Pentingnya Waktu dan Tempat - Praktik sufi
Pentingnya Waktu dan Tempat -
Praktik sufi
Tempat dan waktu sangatlah
berpengaruh bagi praktik sufi
karena perbedaan tempat dan waktu akan menentukan
kondisi setempat
Guru spiritual sangat mementingkan tempat dan
waktu yang khusus untuk meditasi, doa, dan praktik- praktik spiritual lainnya. Ada tempat-tempat tertentu yang mempunyai sifat-sifat
alamiah yang dipengaruhi, misalnya, oleh medan
magnet listrik dan kedekatan kepada bukit-bukit granit, sungai, atau sumber air
lainnya. Ada
banyak tempat di muka bumi ini di mana orang merasakan adanya daya tarik untuk
berada disana. Juga ada tempat-tempat yang berdaya tolak, seperti, misalnya,
dekat jalur listrik tegangan tinggi, yang menghalau kebanyakan hewan yang dapat
merasakan getaran buruknya sehingga menjauhi pencemaran semacam itu, tidak
seperti kebanyakan manusia yang tidak sepeka hewan.
Jelaslah, setiap
tempat mempunyai energi atau ekosistem tertentu. Ada tempat-tempat tertentu di
muka bumi yang mempunyai konsentrasi energi yang tinggi, seperti Mekah, Madinah,
Yerusalem, dan makam para nabi zaman dahulu serta para wali, para syekh dan
pemimpin spiritual, ke mana orang tertarik secara konstan. Apabila seseorang
mengunjungi tempat-tempat itu, ia merasa bahwa suatu peristiwa besar pernah
terjadi di sana, dan perasaan ini sering membantu dalam menyembuhkan hati dan
meninggikan tingkat spiritual seseorang. Tempat-tempat itu banyak membantu
apabila seseorang dibimbing dan dipersiapkan untuk mengangkat keadaannya.
Komentar yang
sama juga berlaku pada waktu. Ada suatu hubungan penting, walaupun tak kentara,
antara waktu dan musim yang berubah-ubah, fase-fase bulan, fluktuasi suhu, dan
kondisi-kondisi perubahan lain yang berkaitan dengan waktu. Tak diragukan bahwa
ada tendensi dan kecenderungan dalam lingkungan kosmik berkenaan dengan energi
positif dan negatif yang mempengaruhi iklim bumi secara fisik maupun spiritual
pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, tidak diketahui pada malam tertentu mana
di bulan Ramadan terdapat lailatul qadr, tetapi menurut tradisi malam itu
adalah tanggal 21 atau 23 atau 25 atau 27 atau 29 bulan Ramadan. Pada malam itu
seakan-akan semua kekuatan kosmik yang sesuai terfokus bersama-sama dan
diperbesar, dan seakan-akan tak ada katup spiritual di "langit" serta
jauh lebih kondusif untuk duduk bermeditasi. Dzikrullah dan berjaga malam pada
waktu seperti itu, di tempat seperti Mekah atau Madinah atau di makam seorang
syekh sufi, lebih efektif daripada di waktu dan tempat lain
Maka pengetahuan
tentang waktu dan tempat merupakan bantuan penting ketika mengikuti praktik-
praktik spiritual. Misalnya, dikatakan bahwa sepertiga malam bagian akhir,
sebelum fajar, adalah salah satu waktu terbaik untuk zikir kepada Allah dan
berdoa, dan bahwa tempat yang terbaik untuk praktik-praktik semacam itu adalah tempat
yang bersih dan bebas dari perbuatan batil. Namun, apabila seseorang telah
bertekad dan terbimbing dengan baik maka tempat dan waktu kurang penting
baginya. Ketika Imam Ali ditanya, "Hari apa saja dalam setahun yang
buruk?" ia menjawab, 'Janganlah menjadi musuh dari hari maka tak ada hari
yang akan menjadi musuh Anda." Dari puncak tinggi kedudukan spiritualnya,
ia tidak membeda-bedakan atau melihat perbedaan antara hari baik dan hari
buruk. la semata-mata hanya menyaksikan rahmat dan cinta Allah sepanjang waktu,
di mana pun, walaupun ia berada dalam keadaan sedang ditetak oleh pedang
pembunuh ketika sujud di hadapan Allah Yang Maha Esa, yang melampaui waktu dan
tempat.
Imam yang sudah
tercerahkan melihat seluruh kosmos dalam hatinya. la memandang hatinya sebagai
rumah suci penyembahan kepada Allah di pusat kosmos. la melihat jejak-jejak
Allah pada setiap waktu. Namun, bagi orang awam, dalam urusan spiritual, nampak
seakan-akan Allah lebih hadir pada waktu-waktu tertentu dan di tempat-tempat
tertentu ketimbang di waktu atau tempat lain.
Tujuan akhir
dari semua praktik sufi yang sejati ialah menyadari hakikat-hakikat yang tak
terbatas ketika hakikat terungkap dengan caranya sendiri yang alami di dalam
setiap hati. Percikan-percikan cahaya yang memancar dari dalam tak terhitung
banyaknya dan tak terbatas dalam kombinasi dan perubahannya, meliputi segala
sifat, namun hakikatnya adalah satu. Sufi sejati tak akan berhenti sampai ia
mapan dalam pengetahuan tentang hakikat, dan apabila ini terjadi, semua cahaya,
manifestasi dan sifat-sifat mulia lainnya memudar dalam gemerlapnya cahaya
kebangunan batin.
Post a Comment