Problematika ummat Islam
URGENSI TARBIYAH TAKWINIYAH DALAM DAKWAH ISLAMIYAH
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang
menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”
(QS. Ali Imran : 104)
Problematika ummat Islam
Kondisi ummat islam
saat ini ditinjau dari tahapan perjuangan Islam berada pada tingkat yang paling
parah. Hal ini disebabkan karena krisis kepemimipinan yang sanagat gawat,
dengan hilangnya sistem khilafah. Kaum muslimin menjadi bulan-bulanan dari
musuh-musuh Allah yang berupaya menghancurkan peradaban dan kebudayaaan Islam.
Lebih
mengerikan lagi, sebagian besar kaum muslimin sama sekali tidak menyadari
keadaan ini. mereka merasa telah cukup berjuang untuk Islam. Kebanyakan masih
tertidur pulas dan masih terperangah dengan kemerdekaan yang baru saja
diperoleh dari musuh-musuh Allah. tetapi tanpa sadar, penjajahan berbentuk lain
muncul dengan ganasnya. Invasi pemikiran
(ghozwul fikri) dan upaya pemurtadan umat, kini telah berlangsung dengan
gencar. Kenyataan paling pahait yang harus diterima adalah semakin melemahnya
pengethuan kaum muslimin tentang umat Islam itu sendiri.
Di
sisi lain sikap manut dan ikut-ikutan pada dunia kafir, membuat umat Islam
lema. Memang, kini sebagian besar negri-negri muslim telah bebas dari
penjajahan. Tetapi pemikiran dan ideologi negri-negri itu masih berkiblat
kepada musuh-musuh Allah. kapitalisme masih meliputi sistem ekonomi umat Islam.
Nasionalisme menjadi sikap politik yang mereka bangga-banggakan. Sedangkan
untuk membungkus segala pemikiran dan ideologi non islam (jahiliyah) itu,
mereka menyebutnya sebagai sistem yang bersumber dari nenek moyang.
Kelemahan
lainnya, kebanyakan pemimpin negri-negri muslim bukanlah orang yang komitmen
terhadap islam.bahkan tidak jarang diantara mereka merupakan musuh dakwah dan
umat Islam. Nyaris tidak ada yang berminat
menegakan atau membela sistem Islam. Karena masing-masing mempunyai
kepentingan, negri-negri muslim tenggelam dalam kancah pertikaian dan saling bermusuhan.
Akibatnya umat menjadi makanan empuk bagi musuh-musuh Islam.
Takwiniyah, jalan penyelesaian
Dalam kondisi seperti
ini, Allah menghendaki kaum muslimin kembali kepada Islam. Beriman dengan iman
yang istiqomah, bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa, serta menyiapkan diri
untuk mati di jalan Islam (khusnul khotimah )
“ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu dengan
sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu
mati melainkan dalam keadaan berserah diri (Islam) kepada Allah”. (QS.
Ali Imran : 102)
Inilah
perintah Allah bagi tiap individu muslim. Mereka harus mempertahankan
kepribadian islami yang melekat pada diri merka. Untuk itu, mereka perlu
mengislamisasi kembali diri dan keluarga mereka menuju tebentuknya masyarakat
Islam.
Umat
Islam mesti menyadari kembali peranannya sebagi penyelamat dunia dan membangun
peradaban yang positif. Mereka harus bangun dari tidur. Tegak dan bangkit,
kembali pada bimbingan dan pimpinan Allah. untuk itu Allah mengisyaratkan :
“
Dan berpeganglah kamu semua dengan tali, (Din) Allah dan janganlah saling
bercerai berai, ingatlah nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu, ketika
kamu dulu bermusuh-musuhan kemuadian Allah menjinakan diantara hati kamu, maka
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan padahal
kamu beradadi pinggir jurang neraka maka kami selamatkan kamu dari padanya.
Demikian Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat-Nya agar kamu mendapat
petunjuk”. (QS. 3:103)
Ayat ini
jelas mewajibkan kaum muslimin untuk :
1. berpegang
teguh pada satu pedoman (hablullah)
2.
bersatu padu, tidak bercerai berai atau
berpecah belah
3.
senantiasa mengingat nikmat Allah yang telah
menyatukan hati mereka dalam ikatan aqidah islamiyah.
4.
Menghidup suburkan ukhuwah islamiyah.
Inilah jalan yang dapat
menyelamaykan kaum muslimin dari kecurangan yang dinati-nantikan musuh-musuh
mereka. Untuk mencapai itu, Allah mewajibkan dibentuknya suatu gerakan dawah
yang mampu mengajak manusia pada jalan kebaikan, menyuruh mereka melakukan
perbuatan yang ma’ruf dan mencegah mereka
dari perbuatan yang munkar. Mereka ini harus menjadi pioner bagi
terbentuknya umat yang memiliki kualitas tinggi dalam menegakan Islam.
Untuk mencapai terbentuknya dakwah inilah, takwin
memegang peranan yang utama. Uamat islam mesti kembali mengkader suatu generasi
yang menampilkan Islam dalam bentuk yang sebenarnya. Dasar pijkan adalah :
“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang
mengalak kepada kebaikan yang menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS.
3:104).
Rujukan utama dalam melaksanakan ini adalah
Rosulullah SAW. Pada perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabat ridwanullah
alaihim, Allah telah menggambarkan suatu manhaj yang jelas dan gamblang untuk
membangun kembali umat ini. dengan belajar dari pembinaan Rosulullah, nyatalah
bahwa bentuk pembinaan (takwiniyah) harus merupakan tarbiyah Islamiyah
harikiyah (pendidikan Islam yang berbentuk sebuah gerakan). Hal ini disebabkan
tuntutan dari realitas umat yang kita hadapi sekarang ini sama keadaan dimasa
Rasul. Di samping itu, watak khas dari kitabullah adalah tarbiyyah robbaniyah.
