Keutamaan Berzikir
Keutamaan Berzikir
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan taujih ini seorang peserta dapat:
1. Mengetahui
keutamaan berzikir
2. Menyebutkan
tiga keutamaan berzikir
3. Menyebutkan
tiga dalil dari Al-Qur’an ataupun Hadits tentang anjuran berzikir
4. Termotivasi
untuk senantiasa berzikir minimal pada setiap selesai shalat
5. Melakukan
zikir harian minimal pada setiap selesai shalat
Titik Tekan Materi
Dalam Wajibatul Akh No.26: “Hendaklah engkau
senantiasa merasa diawasi oleh Allah Taala. Mengingat akhirat, dan bersiap-siap
untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk menuju ridha Allah Taala.
Dengan tekad yang kuat, mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah sunnah
seperti qiyamul lail, puasa tiga hari minimal setiap bulan, memperbanyak zikir
dan berusaha mengamalkan do’a yang diajarkan pada setiap kesempatan”.(Risalatul
Ta’lim, Hasan Al-Banna)
Selain shalat sebagai sarana utama berzikir kepada Allah,
terdapat banyak cara berzikir yang lain dengan bacaan-bacaan yang sudah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terdapat berbagai macam zikir yang
sebaiknya dibaca setelah shalat dan bahkan di setiap waktu, keadaan, kegiatan
selalu ada zikirnya. Maka setiap kader seyogianya bahkan harus mampu
mengamalkan zikir-zikir tersebut.
Tidak ada alasan bahwa sulit menemukan bentuk-bentuk dan
cara zikir, karena telah terdapat banyak buku yang dapat dibaca, baik yang
masih berbahasa Arab maupun yang telah diterjemahkan. Namun demikian seorang
kader, khususnya di bidang hadits atau bahasa Arab harus dapat menanyakan
orisinalitas zikir tersebut atau maknanya, sehingga tidak terjebak kepada
zikir-zikir yang tidak ma’tsur atau memiliki makna yang bertentangan
dengan tauhid ahlussunnah wal jama’ah. Agar seorang akh dapat
mengerjakan zikir secara rutin, dapat memberikan berkah dan mengerjakan dengan
penuh keikhlasan, maka perlu difahamkan akan: Dalil-dalil tentang berzikir,
fadhilah berzikir, adab berzikir. Macam-macam zikir, cara membiasakan diri agar
mencintai zikir dan melakukan zikir. Ancaman bagi yang tidak pernah berzikir
dan contoh-contoh dalam berzikir.
Pokok-pokok Materi
1. Dalil-dalil
tentang berzikir
2. Fadhilah
berzikir
3. Adab berzikir
4. Macam-macam
zikir
5. Cara
membiasakan diri agar mencintai dan melakukan zikir
6. Ancaman bagi
yang tidak berzikir
7. Contoh-contoh
zikir
Maraji’
Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi; Majmu’atur Rasail, Hasan
Al-Banna..
Mukadimah
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran bagi kaum yang
berfikir, yakni mereka yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri,
duduk, atau berbaring seraya berfikir tentang penciptaan langit dan bumi
(kemudian berkata): Ya Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan segala sesuatu
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab api
neraka”.(QS. Ali-Imran:190-191)
Suatu saat ketika Rasulullah SAW tengah shalat tahajjud,
turunlah ayat ini dan beliaupun menangis. Bilal yang berada di dekat Rasulullah
SAW melihat beliau menangis bertanya: “Mengapa engkau menangis, ya Rasulullah?”
“Celakalah orang yang membaca ayat-ayat ini(QS. 3:190-191) namun
tidak juga mengambil pelajaran darinya”.
Digambarkan dalam 2 ayat di atas keterpaduan antara ayat qauliyah
dan kewajiban mentadabburinya serta ayat-ayat kauniyah dan kewajiban
mentafakkurinya. Kemudian juga antara kegiatan berzikir dan berfikir.
Rasulullah SAW sebagai pribadi mulia yang menjadi panutan
digambarkan sebagai orang yang diamnya fikir (senantiasa berfikir) dan
bicaranya adalah zikir (senantiasa berzikir). Beliau tidak pernah berdiam diri,
melamun yang tidak berguna, melainkan diamnya selalu dengan konteks berfikir.
Begitu pula bila beliau berkata-kata, seluruh kata-katanya mengandung zikir
atau paling tidak mengandung muatan zikir.
Dalam QS. Ali-Imran:102, Allah Taala berfirman,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu dengan
sebenar-benar taqwa (haqqa tuqatih) dan janganlah engkau mati melainkan dalam
keadaan Islam”.
Makna taqwa yang “haqqa tuqatihi” dijabarkan dalam hadits
sebagai berikut: “Allah senantiasa kau ingat (dzikrullah) dan tidak kamu
lupakan. Allah selalu kau syukuri (bersyukur kepada-Nya) dan tidak mengkufuri
nikmatnya. Dan Allah senantiasa kau taati dan tidak kau kufuri”.
