Ridha: Puncak Ketenangan Jiwa dan Ketinggian Iman

Zuhud & Kelembutan Hati

Ridha: Puncak Ketenangan Jiwa dan Ketinggian Iman

(Materi ceramah ±60–90 menit, dilengkapi dalil Al-Qur’an & Sunnah, teks Arab–terjemah, serta komentar dan ulasan para ulama)


I. Mukadimah: Ridha, Rahasia Hati yang Tenang

الحمد لله الذي جعل الرضا سرًّا من أسرار الطمأنينة، ونورًا في القلوب المؤمنة،
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Banyak manusia mencari ketenangan dengan harta, jabatan, dan pujian.
Namun para arifbillah sepakat: ketenangan sejati hanya lahir dari ridha kepada Allah.

Ridha adalah buah iman,
hiasan hati,
dan puncak perjalanan ruhani setelah sabar dan tawakkal.


II. Pengertian Ridha Menurut Bahasa dan Istilah

Makna Bahasa

Ridha (رِضَا) berasal dari kata رَضِيَ – يَرْضَى yang berarti:

  • senang,
  • rela,
  • lapang dada,
  • menerima tanpa keberatan.

📖 Kamus Al-Munawwir:

Ridha berarti senang hati dan rela menerima.

Makna Istilah

📖 Imam Al-Qusyairi رحمه الله:

“Ridha adalah lapangnya hati terhadap ketentuan Allah tanpa protes dan keluhan.”

📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah رحمه الله:

“Ridha adalah ketenangan hati di bawah arus takdir.”


III. Kedudukan Ridha dalam Al-Qur’an

1. Ridha sebagai Keberuntungan Terbesar

قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(QS. Al-Mā’idah: 119)

Artinya:
“Allah berfirman: ‘Ini adalah hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang paling besar.’”

📖 Imam Fakhruddin Ar-Razi رحمه الله:

“Allah menyebut ridha setelah surga, karena ridha adalah kenikmatan di atas kenikmatan.”


IV. Empat Ranah Ridha dalam Kehidupan

1. Ridha terhadap Perintah dan Larangan Allah

Ridha berarti menerima seluruh syariat Allah dengan senang hati.

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
(QS. An-Nisā’: 65)

Artinya:
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka dan menerima dengan sepenuhnya.”

📖 Ibnu Katsir رحمه الله:

“Keimanan sempurna tidak mungkin tanpa ridha terhadap hukum Allah.”


2. Ridha terhadap Takdir Allah

Perbedaan Sabar dan Ridha

📖 Ibnu Qayyim رحمه الله:

  • Sabar: menahan diri meski hati terasa berat.
  • Ridha: hati sudah tenang dan lapang dengan takdir.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
(QS. At-Taghābun: 11)

Artinya:
“Tidak ada musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.”

📖 Alqamah رحمه الله (tabi’in):

“Ayat ini tentang orang yang tertimpa musibah lalu ia ridha dan berkata: ini dari Allah.”


3. Ridha terhadap Orang Tua

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
(QS. Luqmān: 14)

Artinya:
“Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.”

Hadits

رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
(HR. Tirmidzi)

Artinya:
“Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”

📖 Imam Nawawi رحمه الله:

“Berbakti dan ridha kepada orang tua adalah pintu besar menuju ridha Allah.”


4. Ridha terhadap Peraturan dan Ulil Amri

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
(QS. An-Nisā’: 59)

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian.”

📖 Imam Al-Qurthubi رحمه الله:

“Ulil amri mencakup ulama dan umara; ketaatan kepada mereka menjaga keteraturan umat.”


V. Dalil Sunnah tentang Ridha

إِنَّهُ مَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
(HR. Tirmidzi)

Artinya:
“Barang siapa ridha, maka baginya keridhaan; dan barang siapa murka, maka baginya kemurkaan.”

📖 Al-Mubarakfuri رحمه الله:

“Hadits ini menunjukkan bahwa sikap hati menentukan nilai musibah.”


VI. Teladan Para Sahabat dan Salaf

1. Kisah Abu Darda’ r.a.

📖 Abu Darda’ berkata:

“Sesungguhnya Allah mencintai bila ketentuan-Nya diterima dengan ridha.”

2. Nasihat Ali bin Abi Thalib r.a. kepada Adi bin Hatim

“Barang siapa ridha terhadap takdir Allah, maka takdir itu berlaku dan ia mendapat pahala. Barang siapa tidak ridha, takdir tetap berlaku dan amalnya terhapus.”

📖 Ibnu Abi Dunya رحمه الله:

“Ridha tidak mengubah takdir, tetapi mengubah nilai kita di sisi Allah.”


VII. Keutamaan Ridha Menurut Ulama

📖 Imam Al-Ghazali رحمه الله:

“Ridha adalah pintu Allah yang paling luas dan surga dunia bagi para arif.”

📖 Hasan Al-Bashri رحمه الله:

“Barang siapa ridha, hidupnya akan ringan meski bebannya berat.”


VIII. Penutup: Ridha sebagai Jalan Zuhud

Ma’asyiral muslimin…

Zuhud bukan berarti tidak memiliki apa-apa,
tetapi hati tidak terguncang oleh apa pun.

Orang yang ridha:

  • tidak gelisah saat kehilangan,
  • tidak sombong saat diberi,
  • dan tidak protes pada Rabb-nya.

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا


Doa Penutup

اللهم ارزقنا الرضا بعد القضاء، وبرد العيش بعد الموت، ولذة النظر إلى وجهك الكريم، والشوق إلى لقائك.



Tidak ada komentar