Kesaksian Palsu
Kesaksian Palsu
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga murah (dengan uang di dunia), mereka tidak
akan mendapat bagian pahala di akhirat, bahkan Allah tidak akan berkata-kata
pada mereka, dan tidak akan melihat dengan rahmat padanya, dan tidak pula
menyucikan (membebaskan) mereka dari tuntutan, dan bagi mereka tetap siksa yang
sangat pedih." (Ali Imran: 77)
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya
itu akan dimintai pertanggungjawabannya." (Al-Israa': 36)
Kebiasaan berbohong atau berdusta menjadi saksi palsu dengan
bersumpah palsu agaknya sudah merupakan budaya yang tidak asing lagi bagi
masyarakat, bahkan para tokohnya pada saat ini. Rasanya mereka tidak pernah
mempunyai beban, padahal mereka melaksanakan hal-hal yang menurut ajaran Islam
itu harus benar-benar dijauhi.
Disharmonis kehidupan akan senantiasa terwujud di tengah-tengah
masyarakat jika memang kebiasaan tersebut tidak segera dihentikan. Padahal,
ketenangan hidup akan tercapai bilamana elemen masyarakat antara yang satu
dengan yang lainnya saling menaruh rasa percaya diri dan jujur (amanah) dalam
kesehariannya. Ketenangan akan berubah menjadi kerunyaman dan ketidakdisiplinan
manakala sifat jujur (amanah) sudah tidak menjiwai masyarakat lagi, seperti
kondisi yang terjadi pada saat ini. Para pejabat sudah tidak mendapat hati di
mata masyarakat. Masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada mereka. Hal ini
bukan terjadi pada para pejabat saja, melainkan sudah merasuki kepada para tokoh
masyarakat - sebut saja para guru agama dan kyai - yang nota benenya para
pemimpin informal/spiritual mereka. Persoalan ini lebih disebabkan karena mereka
terlalu mengumbar kata-kata, mengumbar nasihat-nasihat dan mengumbar
janji-janji, tetapi tak satu pun kata, nasihat, atau janji tersebut terbukti
dalam kenyataan.
Oleh karena itu, melalui ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan kepada para hamba-Nya akan bahaya perbuatan tersebut dan implikasinya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Satu implikasi yang logis dalam kehidupan duniannya adalah terjadinya penghalalan segala cara yang timbul akibat kesaksian palsu dan kedustaan seorang hamba. Kesaksian palsu dan dusta tidak akan terjadi bila dibalik perbuatan tersebut tidak ada segepok uang/hadiah atau setumpuk jabatan. Lantaran adanya iming-iming ini, maka seseorang akan sangat mudah tergiur untuk melaksanakan perbuatan tersebut (melanggarnya). Sebagai seorang muslim, kita seharusnya sadar akan buruknya perbuatan tersebut serta akibat yang ditimbulkannya, sadar pula akan ancaman yang diberikan Allah kepada kita.
Oleh karena itu, melalui ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan kepada para hamba-Nya akan bahaya perbuatan tersebut dan implikasinya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Satu implikasi yang logis dalam kehidupan duniannya adalah terjadinya penghalalan segala cara yang timbul akibat kesaksian palsu dan kedustaan seorang hamba. Kesaksian palsu dan dusta tidak akan terjadi bila dibalik perbuatan tersebut tidak ada segepok uang/hadiah atau setumpuk jabatan. Lantaran adanya iming-iming ini, maka seseorang akan sangat mudah tergiur untuk melaksanakan perbuatan tersebut (melanggarnya). Sebagai seorang muslim, kita seharusnya sadar akan buruknya perbuatan tersebut serta akibat yang ditimbulkannya, sadar pula akan ancaman yang diberikan Allah kepada kita.
Pendengaran yang kita gunakan untuk mendengarkan informasi dan
berita yang ada ini, mata yang kita gunakan untuk melihat apa yang ada dihadapan
kita ini, dan hati yang kita gunakan untuk untuk memahami dan menyelami
kehidupan ini semuanya masing-masing akan dimintai pertanggungjawabannya oleh
Allah SWT kelak di hari kiamat. Apa saja yang dilakukan organ tubuh kita ini
Allah senantiasa mengontrolnya, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam ayat ke-18
dari surat Qaaf, "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."
Berangakat dari ayat ini, sudah saatnya seorang muslim
memperhatikan hal-hal berikut ini:
- Menghindar menjadi saksi palsu atau berlaku dusta. Saksi palsu termasuk
salah satu dosa besar yang harus bersama-sama kita jauhi. Dalam hal ini,
Rasulullah saw menjelaskan dalam sabdanya, Dari Abu Bakrah ra berkata,
Rasulullah saw bersabda, "Maukah kalian aku ceritai tentang dosa besar yang
paling besar?" Kami menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Dia bersabda,
"Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua," Rasul ketika itu
bersandar lalu duduk kemudian bersabda, "Ingatlah, dan kesaksian palsu."
Rasul terus-menerus mengulang-ulang perkataan itu sehingga kami berkata,
mudah-mudahan Rasul diam. (HR Bukhari dan Muslim)
- Jika kita menghindari perbuatan tersebut berarti kita mencoba menerapkan
salah satu sifat-sifat orang mukmin yang dikasihi dan disayangi Allah
sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Furqan, ayat: 63 - 74. Adapun ayat
yang menekankan penghindaran dari perbuatan tersebut adalah seperti, "Dan
orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
maka mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya."
- Jika kita menjauhi perbuatan tersebut berarti kita telah memenangkan sebuah pertempuran yang dahsyat dengan setan/iblis dan kita keluar dari sebuah pusaran penyakit yang telah tumbuh kuat dalam tubuh kita. Sikap seperti ini biasanya gampang tumbuh lantaran ada satu target yang diinginkan oleh setan/iblis, yaitu terpecah belahnya hubungan umat Islam dengan sesamanya.
Mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya
kepada kita, sehingga kita mampu menerapkan sifat-sifat yang terpuji dalam
kehidupan kita dan mampu menjauhi sifat-sifat yang tercela.
Post a Comment