Salah satu ciri ketaqwaan yang hakiki ternyata adalah
berzikir pada-Nya di mana saja dan kapan saja. Artinya di dalam kondisi yang
bagaimanapun kita tetap mengingatnya, berzikir dengan hati, akal dan lisan
kita.
Zikirullah juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
keimanan. Dan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah akan mudah terperosok
atau terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan.
Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna ditaqdirkan Allah lahir ke
dunia sebagai seorang mujtahid dan pejuang/mujahid. Ia seorang imam
dalam segala hal, demikian ungkap Syaikh Ramadhan Al-Buthi. Ia juga pemimpin
yang menyejarah, fenomenal, demikian ungkap Abul Hasan Ali An-Nadwi sedangkan
komentar Al-Bahi al-Khuli, ia adalah sebuah gagasan yang menyimpan kekuatan.
Dan Robert Jackson, pengamat asing menilai bahwa dalam diri Imam Hasan Al-Banna
terkumpul kecerdikan politisi, kekuatan para panglima, hujjah para ulama,
keimanan kaum sufi, ketajaman analisa para ahli matematika, analogi para
filosofi, kepiawaian para orator dan keindahan susunan kata para sastrawan.
Salah satu bentuk kegenialan dan kecemerlangan Hasan
Al-Banna adalah konsepnya tentang sosok-sosok rijalud dakwah
(pelopor-pelopor dakwah). Bahwa dalam sosok rijalud dakwah itu
terkandung konsep ulul albab yang memadukan antara unsur qalb dan
‘aql, antara unsur zikir dan fikir antara unsur
keikhlasan, kebersihan hati, ketajaman analisis dan kesempurnaan pemahaman.
Oleh karena itu dalam buku Majmu’ah Rasail Al-Imam
Asy-Syahid Hasan Al-Banna yang diterjemahkan oleh penerbit Intermedia, Solo
sebagai Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin selain dibahas secara tajam dan
jernih berbagai aspek yang krusial dan aktual, maka diulas pula masalah zikir
secara lengkap dan rinci beserta contoh-contohnya.
Hasan Al-Banna memuji Rasulullah SAW sebagai sebaik-baik
ahli zikir dan pemimpin orang-orang yang berzikir. Rasulullah adalah hamba yang
paling mengenal Rabbnya, memiliki lafal-lafal yang indah, kedalaman makna
zikir, do’a, syukur, tasbih dan tahmid di setiap waktu dan kesempatan baik
zikir yang kecil, maupun zikir yang besar.
Karena Rasulullah SAW selalu berzikir di setiap kesempatan,
maka jika ada pertanyaan kapankah kita berzikir, jawabannya adalah di setiap
waktu dan tempat. Dan Hasan Al-Banna menuntut agar setiap a’dlo Ikhwanul
Muslimin ber-ittiba’ dan berqudwah kepada sunnah Nabi dengan cara menghafal
lafal-lafal zikirnya dalam rangka bertaqarrub kepada Allah.
Keutamaan Atau Fadhilah Zikir
Dalam Al-Qur’an ada begitu banyak ayat yang memerintahkan
kita untuk memperbanyak zikir. Dan penjelasan tentang keutamaannya juga ada di
banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw.
Bahkan di dalam QS. 33:35 yang berisikan ciri-ciri
orang-orang yang akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dimulai dari
laki-laki dan perempuan yang muslim, mukmin, taat, jujur, sabar, khusyu,
bersedekah, berpuasa, menjaga kehormatannya hingga akhirnya puncak kriterianya
adalah orang yang banyak mengingat Allah.
Dan di surat yang sama (Al-Ahzab) tetapi di ayat 41 dan 42,
tertera jelas firman Allah,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا * وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً
وَأَصِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut
nama Allah) dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan
petang”.
Keutamaan zikir
juga nampak dalam hadits-hadits ini, “Aku terserah kepada persangkaan
hamba-Ku terhadap-Ku. Jika ia mengingat-Ku (berzikir) dalam dirinya, Aku akan
menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam sebuah jama’ah, Aku
akan menyebutnya di dalam jama’ah yang lebih baik dari mereka”.(Hadits
Qudsi, Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah).
Dan dalam hadits
Hasan riwayat Tirmidzi dari Abdullah bin Yusr r.a. Ada seorang berkata: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam telah banyak ada padaku, maka
beritahulah kepadaku sesuatu yang aku bisa berpegang teguh dengannya”.
Rasulullah pun bersabda: “Hendaklah lisanmu selalu basah karena berzikir
kepada Allah”.
Paling tidak ada
beberapa keutamaan zikrullah yang dapat disebut di antaranya ialah:
- Memperoleh ketenangan hati dan ketenteraman jiwa. Iman dan kekuatan zikir serta hubungan dengan Allah menjadi stabilisator jiwa, sehingga seseorang selalu diliputi ketenangan dengan ketenteraman karena selalu ingat Allah. Seorang mukmin tak akan bergembira berlebih-lebihan, melonjak-lonjak atau terhanyut dalam kedukaan yang berkepanjangan. Seperti dalam hadits Nabi SAW: “Sungguh ajaiblah orang yang beriman. Bila diberi karunia ia bersyukur ( mengembalikannya kepada Allah) dan itu baik untuknya. Bila diberi musibah ia bersabar dan itu lebih baik lagi untuknya”.