Firman Allah
“Tetapi
jadilah kamu orang-orang yang robbani, oleh sebab kamu selalu mengajarkan
Al-kitab”. (QS. 3:79).
Maka Al Qur’an menjadi bahsan utama dalam
takwiniyah. Setiap ayat-ayatnya membantu untuk membnagun cakrawala dalam
peradaban Islam.Bukankah ia sebaik-baiknya pengajaran ? bukankah ia membentuk
peribadi-peribadi terbaik dan umat terbauk (khoiru Ummah). Rosulullah bersabda :
“Sebaik-baik
kamu adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkan Al Qur’an. (HR. Bukhari,
Muslim).
Tarbiyah harokiyah nabawiyah
Tarbiyah harokiyah
merupakan salah satu fungsi dari kitabullah Al Qur’an. Disamping kitabusyariah
yang berisi hukum, peraturan dan undang-undang Illahi. Al Qur’an adalah
pembimbing muslim untuk menempuh kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Di
dalam kitab ini terdapat taujih (pengarahan) Robbani yang memiliki pengaruh
sangat dalam pada hati setiap muslim yang membacanya.
Tidak banyak orang memperhatikan betapa tingginya nilai
tarbiyah Illahiyah ketika turun ayat-ayat Al Qur’an pada Nabi Muhammad SAW.
Padahal, ini merupakan suatu rahasia besar yang mengungkapkan keberhasilan
dawah beliau. Sebagai Nabi, Rosulullah adalah murobbi (pendidik) yang paling
utama bagi umatnya. Generasi pertama adalah generasi sahabat ridwanullah
alaihim, telah mendapatkan bimbingan ilahi ini. tidak mengherankan jika
Rosulullah sendiri memberi penegasan.
“ Sebaik-baik zaman adalah zamanku, kemudian berikutnya, kemudian
berikutnya”. (Hadits Sahih).
Dari bimbingan
guru utama ini lahirlah pribadi-pribadi yang utama, tidak pernah ada jalan
sejarah yang menyamai keutamaan mereka. Peribadi yang dibentuk Al Qur’an. Atau dengan istilah Sayyid Qutb “jailul
Qur’an al Fariid” (generasi Qur’an yang unik).
Yang menjadi pertanyaan kini adalah, “ bagaimana generasi
yang utama ini dibentuk? Apakah pola pembentukannya dapat diulangi kembali
sehingga mereka berupaya mengikuti pola ini dapat melahirkan generasi yang
utama pula ?”. pertanyaan ini merupakan suatu bahan bahasan yang menarik tetapi
ulama Islam amat jarang melakukannya. Hanya mereka yang berkecimpung di dunia
harokah islamiyah yang tertarik melakukan pembahasan terhadap masalah ini.
Essensi takwiniyah
Tarbiyah yang
dilakukan Allah terhadap Rasul-Nya, atau yang diwujudkan Rosulullah terhadap
para sahabat beliau adalah arbiyah takwiniyah.
Istilah takwiniyah memang muncul belakangan. Tetapi
esensi dari pembinaan Nabi terhadap para sahabat jelas merupakan takwin.
Tarbiyah takwiniyah adalah upaya membentuk atau menjadikan kader yang mampu
mengemban tugas dan amanah dakwah dalam rangka menegakan Din (Iqomatud Din). Ia
memiliki sasaran yang sangat jelas .
1.
Terbentuknya syakhsiyah Islamiyah yang menjadi teladan
bagi manusia.
2.
Terbentuknya syakhsiyah Dai’yah yang mampu menyru
manusia kejalan Islam.
Sasaran pembinaan dakwah
Pemahaman terhadap
ushul Dinul Islam menjadi modal bagi kepahaman terhadap totalitas Islam. Dalam
pembinaan, langkah pertama adalah membentuk tashawur (presepsi) dalam setiap
mad’u. tashawur itu paling tidak mencapai tiga kriteria,
1.
Jelas dalam arti tidak ghomudh (samar-samar). Islam
yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah, tidak berbelit-belit atau sukar.
Bila Islam itu diibaratkan sebuah rumah, maka harus jelas pondasinya dan
sebagainya. Artinya setiap bagian Islam harus dimengerti fungsi-fungsinya
sehingga memiliki kepahaman yang pasti dan tidak meragukan.
2.
Benar, dalam arti tidak salah, keliru, atau menyimpang
yaitu Islam seperti yang dipahami oleh salafu shalih. Bukan Islam hasil
rekayasa para ulama yang datang belakangan. Apalagi filosof yang belajar pada
orientalis kuffar. Kebenaran sagat bergantung pada sumber penambilannya, yaitu
kitabullah dan sunnah rosul serta
pendapat ulama-ulama yang mu’tabar. Thoriqoh yang benar dalam memahami keduanya
adalah jalan yang ditempuh ahlusunah waljamaah.
3. Menyeluruh
atau integral dalam arti tdak parsial., sepotong-sepotong atau
sebagian-sebagian. Islam yang disajikan harus merupakan Islam yang utuh bukan
bagian dari islam. Tidak dibenarkan adanya pencampuran antara haq (Islam)
dengan bathil (selain Islam). Sesungguhnya sebagian Islam yang bercampur dengan
suatu metode yang lain adalah penghianatan terhadap allah dan Rosul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam secara
keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
(syaitan) itu musuh yang nyata bagimu. (QS.2.208)
Post a Comment