HAKIKAT IMAN
I. Iman adalah keyakinan dan perbuatan
Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rosul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Q.S 49:15).
Bahwasannya keimanan yang benar adalah keyakinan yang tidak tercampuri keraguan serta diiringi perbuatan sebagai buktinya seperti berjihad di jalan Allah baik dengan jiwa maupun harta.
Keyakinan dalam hati saja tidaklah cukup untuk membuktikan keimanan, hal ini tercermin dalam tindakan Iblis yang meyakini keesaan Allah tapi membangkang terhadap perintah-Nya. Firman Allah: "Iblis berkata, ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan." (Q.S. 38:79).
Walaupun demikian, Allah mensifati Iblis dengan kafir karena enggan dan sombong terhadap perintah-Nya.
Keimanan yang benar tersusun dari dua hal:
- Keyakinan yang mantap tanpa dicampuri keraguan dan kebimbangan.
- Amal perbuatan sebagai konsekwensi keyakinan.
- Perbuatan hati, seperti: Takut kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya.
- Perbuatan lisan, seperti: Mengucapkan Syahadatain, bertasbih, istighfar dan lainnya.
- Perbuatan anggota tubuh seperti: Sholat, puasa, berjihad di jalan Allah, berusaha mencari rizki dan lain-lain.
Ada sebab-sebab yang dapat menguatkan keimanan seseorang sehingga kadar keimanannya naik dan bertambah.
Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhan merekalah mereka bertawakkal." (Q.S. 8:2).
Di samping itu ada pula perbuatan-perbuatan yang menyebabkan turunnya kadar keimanan seseorang seperti: bermaksiat kepada Allah. Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang mukmin berzina ketika ia mukmin." "Tidaklah seorang mukmin mencuri ketika ia mukmin." (Al-Hadits).
Untuk menjaga keimanan dibutuhkan penopang yang kokoh yaitu berupa keyakinan kepada Allah SWT dengan diiringi perbuatan-perbuatan taqwa dan menjauhi kemaksiatan sekecil apapun. Maka membersihkan hati dan menghilangkan sekat-sekat yang menutupinya dari hidayah Allah SWT adalah langkah pertama menuju keimanan yang hakiki.
Post a Comment