Materi Ceramah: Penawar Marah
📖 Materi Ceramah: Penawar Marah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
ٱلْـحَمْدُ لِلّٰهِ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلْقَلْبَ
بِكُلِّ مَا فِيهِ مِنْ مَشَاعِرَ وَدَوَافِعَ،اشهد أن لا إله إلا الله وحده لا
شريك له ، واشهد ان محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده.
اللهم صل عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ٱلْقُدْوَةِ
ٱلْحَسَنَةِ ٱلَّتِي عَلَّمَتْنَا جَمِيعًا.
أما بعد :
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan hati manusia
dengan segala perasaan dan dorongannya. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammadﷺ, teladan agung yang
mengajarkan kita untuk menahan amarah dan menebar kasih sayang.
Bpk/ibu hadirin rahimakumullah.
Setiap manusia pasti pernah merasakan marah. Marah adalah
bagian dari fitrah manusia. Namun, Rasulullah ﷺ mengingatkan
agar kita berhati-hati terhadap sifat marah, karena marah yang tidak terkendali
dapat merusak iman seseorang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا مُعَاوِيَةُ
إِيَّاكَ وَالْغَضَبَ فَإِنَّ الْغَضَبَ يُفْسِدُ الْإِيمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصَّبرُ
الْعَسَلَ
“Hai
Mu’awiyah, awaslah dari pada marah, karena marah itu dapat merusak iman
sebagaimana jadam merusak madu.”
(H.R. Al-Baihaqi dan Ibn ‘Asakir)
Marah itu ada dua
macam:
1. Marah yang baik, yaitu marah karena agama Allah dihina, marah
karena kehormatan keluarga dilanggar atau marah karena kebenaran diinjak-injak.
2. Marah yang buruk, yaitu marah karena urusan dunia yang
sepele, marah karena persoalan kecil yang dibesar-besarkan, marah karena ego
yang terlalu tinggi, atau marah karena hawa nafsu yang tidak terkendali.
Ada empat golongan orang yang marah :
1. Orang yang cepat marah dan cepat pula hilangnya.
2. Orang yang lambat marah dan lambat pula hilangnya.
3. Orang yang cepat marah dan lambat hilangnya.
4. Orang yang lambat marah dan cepat hilangnya.
Yang terpuji adalah yang keempat — lambat marah dan cepat
memaafkan. Itulah sifat orang beriman yang sabar dan bijaksana.
Dari marah itu timbul
pula empat sifat:
1. Tahawwur, yaitu berani membabi buta.
2. Jubun, yaitu pengcut atau penakut.
3. Dayyus, yaitu lemah hati, tidak bertindak walaupun
kehormatan dirinya diinjak injak orang.
4. Saja’ah, yaitu berani karena benar.
Yang terpuji adalah saja’ah, yakni berani karena benar,
bukan karena emosi.
Cara Mengendalikan Marah
Rasulullah Saw
memberi tuntunan untuk memadamkan marah:
Jika marah saat berdiri, maka duduklah.
Jika masih marah, maka berbaringlah.
Jika masih belum reda, berwudhulah, karena marah berasal
dari api, dan api padam dengan air.
إِنَّ الغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ
الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ، فَإِذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Selain itu, kita juga dianjurkan untuk mengingat Allah dan
membaca asma Allah, seperti:
يَا رَؤُوْف
“Wahai
Dzat Yang Maha Lembut.”
Setan berkata: “Aku mempermainkan orang yang marah seperti
anak kecil yang bermain bola.”
Maka hati-hatilah — jangan biarkan amarah menguasai diri,
sebab dalam amarah yang tak terkendali, iman bisa runtuh, persaudaraan bisa
hancur, dan akal bisa tertutup.
Marilah kita belajar menahan amarah, memaafkan, dan bersikap
lembut sebagaimana akhlak Rasulullah ﷺ.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang
sabar, mudah memaafkan, dan mampu mengendalikan diri ketika marah.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Post a Comment