Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku

Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku (Adz Dzariyat : 56)
Asal dari ibadah adalah menghinakan diri di hadapan yang disembah. Dan ibadah merupakan amalan yang disyariatkan oleh Allah. Definisi yang terbaik dari ibadah disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Ubudiyah, “Ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah dari perkataan dan perbuatan baik yang bersifat dhahir ataupun yang batin.”
Tanda bahwa sesuatu hal dicintai atau diridhai Allah :
  1. Diperintahkan
  2. Disebutkan pahalanya
  3. Anjuran untuk mengamalkannya
  4. Dikerjakan oleh Rasulullah dalam perkara ibadah, dll
Barang siapa yang beribadah kepada selain Allah berarti dia telah berbuat dhalim. Hal ini disebabkan karena Allah-lah Dzat yang telah menciptakannya, memberi rizki, dll tetapi dia malah memberikan ibadah kepada selain-Nya.
Di dalam ayat ini (Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku) ditujukan kepada kaum musyrikin jahiliyah dimana mereka telah meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang telah menciptakan mereka (Tauhid Rububiyah), untuk beribadah kepada Allah semata (Tauhid Uluhiyah). Disebutkan dalam ayat yang lain bahwa apabila mereka ditanya siapakah yang telah mencipatakan langit dan bumi maka tentunya mereka akan menjawab dengan pasti bahwa Allah yang telah menciptakannya. Maka dari keyakinan penciptaan inilah, Allah mengarahkan mereka untuk menetapkan Tauhid Uluhiyah.
Pelajaran penting
Maka ketauhilah wahai orang-orang yang telah berkeyakinan bahwa Allah yang telah menciptakan kalian, bahwa Allah memerintahkan kalian untuk beribadah kepada-Nya saja.
Hal yang demikian juga terdapat di awal surat Al Baqarah,

Wahai sekalian manusia beribadahlah hanya kepada Allah yang telah menciptakan kalian dan orang orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa (Al Baqarah : 21)
Penjelasan singkat :
  • Wahai sekalian manusia beribadahlah hanya kepada Allah = Tauhid Uluhiyah
  • Yang telah menciptakan kalian dan orang orang sebelum kalian = Tauhid Rububiyah

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An Nahl : 36)
Penggunaan kata umat :
  • Kelompok = Sekelompok dari manusia
  • Imam = Sesungguhnya Ibrahim adalah ummah (Imam)
  • Millah = Bermakna ajaran atau agama. Perkataan orang musyrikin diantaranya, “Sesungguhnya kami telah mendapati nenek moyang kami di atas suatu ummah (ajaran, syariat, agama)”
  • Zaman = Terdapat dalam kisah Nabi Yusuf
Rasul adalah seorang laki-laki yang diberikan wahyu oleh Allah dan diutus kepada kaum yang menyelisihi apa yang telah dibawa oleh Rasul. Sedangkan nabi adalah laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah dan diutus kepada kaum yang menyetujui dakwah mereka.
Semua Rasul mendapat perintah untuk pertama kali mengajak umatnya beribadah kepada Allah semata.
Beberapa hikmah di utusnya Rasul :
  • Menegakkan hujjah kepada hamba sehingga di hari akhir mereka tidak dapat mengelak lagi dengan alasan tidak mengetahui agama.
  • Sebagai rahmat untuk semesta alam, “Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan untuk menjadi rahmah bagi seluruh alam”.
Firman Allah,

Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al Israa' : 23)
Terdapat dua pengertian Qadha :
  • Qadha Kauni : Ketetapan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam permasalahan takdir
  • Qadha Syar’i : Ketetapan Allah dalam perkara yang disyariatkan, yang berarti Allah memerintahkan dan mewasiatkan
Pengertian wasiat dalam agama juga bermakna perintah. Contoh, “Aku (Rasulullah) wasiatkan (perintahkan) kalian untuk bertaqwa kepada Allah”
“Agar kalian tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah”
Rukun syahadat ada dua :
  • Meniadakan : Meniadakan sesembahan yang berhak untuk disembah (ditunjukkan warna merah)
  • Menetapkan : Menetapkan hanya Allah yang berhak untuk disembah (ditunjukkan warna biru)
Contoh ketika kita mengatakan,
“Zaid ada di kelas” = Kalimat ini belum menunjukkan bahwa hanya Zaid yang ada di kelas, masih ada kemungkinan orang lain ada di kelas juga.
“Tidak ada seorangpun di kelas” = Kalimat ini menyatakan tidak ada orang di dalam kelas.
Maka ketika dua kalimat di atas digabung, kalimat “Tidak ada seorangpun di dalam kelas kecuali Zaid” akan memiliki makna yang sempurna bahwa hanya Zaidlah satu-satunya orang yang ada di dalam kelas.
Hal yang demikian banyak terdapat dalam syariat
  • Barang siapa yang mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah
  • Agar kalian jangan beribadah kecuali hanya kepada Allah
  • Dan sungguh telah kami utus rasul untuk setiap umat (agar menyeru) beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah Thaghut
  • Tidak ada sesembahan kecuali Allah
“Dan apabila telah sampai kepada usia tua salah satu atau kedua orang tua kalian, maka janganlah kalian mengucapkan kata uf kepada mereka dan janganlah membentak mereka, berucaplah kepada mereka dengan perkataan yang mulia, dan rendahkanlah kepada mereka sayap kerendahan, dan katakanlah “Ya Rabb, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyanyangi aku”

من التمس رضا الله بسخط الناس رضي الله عنه وأرضى عنه الناس ، ومن التمس رضا الناس بسخط الله سخط الله عليه وأسخط عليه الناس
Barangsiapa yang mencari ridho Allah dan awalnya manusia murka (tidak suka), maka Allah akan ridho padanya dan membuat manusia pun akan ridho padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ridho manusia dan membuat Allah murka, maka Allah akan murka padanya dan akan membuat manusia pun murka.[1]
HR. Tirmidzi no. 2414, Ibnu Hibban 1/510, dari hadits ‘Aisyah. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih.
===============================================================
Melalui media internet (atau terkadang juga dalam bentuk selebaran cetak, dsb.) tak jarang kita menerima email yang berisi tentang 'Bukti-bukti kebesaran Allah atau Islam' atau 'Mukjizat Allah' atau sekedar link ke sebuah situs/blog yang memuat berita atau penjelasan tentang apa yang dianggap atau diklaim sebagai 'ayat-ayat (mukjizat) Allah yang nyata'. Biasanya, yang dapat dilihat dalam berita semacam itu adalah sesuatu yang terlihat mengejutkan: berupa gambar atau kejadian alam yang 'aneh' atau tidak biasa. Misalnya, adanya tulisan atau lafal Allah atau Muhammad atau kalimat / kata yang berhubungan dengan Islam pada benda-benda atau makhluk-makhluk di alam. Contohnya di bawah ini.
Tetapi sebelum itu, coba kita renungkan:
  1. Pernahkah kita mempertanyakan ke-shahihan atau kebenaran dari gambar-gambar semacam itu? Jangan-jangan cuma lukisan tuangan kreatifitas sang pelukisnya (kasus gambar pohon yang membentuk lafal laa ilaaha illallaah) atau manipulasi gambar?
  2. Ada juga foto-foto atau gambar yang asli. Namun, seberapa tepatkah penafsirannya? Kadang faktanya tidak sesuai dengan penafsiran.
    Bagaimana jika ada bentukan-bentukan di alam (yang kalau kita bayangkan dengan sedikit imajinasi) ternyata berbentuk salib atau wajah Yesus atau Bintang David atau lambang keagamaan atau sekte2 kepercayaan lain???

Tidak ada komentar