Istighfar dan Taubat sebagai Salah Satu Kunci Dibukanya Pintu Rezeki
Istighfar dan Taubat sebagai Salah Satu Kunci Dibukanya Pintu Rezeki
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya." (Ath-Thalaq: 2 -- 3).
Hal yang paling penting dalam perhatian sebagian besar manusia
adalah masalah rezeki. Menurut pengamatan, sejumlah umat Islam memandang bahwa
berpegang dengan Islam akan mengurangi rezeki mereka. Tidak hanya sebatas itu,
bahkan lebih parah dan menyedihkan lagi bahwa ada sejumlah orang yang masih mau
menjaga sebagian kewajiban syariat Islam, tetapi mereka mengira bahwa jika ingin
mendapatkan kemudahan dibidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup
mata dari sebagian hukum-hukum Islam, terutama yang berkenaan dengan halal dan
haram. Benarkah demikian?
Mereka itu lupa atau pura-pura lupa bahwa Sang Khaliq tidaklah
menyariatkan agama-Nya hanya sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam
perkara-perkara akhirat dan kebahagiaan mereka di sana saja. Tetapi, Allah
menyariatkan agama ini juga untuk menunjuki manusia dalam urusan kehidupan dan
kebahagiaan mereka di dunia. Bahkan, doa yang sering dipanjatkan Nabi kita,
kekasih Tuhan Semesta Alam, yang dijadikan-Nya sebagai teladan bagi umat manusia
adalah:
"Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di
dunia dan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka."
Allah dan rasul-Nya tidak meninggalkan umat Islam tanpa petunjuk dalam kegelapan, berada dalam keraguan dalam usahanya mencari penghidupan. Tetapi sebaliknya, sebab-sebab rezeki itu telah diatur dan dijelaskan. Seandainya umat ini mau memahaminya, menyadarinya, berpegang teguh dengannya, serta menggunakan sebab-sebab itu dengan baik, niscaya Allah Yang Maha Pemberi rezeki dan memiliki kekuatan akan memudahkannya mencapai jalan-jalan untuk mendapatkan rezeki dari setiap arah, serta akan dibukakan untuknya keberkahan dari langit dan bumi.
Allah dan rasul-Nya tidak meninggalkan umat Islam tanpa petunjuk dalam kegelapan, berada dalam keraguan dalam usahanya mencari penghidupan. Tetapi sebaliknya, sebab-sebab rezeki itu telah diatur dan dijelaskan. Seandainya umat ini mau memahaminya, menyadarinya, berpegang teguh dengannya, serta menggunakan sebab-sebab itu dengan baik, niscaya Allah Yang Maha Pemberi rezeki dan memiliki kekuatan akan memudahkannya mencapai jalan-jalan untuk mendapatkan rezeki dari setiap arah, serta akan dibukakan untuknya keberkahan dari langit dan bumi.
Di antara sebab terpenting diturunkannya rezeki adalah
istighfar (memohon ampunan) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha
Menutupi (kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi
dua pembahasan:
- Hakikat istighfar dan taubat.
- Dalil syar'i bahwa istighfar dan taubat termasuk kunci rezeki.
Hakikat Istighfar dan Taubat
Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat
hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan,
"Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya." Tetapi, kalimat itu tidak membekas di dalam hati, juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta.
Para ulama, semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada mereka, telah menjelaskan hakikat istighfar dan taubat.
"Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya." Tetapi, kalimat itu tidak membekas di dalam hati, juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta.
Para ulama, semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada mereka, telah menjelaskan hakikat istighfar dan taubat.
Imam ar-Raghib al-Ashfahani menerangkan, "Dalam istilah syara',
taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah
dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya, dan berusaha melakukan
apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti
syarat taubatnya telah sempurna."
Imam an-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan, "Para ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia, maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Imam an-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan, "Para ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia, maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubat itu berkaitan dengan manusia, maka syaratnya ada
empat. Ketiga syarat seperti di atas, dan keempat hendaknya ia membebaskan diri
(memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka
ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya
maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta maaf
kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf."
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam ar-Raghib
al-Ashfahani adalah "Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Allah SWT
berfirman, "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha
Pengampun." (Nuh: 10).
Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya
dengan lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan,
memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan
adalah pekerjaan para pendusta.
Dalil Syar'i bahwa Istighfar dan Taubat Termasuk Kunci Rezeki
Beberapa nash (teks) Alquran dan hadis menunjukkan bahwa
istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab rezeki dengan karunia Allah.
Di bawah ini beberapa nash dimaksud:
Di bawah ini beberapa nash dimaksud:
- Apa yang disebutkan Allah tentang Nuh yang berkata kepada kaumnya, "Maka
aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai'." (Nuh: 10-12).
Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dengan istighfar.
- Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya,
"Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun."
- Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu
berkata, "Adalah (hujan) yang turun dengan deras."
- Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak. Dalam menafsirkan ayat, Atha'
berkata, "Niscaya Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian."
- Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun.
- Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai.
Imam al-Qurthubi berkata, "Dalam ayat ini, juga disebutkan dalam (surat Hud) adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rezeki dan hujan."Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata, "Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya dan kalian senantiasa menaati-Nya, niscaya Ia akan membanyakkan rezeki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, mem-banyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian)."Demikianlah, dan Amirul mukminin Umar bin Khaththab juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah. Muthrif meriwayatkan dari asy-Sya'bi: "Bahwasanya Umar keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka, seseorang bertanya kepadanya, "Aku tidak mendengar Anda memohon hujan." Maka ia menjawab, "Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih langit yang dengannya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu, beliau membaca ayat:"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat." (Nuh: 10 -- 11).Imam al-Hasan al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan, dan kekeringan kebun-kebun.Imam al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata, "Ada seorang laki-laki mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang kegersangan (bumi), maka beliau berkata kepadanya, 'Beristighfarlah kepada Allah!' Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka beliau berkata kepadanya, 'Beristighfarlah kepada Allah!' Yang lain lagi berkata kepadanya, 'Doakanlah (aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak!' Maka beliau mengatakan kepadanya, 'Beristighfarlah kepada Allah!' Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya, maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, 'Beristighfarlah kepada Allah!'
Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan, Maka ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan bermacam-macam (perkara) dan Anda memerintahkan mereka semua untuk beristighfar. Maka al-Hasan al-Bashri menjawab, 'Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi, sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai'." (Nuh: 10-12).Allahu Akbar! Betapa agung, besar, dan banyak buah dari istighfar! Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai beristighfar. Dan, karuniakanlah kepada kami buahnya di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin, wahai Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus Makhluk-Nya. - Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya,
"Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun."
- Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang seruan Hud kepada
kaumnya agar beristighfar.
"Dan (Hud berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa'." (Hud: 52).Al-Hafizh Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan, "Kemudian Hud memerintahkan kaumnya untuk beristighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rezekinya, melancarkan urusannya, dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman, "Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu."Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan istighfar, dan mudahkanlah rezeki-rezeki kami, lancarkanlah urusan-urusan kami serta jagalah keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. Amin, wahai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan. - Ayat yang lain adalah firman Allah:
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat." (Hud: 3).Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang beristighfar dan bertaubat. Maksud dari firman-Nya: "Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu," sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas adalah, "Ia akan menganugerahi rezeki dan kelapangan kepada kalian."
Sedangkan Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan, "Inilah buah dari istighfar dan taubat. Yakni, Allah akan memberi kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rezeki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukan-Nya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian.Janji Tuhan Yang Maha Mulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan syaratnya. Syekh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi berkata, "Ayat yang mulia tersebut menunjukkan bahwa beristighfar dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah menganugerahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan berdasarkan syarat yang ditetapkan." - Dalil lain bahwa beristighfar dan taubat adalah di antara kunci-kunci
rezeki, yaitu hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa'i, Ibnu
Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda,
"Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya
Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap
kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah
yang tiada disangka-sangka."
Dalam hadis yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan wahyu, mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu bahwa Allah Yang Maha Memberi rezeki, yang Memiliki kekuatan akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya.Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rezeki hendaklah ia bersegera untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun perbuatan. Dan, hendaknya setiap muslim waspada, sekali lagi hendaknya waspada, dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab, itu adalah pekerjaan para pendusta.
Post a Comment