Bangkit dari Kubur
Bangkit dari Kubur
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: 'Ya Allah,
perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati?' Allah
berfirman: 'Apakah kamu tidak percaya?' Ibrahim menjawab, 'Bahkan (aku telah
percaya), akan tetapi agar hatiku tetapi agar tenang hatiku...'."
(Al-Baqoroh: 260).
Dalam Islam, yang termasuk dalam perkara akidah adalah
mempercayai hari kebangkitan atau mungkin lebih dikenal dengan judgment
day alias hari pembalasan. Allah akan membangkitkan tulang-tulang manusia
yang berserakan di dalam perut bumi kembali menjadi tubuh yang utuh berselimut
daging dan terbungkus kulit untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di
dunia.
I?tiqad atau kepercayaan ini berlandaskan pada beberapa ayat
dalam Alquran yang menjelaskan kuasa Allah dalam menghidupkan dan mematikan
makhluq-makhluq-Nya. Di antaranya kisah penyembelihan sapi betina dalam surah
Al-Baqarah yang nantinya sebagai media untuk membangkitkan seorang Yahudi yang
dibunuh tanpa diketahui pelakunya (Al-Baqoroh: 67-74), juga kisah seorang
musafir yang masuk pada satu desa yang sudah musnah, lalu Allah mengembalikan
desa itu seperti sedia kala (Al-Baqoroh: 259) begitu pula kisah Nabi Ibrahim as
yang tersebut di atas.
Sebagai seorang muslim yang sudah menyatakan percaya kepada
enam rukun iman, yaitu percaya pada keberadaan Allah, malaikat, kitab-kitab
suci, para nabi dan rasul-Nya, taqdir dan juga hari akhir, maka tentu saja ia
harus mempercayai kebangkitan manusia pada hari akhir tersebut.
Kalau kemudian kalangan materialis dan atheis mengingkari hari
akhir, tidak lain dan tidak bukan karena hari itu belum terjadi. Namun, ketika
Alquran menyebutkan peristiwa-peristiwa pembangkitan yang terjadi sebelum hari
akhir, maka hati dan pikiran yang jernih akan mengakui kekuasaan Allah dalam
membangkitkan yang mati dan juga mengakui keberadaan hari akhir yang diberitakan
oleh Rasulullah saw.
Tak bisa dipungkiri kalau kemudian umat Islam yang meskipun
jumlahnya lebih dari satu milyar ternyata kebanyakan dari mereka terkungkung
pada pemikiran ala atheis dan materialis yang menyangka bahwa manusia hanya
hidup sekali dan mati sekali. Meskipun dari mulut-mulut mereka mengakui
keberadaan hari akhir yang merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini,
namun sayangnya, perilaku mereka mengindikasikan bahwa mereka tidak pernah
memikirkan apa yang mestinya hendak mereka siapkan untuk hari kebangkitan mereka
kembali.
Suatu ketika Rasulullah saw ditanya, "Kapan hari kiamat?"
Rasulullah aw menjawab, "Apa yang kamu persiapkan untuknya?" Alih-alih menjawab
bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut hanya pada Sang Pencipta hari kiamat,
Rasulullah saw malah mengingatkan si penanya dengan pertanyaan balik tentang apa
yang harus disiapkan untuk menyambut hari itu.
Kembali kepada kisah Nabi Ibrahim as ketika beliau meminta
Allah Ta?ala untuk menunjukkan kepadanya bagaimana cara Allah menghidupkan
makhluk yang sudah mati. Lalu, kelanjutan dari ayat di atas adalah perintah
Allah kepada Nabi Ibrahim untuk mencari empat ekor burung dan mencincangnya
menjadi beberapa potong, lalu potongan-potongan tubuh burung tadi diletakkan
pada beberapa bukit yang berbeda-beda, lalu Allah memerintahkan beliau untuk
memanggil empat burung tadi dan dengan ajaib empat burung tadi terbang dari
bukit-bukit itu menuju Nabi Ibrahim dalam keadaan hidup.
Begitu mudahnya Allah menghidupkan yang mati, lalu apa yang
hendak kita siapkan jika kita dihidupkan lagi dari kematian seperti
burung-burung itu?
Post a Comment