IMAN DAN IBADAH YANG BENAR PANCARAN CAHAYA ILAHI


IMAN DAN IBADAH YANG BENAR PANCARAN CAHAYA ILAHI


TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti siaran ini pemirsa diharapkan mampu
1.      Menunjukkan iman yang benar
2.      Menunjukkan perbedaan antara iman yang benar dan yang salah
3.      Menunjukkan bentuk ibadah yang benar
 
POKOK-POKOK MATERI
1.      Ta’rif al Iman
Iman yang benar adalah pernyataan yang dibenarkan oleh hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Imam Syafi’iy meriwayatkan dari para pendahulunya yang mendefinisikan iman sebagai gabungan antara : pernyataan-perbuatan dan niat.
Iman dan ibadah yang benar adalah pancaran cahaya Ilahiy.

2.      Penyimpangan-penyimpangan dalam keimanan
  1. Pernyataan lesan yang tidak diikuti dengan keyakinan hati adalah kemunafikan QS. 2:8, dan mereka diancam dengan azab yang sangat dahsyat QS. 4:34
  2. Ma’rifah dengan hati saja tidak cukup membuat seseorang menjadi beriman dengan benar jika tidak dinyatakan dengan pernyataan yang benar pula.
-          Fir’aun dan kaumnya menyadari betul kebenaran ajaran Musa dan Harun AS hanya saja mereka tidak pernah menyatakan beriman dengan Musa dan Harun. QS. Al Isra/17:102
-          Ahlul kitab sangat jelas mengetahui kebenaran ajaran Muhammad SAW QS. 6: 20
-          Bahkan Iblis sudah mengenal Allah, tetapi ia menjadi imam kaum kafir
  1. Penumbuhan keimanan yang hanya bersumber dari ilham khathir (rasa), dan mukasyafah tanpa merujuk kepada Al Qur’an dan as Sunnah adalah penyimpangan yang harus diluruskan. Allah turunkan Al Qur’an agar difungsikan sebagai mizan (timbangan) QS. Al Hadid/57:25. Dan barang siapa yang kehilangan mizan makan sangat mungkin ia berada dalam penyimpangan. Sabda Nabi : “Sesungguhnya telah aku tinggalkan untukmu dua hal yang jika kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu : Kitabullah dan Sunnahku” Al Muwattha’ imam Malik.  
  2. Keimanan seorang manusia biasa tidak akan membuatnya menjadi orang yang ma’shum (terjaga dari kesalahan), sehingga mengesankan apapun yang ia sampaikan sebagai kebenaran wahyu yang tidak dapat ditawar atau dibantah lagi.
  3. Ilha dan , ru’yah (mimpi ) tidak bisa menjadi landasan/sumber agama di luar Al Qur’an dan Sunnah untuk menetapkan hal-hal yang gaib di luar Al Qur’an dan Sunnah. Ungkapan para sufi dalam hal seperti ini tidak dapat dibenarkan menjadi seperti ucapan nabi.
  4. Ada sebagian orang yang beranggapan jika seseorang sudah mencapai tingkat tertentu dalam keimanan maka ia gugur dari taklif (kewajiban), ia tidak lagi wajib shalat, puasa dan amal ibadah lainnya seperti umat lainnyam, dengan berdalil QS Al Hijr/15: 19. Pemahaman ini adalah pemahaman kufr, sebab pertama, kata yakin yang dimaksud di ayat itu adalah ajal/kematian. Kedua,bahwa Rasulullah terus beribadah kepada Allah sampai ajalnya.

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar