah manusia paling baik, paling pemurah, lagi paling
berani."[17]
Sifat pemurah Nabi r ini menjadi penyebab beriman dan cintanya kebanyakan
orang, dan penghormatan musuh dan teman. Tidak adalah bagi para pemikul dakwah
kecuali bahwa dunia lebih hina dalam pandangan mata mereka agar melimpah
dengannya tangan mereka dan merata kebaikan dari sekeliling mereka.
Syetan
punya peran besar di hati orang yang pelit lagi kikir. Karena itulah
disyari'atkan kepada kita agar berlindung kepada Allah I dari sifat-sifat syetan ini. Rasulullah r berlindung setiap kali setelah shalat:
اللّهُمَّ إِنِّي
أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ
"Ya
Allah, aku berlindung kepadamu dari sifat bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari
sifat penakut…"[18]
Apabila
umat telah kehilangan sifat pemurah dengan harta dan jiwa niscaya ia telah
berjalan menuju kebinasaan, berdasarkan yang disebutkan dalam hadits:
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ
فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ: أَمَرَهُمْ بِاْلبُخْلِ
فَبَخلوُاْ وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيْعَةِ فَقَطَعُوْا وَأَمَرَهُمْ باِلْفُجُوْرِ
فَفَجَرُوْا
"Jauhilah
sifat kikir, sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kamu dengan sifat
kikir: ia (sifat kikir) menyuruh mereka bersifat kikir maka mereka kikir dan
menyuruh mereka memutuskan silaturrahim maka mereka memutuskan silaturrahim
serta menyuruh mereka berbuat fasik maka mereka berbuat fasik."[19]
Rasulullah r memperingatkan diantara sifat seburuk-buruk manusia di
akhir zaman, dan di antara sifat mereka adalah kikir:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ
وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيلْقَى الشُّحّ وَيَكْثُرُالْهَرَجُ
"Zaman
semakin mendekat, berkurang amal, dicampakkan sifat pelit dan banyak peperangan…"[20]
Karena karam adalah sifat hati yang tercermin
dalam perilaku, sesungguhnya orang yang sakit dengan sifat kikir adalah orang
yang ada penyakit di hati, sifat pelitnya membuat dia duduk dari membangun,
membuat dia mengambil dan tidak memberi, adakah keburukan setelah itu? Karena
itulah Rasulullah r bersabda:
"Seburuk-buruk yang ada pada laki-laki adalah
pelit yang sangat dan penakut yang berlebihan."[21]
Dan Rasulullah r
menyebutkan beberapa hal yang membinasakan, di antaranya: 'Menyekutukan
Allah I, kikir, …'[22]
Generasi
pertama memiliki karakteristik dengan sifat zuhud dan keyakinan lalu naik. Maka
apakah sunnah kejatuhan itu? Nabi r
bersabda: 'Baiknya generasi pertama umat ini dengan sifat zuhud dan keyakinan
dan binasa generasi terakhirnya dengan sifat kikir dan angan-angan."[23] Menahan
tangan dan tidak memberi, kemudian setelah semua itu membangun mimpi besar dan
angan-angan yang memanjang, itulah kebinasaan di dunia, apakah kita sudah
menjadi seperti itu?
Adapun di
akhirat, maka sesungguhnya orang yang menyimpan harta tanpa menunaikan hak
Allah I padanya, digambarkan harta itu baginya di hari
kiamat seperti: 'Ular tua yang
berlari pemiliknya darinya dan ia (ular) terus mengikutinya serta berkata
kepadanya: Inilah simpananmu yang kamu pelit dengannya…'[24]
Ringkasan:
-
Pengikat di antara sifat karam
dan berkurban.
-
Ikatan sifar karam dengan
iman.
-
Di antara karam terbesar
adalah pemurahnya orang yang fakir dan yang tidak punya.
-
Jihad tidak terjadi kecuali dengan
sifat karam.
-
Karam
yang sesungguhnya adalah diserta adanya dorongan sifat tama'.
-
Orang yang karim tidak menolak orang
yang meminta.
-
Orang yang pelit tidak ada kebaikan
padanya.
-
Di antara sifat Rabb kita adalah
sesungguhnya Dia I Maha Pemurah.
-
Di antara kewajiban sifat karam
adalah memuliakan orang-orang yang pemurah.
-
Sifat karam menghinakan harta
dan menjaga kehormatan.
-
Orang yang mulia dekat dari Allah I dan manusia.
-
Allah I mencintai orang-orang yang pemurah.
-
Panutan harus orang yang pemurah.
-
Pelit adalah penyakit hati.
-
Pelit termasuk yang membinasakan di
dunia dan akhirat.
[1] Fath al-Bari 1/31, dari syarh bab ke
lima dari kitab wahyu.
[2] Shahih Sunan at-Tirmidzi, bab-bab kebaikan,
bab ke 41, hadits no. 1599/2047 (hasan).
[3] Shahih Sunan an-Nasa`i, kitab jihad,
bab ke 8, hadits no. 2913 (shahih).
[4] Shahih Sunan Tirmidzi, bab kebaikan, ba ke 40,
hadits no. 1598/2043 (Shahih).
[5] Shahih Sunan Abu Daud, kitab zakat, ba ke 31,
hadits no. 1498/1655 (Shahih).
[6] Shahih Sunan Abu Daud, kitab zakat, bab ke 41,
hadits no. 1471/1677 (Shahih).
[7] Shahih Sunan at-Tirmidzi, bab kebaikan,
bab ke 42, hadits no. 1601/2049
[8] Shahih al-Bukhari, kitab zakat, bab ke 11.
[9] Fath al-Bari 3/285.
[10] Shahih al-Bukhari, kitab adab, bab ke
39, hadits no. 6034.
[11] Referensi terdahulu
[12] Shahih Sunan Ibnu Majah, kitab doa, bab
ke 13, hadits no 3117/3865.
[13] Shahih Sunan at-Tirmidzi, pintu-pintu
kebaikan, bab ke 43, hadits no.1602/2050 (Shahih.
[14] Shahih al-Jami' hadits no. 7492, juga
dalam Musnad Ahmad 4/155.
[15] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Al-Manawi
berkata: diriwayatkan dengan beberapa sanad yang lemah, saling menguatkan satu
dengan yang lain. Al-Arna`uth berkata: Makna hadits shahih (Jami'ul Ushul 5/3,
hadits no. 2979)
[16] Shahihul Jami', hadits no. 1744 (Hadits).
[17] Shahih al-Bukhari, kitab Adab, bab ke
39, hadits no. 6033.
[18] Shahih Sunan an-Nasa`i, kitab isti'azhah, bab
ke 27, hadits 5059 (Shahih).
[19] Shahih Sunan Abu Daud, kitab zakat, bab ke 47,
hadits no. 1489/1698 (Shahih).
[20] Shahih al-Bukhari, kitab adab, bab ke 39,
hadits no. 6037.
[21] Shahih Sunan Ibnu Majah, kitab jihad,
bab ke 22, hadits no. 2192/2511 (Shahih).
[22] Shahih Sunan an-Nasa`i, kitab wasiat, bab ke
12, hadits no. 3432 (Shahih).
[23] Shahihul Jami', hadits no. 3845 (hasan).
[24] Shahih Sunan an-Nasa`i, kitab zakat,
bab ke 9, hadits no. 2303 (Shahih).
Post a Comment