Jalan Tengah dalam Beragama

🕌 Naskah Ceramah: Jalan Tengah dalam Beragama

(Berdasarkan Kitab Iqtishod fil I’tiqod karya Imam Al-Ghazali)

Mukadimah

الحمد لله الذي هدانا للإسلام، وجعلنا من أمة خير الأنام، نحمده سبحانه وتعالى ونشكره، ونعوذ به من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Amma ba’du,
Jamaah yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ dengan sebenar-benar takwa, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, agar hidup kita senantiasa berada di atas jalan yang diridhai-Nya.

Isi Ceramah

Saudara-saudaraku seiman,
Salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada kita adalah agama Islam — agama yang penuh keseimbangan, keadilan, dan kasih sayang.
Islam bukan agama yang keras dan ekstrem, bukan pula agama yang longgar dan bebas tanpa batas. Islam adalah agama jalan tengah, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
“Dan demikianlah Kami jadikan kamu sebagai umat yang pertengahan (ummatan wasathan).”

Imam Al-Ghazali dalam kitab Iqtishod fil I’tiqod menegaskan, bahwa yang dimaksud i’tiqod yang lurus adalah keyakinan yang berada di jalan tengah antara dua ekstrem:
tidak terlalu memaksakan akal hingga menolak wahyu, dan tidak pula menolak akal hingga buta terhadap hikmah Allah.

Menurut beliau, agama dan akal adalah dua cahaya. Bila keduanya bersatu, maka hati akan tercerahkan. Tetapi jika salah satunya padam — baik akalnya tertutup atau wahyunya ditolak — maka manusia akan tersesat di jalan gelap.

Jamaah yang berbahagia,
Dalam beragama, banyak di antara kita yang terjebak pada dua sikap berlebihan:

1. Ada yang terlalu kaku dan keras, sehingga menganggap semua berbeda pandangan adalah sesat.

2. Ada pula yang terlalu longgar, hingga mengabaikan syariat dan menyepelekan ibadah.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

"إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ"
“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali ia akan kalah (sendiri).”
(HR. Bukhari)

Itulah sebabnya Imam Al-Ghazali menyebut al-iqtishod (jalan tengah) sebagai jalan keselamatan, karena ia menuntun kita agar tetap teguh dalam kebenaran tanpa melampaui batas.
Jalan tengah bukan berarti kompromi dalam aqidah, tapi keseimbangan antara teks dan akal, antara zahir dan batin, antara amal dan niat.

Contohnya:

Dalam beribadah, Islam mengajarkan agar kita tekun, tapi tidak memaksakan diri hingga lemah.

Dalam berdakwah, kita diperintahkan untuk tegas terhadap kemungkaran, namun lembut terhadap manusia.

Dalam berilmu, kita diajak untuk berpikir kritis, tapi tetap tunduk pada kebenaran wahyu.

Semua ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama moderat — tidak ekstrem kanan, tidak ekstrem kiri, tapi lurus di tengah jalan kebenaran.

Penutup

Jamaah yang dirahmati Allah,
Marilah kita jadikan ajaran “jalan tengah dalam beragama” ini sebagai pedoman hidup. Jangan mempersulit apa yang Allah mudahkan, dan jangan memudah-mudahkan apa yang Allah tegaskan.
Hidup beragama dengan seimbang adalah tanda kedewasaan iman.

Imam Al-Ghazali menutup kitabnya dengan pesan yang sangat indah:

“Siapa yang berpegang pada jalan tengah dalam ilmu dan amal, maka ia telah meniti jalan para ulama yang arif dan orang-orang saleh terdahulu.”

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang moderat, bijak, dan istiqamah dalam kebenaran.

اللهم اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه، واهدنا إلى صراطك المستقيم، واجعلنا من أمة وسطا، لا غلوّ فيها ولا تقصير.
آمين يا رب العالمين.

وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

Tidak ada komentar