GOLONGAN RUWAIBIDHAH
🕌 CERAMAH LENGKAP – TANDA AKHIR ZAMAN: GOLONGAN RUWAIBIDHAH
Pendahuluan
Alhamdulillāh… kita memuji Allah yang Maha Mengatur segala zaman. Zaman kejernihan, zaman kekuatan iman, sampai datangnya zaman penuh kekacauan, saat kebenaran dianggap asing dan kebatilan diagung-agungkan.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, sang pembawa cahaya, penunjuk jalan di tengah gelapnya fitnah akhir zaman.
1. Hadits Tentang Ruwaibidhah
Hadits Utama
Rasulullah ﷺ bersabda:
النَّبِيُّ ﷺ قَالَ:
«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ».
قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟
قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ»
— Riwayat Ibnu Mājah, no. 4036
Artinya:
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan. Ketika itu orang pendusta dianggap jujur, orang jujur dianggap pendusta. Pengkhianat dipercaya, dan orang amanah dianggap pengkhianat. Dan yang berbicara hanyalah Ruwaibidhah.”
Para sahabat bertanya: “Siapakah Ruwaibidhah itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Orang kerdil, hina, rendah akhlaknya, tetapi berbicara dalam urusan masyarakat.”
2. Penjelasan Para Ulama Tentang Ruwaibidhah
a. Ibnu Atsir (An-Nihāyah)
“Ruwaibidhah adalah orang bodoh yang tidak pantas berbicara, tetapi ia memaksakan diri berbicara dalam urusan publik dan diberi panggung oleh masyarakat.”
b. Imam Al-Mubārakfūrī (Tuhfatul Ahwadzi)
“Ruwaibidhah ialah orang kecil akalnya, rusak ilmunya, rendah adabnya, tetapi ia ikut menentukan arah masyarakat, memutuskan hukum, membentuk opini, dan disanjung karena dunia.”
c. Imam Ibnul Qayyim
Beliau menyebut fenomena ini sebagai taqallub al-maqāyīs — “kacau-balau standar moral”, sehingga orang yang tidak memiliki sifat amanah justru diberi amanah.
3. Tanda Ajal Zaman: Ketika Timbangan Kebenaran Dibalik
Hadits ini menunjukkan runtuhnya tiga hal penting:
- Hilangnya adab
- Hilangnya ilmu yang benar
- Dominasi orang bodoh yang lantang
Masyarakat lebih percaya pada suara berisik dan viral, bukan kepada ulama yang alim dan amanah.
4. Dalil Al-Qur’an yang Menguatkan Fenomena Ini
(1) Orang-orang yang tidak berilmu memimpin
Allah berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
— QS. An-Nahl: 43
Artinya:
“Maka bertanyalah kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui.”
➡️ Ketika umat tidak lagi bertanya kepada ahli ilmu, tetapi mengikuti suara “ahli bicara”, maka lahirlah Ruwaibidhah.
(2) Manusia lebih condong kepada pemimpin sesat
Allah berfirman:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ
— QS. Al-Isrā’: 16
Artinya:
“Apabila Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami jadikan orang-orang pembesar mereka sebagai pemimpin, lalu mereka berbuat kefasikan, maka berlakulah hukum Allah atas negeri itu.”
➡️ Orang fasik naik ke panggung karena masyarakat mengangkat mereka. Itulah Ruwaibidhah.
(3) Yang hak dinilai batil, yang batil dinilai hak
Allah berfirman:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
— QS. Al-Isrā’: 81
Namun di akhir zaman, sebelum ayat ini benar-benar tegak, kebatilan bisa tampak mendominasi secara lahiriah.
5. Tandusnya Tahun-Tahun Akhir Zaman
Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai:
سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ — “tahun-tahun penipu”
Bentuknya:
- Tandus harta (ekonomi goyah)
- Tandus adab (hilangnya malu)
- Tandus ilmu (ulama meninggal, ilmu diangkat)
- Tandus hikmah (cerdas teknologi, bodoh hati)
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا... وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ
— Muttafaq ‘Alaih
Artinya:
“Allah tidak mencabut ilmu sekaligus, tetapi mencabutnya dengan mewafatkan para ulama.”
➡️ Ketika ulama wafat, yang tersisa hanyalah “pembicara bodoh” – inilah Ruwaibidhah.
6. Komentar Ulama Tentang Fenomena Sosial Ruwaibidhah
a. Syaikh Shalih Al-Fauzan
“Ruwaibidhah muncul ketika kebenaran tidak lagi dicari berdasarkan ilmu, tetapi berdasarkan suara terbanyak dan kesenangan massa.”
b. Syaikh Al-Albani
“Hadits Ruwaibidhah adalah bukti bahwa media, mimbar, dan opini publik dapat dikuasai oleh orang yang tidak bertakwa dan tidak berilmu.”
c. Imam Ibn Baththah
“Ketika orang kecil suara didengar dan para ulama dibungkam, maka tunggulah kehancuran suatu kaum.”
7. Realitas Zaman Kita (Kontekstual)
Fenomena Ruwaibidhah tampak dalam:
- Orang tanpa ilmu berbicara agama
- Public figure menjadi rujukan moral
- Pengkhianat dianggap pahlawan
- Orang jujur dianggap ekstrem/aneh
- Fitnah viral lebih dipercaya daripada nasihat ulama
- Konten kosong lebih didengar daripada tausiyah
Seperti kata Nabi ﷺ:
يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ
وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ
— “Pendusta dianggap jujur, orang jujur dianggap dusta.”
8. Nasihat Agar Selamat dari Fitnah Ruwaibidhah
1. Kembali kepada ulama yang terpercaya
Allah berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ
Jangan mengikuti siapa pun yang viral tanpa ilmu.
2. Pegang erat Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi ﷺ bersabda:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ... كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي
— “Aku tinggalkan dua perkara: Kitab Allah dan Sunnahku.”
3. Jaga amanah & adab
Karena ciri akhir zaman adalah hilangnya amanah.
4. Perbanyak doa dari fitnah
Salah satu doa Nabi ﷺ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari segala fitnah yang tampak maupun tersembunyi.”
9. Penutup Ceramah
Di akhir zaman, suara kebenaran menjadi asing, namun ia tetap dijaga oleh Allah. Janganlah kita tergoda mengikuti suara bising para Ruwaibidhah, tetapi jadilah pengikut ulama, orang-orang yang jujur, dan pemilik amanah.
Semoga Allah meneguhkan hati kita di atas iman dan menyelamatkan kita dari fitnah-fitnah akhir zaman.
Post a Comment