Larangan Putus Asa dari Rahmat Allah SWT
MATERI CERAMAH
“Larangan Putus Asa dari Rahmat Allah SWT”**
Mukadimah
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
Amma ba’du…
Hadirin yang dirahmati Allah,
Tema yang kita bahas hari ini adalah tema besar yang menjadi ruh ketenangan bagi setiap hamba—yaitu larangan berputus asa dari rahmat Allah, serta kemuliaan berharap ampunan-Nya, walaupun diri penuh dosa.
1. Islam Melarang Keras Putus Asa dari Rahmat Allah
Allah sendiri yang melarang hamba-Nya berputus asa:
Dalil Al-Qur’an
QS. Az-Zumar: 53
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa. Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini disebut oleh para ulama sebagai ayat paling memberi harapan bagi pendosa.
2. Hadits Utama: Pendosa yang Mengharap Rahmat Lebih Dekat kepada Allah
Rasulullah SAW bersabda:
Hadis
الْفَاجِرُ الرَّاجِي رَحْمَةَ اللَّهِ تَعَالَى أَقْرَبُ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْعَابِدِ الْمُقْنِطِ
“Pelaku dosa yang masih berharap rahmat Allah lebih dekat kepada Allah dibanding seorang ahli ibadah yang berputus asa dari rahmat-Nya.”
Hadis ini menegaskan bahwa dosa bukan penghalang rahmat, tapi putus asa—itulah penghalangnya.
3. Kisah Orang Ahli Ibadah yang Putus Asa dari Rahmat Allah
Dari Umar RA, melalui Zaid bin Aslam, dikisahkan seorang ahli ibadah dari umat terdahulu. Ia sangat keras beribadah, namun ia menutup pintu harapan bagi manusia dan memutuskan mereka dari rahmat Allah.
Saat ia mati dan bertanya apa balasannya:
Allah menjawab:
Ucapan Allah kepadanya
إِنَّكَ كُنْتَ تُقَنِّطُ النَّاسَ مِنْ رَحْمَتِي فِي الدُّنْيَا فَأَنَا أُقَنِّطُكَ الْيَوْمَ مِنْ رَحْمَتِي
“Engkau dahulu memutuskan manusia dari rahmat-Ku di dunia, maka hari ini Aku memutuskanmu dari rahmat-Ku.”
Pelajaran besar:
Ibadah yang besar sekalipun tidak bermanfaat jika menjadikan seseorang sombong dan membuat orang lain putus asa.
Seorang pendakwah harus membuka pintu harapan, bukan menutupnya.
4. Kisah Orang yang Tidak Pernah Melakukan Kebaikan selain Tauhid
Riwayat Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:
Ada seorang laki-laki tidak pernah berbuat kebaikan kecuali bertauhid.
Ketika hampir mati, dia memerintahkan keluarganya membakarnya dan menghamburkan abunya karena takut kepada Allah.
Setelah Allah mengumpulkannya kembali, Allah bertanya:
Dialog
مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ؟
“Apa yang membuatmu melakukan itu?”
Ia menjawab:
Jawabannya
مَخَافَتُكَ
“Karena aku takut kepada-Mu.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda:
Hadis
فَغَفَرَ اللَّهُ لَهُ، وَهُوَ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ إِلَّا التَّوْحِيدَ
“Maka Allah mengampuninya, padahal ia tidak pernah melakukan kebaikan apa pun selain tauhid.”
Pelajaran:
Tauhid yang murni, disertai rasa takut kepada Allah, adalah sebab terbesar ampunan.
Betapa luas rahmat Allah bahkan bagi hamba yang penuh dosa.
5. Kisah “Mayat di Tempat Sampah” pada Zaman Nabi Musa AS
Ini adalah kisah yang sangat menggetarkan hati.
Orang tersebut terkenal fasik, sehingga ketika mati, kaumnya membuangnya ke tempat sampah.
Namun Allah mewahyukan kepada Nabi Musa AS:
Wahyu Allah
هُوَ وَلِيٌّ مِنْ أَوْلِيَائِي... فَاغْسِلْهُ وَكَفِّنْهُ وَصَلِّ عَلَيْهِ وَادْفِنْهُ
“Dia adalah wali dari para wali-Ku… Maka mandikanlah, kafanilah, shalatkan, dan kuburkan dia.”
Nabi Musa bingung dan bertanya kepada Allah, karena kaumnya bersaksi bahwa lelaki itu fasik.
Allah menjawab:
Tiga Permohonan yang Menjadi Sebab Ampunan
1. Ia mengakui maksiatnya dan memohon ampun karena terjatuh oleh hawa nafsu, teman buruk, dan godaan iblis.
Ia berkata:
هَوَى النَّفْسِ، وَالرَّفِيقُ السُّوءُ، وَإِبْلِيسُ
“Hawa nafsu, teman buruk, dan iblis telah menjatuhkanku.”
2. Ia mencintai orang-orang shalih, meski bergaul dengan orang fasik.
3. Ia mendahulukan orang-orang shalih dibanding orang fasik, menunjukkan penghormatan kepada kebaikan.
Dalam riwayat Wahab bin Munabbih, ia berdoa:
Doanya
يَا رَبِّ، إِنْ غَفَرْتَ لِي فَرِحَ أَوْلِيَاؤُكَ... وَإِنْ عَذَّبْتَنِي فَرِحَ الشَّيْطَانُ وَأَعْوَانُهُ...
“Jika Engkau mengampuniku, para wali-Mu akan bergembira…
Jika Engkau menyiksaku, setan dan pengikutnya akan bergembira…”
Lalu ia berkata:
Penutup doanya
اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَتَجَاوَزْ عَنِّي
“Ya Allah, rahmatilah aku dan maafkanlah aku.”
Dan Allah menjawab:
Jawaban Allah
فَرَحِمْتُهُ وَغَفَرْتُ لَهُ
“Maka Aku telah merahmatinya, mengampuninya, dan memaafkannya.”
6. Pesan Utama Ceramah
Dari semua riwayat ini kita mengambil pelajaran besar:
1. Jangan Pernah Putus Asa dari Rahmat Allah
Dosa besar, dosa kecil, masa lalu yang kelam — semuanya tidak menghalangi rahmat jika seorang hamba kembali kepada-Nya.
2. Harapan dan Taubat Lebih Allah Sukai daripada Putus Asa
Allah lebih mencintai hamba yang penuh dosa namun berharap ampunan, daripada ahli ibadah yang putus asa.
3. Dakwah Harus Membuka Pintu Harapan
Jangan menjadi sebab manusia jauh dari Allah.
4. Akui dosa, cintai orang shalih, jauhi teman buruk
Ini adalah kunci ampunan seperti dalam kisah zaman Nabi Musa AS.
Penutup
Hadirin yang dirahmati Allah,
Rahmat Allah lebih luas dari dosa kita. Allah lebih gembira atas taubat seorang hamba daripada seorang yang menemukan kembali barang berharganya yang hilang.
Mari hidupkan harapan, perbanyak istighfar, dan jangan menunda taubat.
Doa
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا، وَاسْتُرْ عُيُوْبَنَا، وَلَا تَحْرِمْنَا رَحْمَتَكَ، وَلَا تُقَنِّطْنَا مِنْ فَضْلِكَ.
Akhirnya,
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Post a Comment