- Memberatkan timbangan hasanat di Yaumul Mizan. Kata Rasulullah ada ucapan zikir yang ringan diucapkan dan berat timbangan kebaikannya di antaranya ialah: Subhanallah, walhamdulillah walaa ilaha illallah wallahu akbar.
- Dijauhkan
dari segala tipu daya setan dan marabahaya. Dengan seseorang rajin membaca
zikir ma’tsurat misalnya di waktu pagi dan petang, maka ia terhindar dari
segala marabahaya yang datang dari syaitan jenis manusia maupun jin. Tidak
akan terkena terkena tipu daya setan, hipnotis, santet, pelet, dan ilmu
hitam lainnya.
- Memperoleh keberuntungan dan kemenangan.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ * فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ
وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang
yang beriman jika sudah ada adzan/panggilan untuk shalat Jum’at, bersegerahlah
untuk zikir kepada Allah dan tinggalkan jual beli, itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui. Maka jika sudah menunaikan shalat itu, bertebaranlah kamu di
muka bumi, carilah bagian dari karunia Allah dan berzikirlah kepada Allah
banyak-banyak agar kalian beruntung/sukses”.(QS. Al-Jumu’ah:9-10)
Jadi berzikir kepada Allah banyak-banyak adalah kunci
keberuntungan dan kemenangan.
- Sebagai alat kontrol dan pengendali diri jika sudah berhasil meraih kemenangan dan kesuksesan. Dalam QS. 110, Allah berfirman: “Ketika pertolongan Allah, dan kemenangan sudah datang dan kamu lihat orang-orang berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah (Islam) keseluruhannya, maka bertasbihlah memuji Rabbmu dan beristigfarlah. Sesungguhnya Ia Maha Pengampun”. Ayat itu mengingatkan kita agar tetap berzikir seandainya kemenangan sudah kita raih karena zikir akan jadi pengendali agar kita tidak lupa diri, ghurur atau takabbur.
Adab Berzikir
Menurut Imam Hasan Al-Banna di dalam buku “Majmu’atu Rasail”
yang diterjemahkan menjadi Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin bab Ma’tsurat
hal 272, yang dimaksud zikir bukanlah sebatas zikir ucapan saja melainkan
segala sesuatu yang ada unsur taqarrub dan muraqabatullah. Oleh
karena itu taubat juga dapat disebut zikir, begitu pula tafakkur,
menuntut ilmu dan mencari ma’isyah yang halal. Sehingga seorang Muslim
dapat berzikir di setiap waktu dan tempat sepanjang ia selalu dalam rangka
mendekatkan diri pada Allah dan senantiasa merasa diawasi oleh Allah.
Namun jika kita berzikir tanpa memperhatikan adab-adabnya,
maka ia sekedar gumaman kata-kata yang terucap tanpa menimbulkan makna atsar,
bekas dan pengaruhnya dalam jiwa.
Memang banyak ulama yang menyebut adab-adab dan tata cara
berzikir, namun Hasan Al-Banna menyebutkan 5 adab yang terpenting dan paling
utama untuk dijaga dan diperhatikan yakni:
- Khusyu’ atau menghadirkan hati dan pikiran dalam memahami makna lafal yang terucap. Kemudian berusaha terwarnai oleh zikir tersebut dan berusaha menjalani maksud dan tujuannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.
- Merendahkan suara sebisa mungkin, dengan
konsentrasi yang penuh dan iradah (kemauan) yang besar sehingga
tidak terganggu atau mengganggu yang lain. Terkait dengan ini, Allah Taala
berfirman,
وَاذْكُرْ
رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah
(nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan
tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai”.(QS.
Al-A’raaf:205)
- Sesuai
atau seirama dengan jama’ah (baik dalam nada dan volume suara) agar
tercipta harmoni dan kebersamaan, jika kita kebetulan berzikir bersama
jama’ah. Usahakan agar tidak mendahului, lebih lambat atau lebih keras
dari bacaan yang lain. Bahkan seandainya datang terlambat sementara yang
lain sudah memulai berzikir, hendaknya kita langsung mengikuti bacaan
mereka. Baru kemudian di akhir zikir, kita mengqadha’ bacaan zikir yang
belum sempat kita baca. Tidak diperkenankan kita membaca yang lain dengan
bacaan yang tengah dibaca jama’ah agar tidak mengacaukan bacaan yang lain
dan mengganggu harmoni kebersamaan.
- Bersih pakaian dan tempat serta memperhatikan/memilih tempat-tempat yang terhormat seperti masjid dan waktu-waktu yang sesuai. Semua itu dimaksudkan agar semakin menambah pengkristalan iradah, kejernihan hari dan ketulusan niat.
- Mengakhiri zikir dengan penuh adab dan kekhusyu’an, menjauhi kesalahan dan main-main. Karena hal itu dapat menghilangkan faedah dan pengaruh zikir. Jika kesemua adab berzikir tersebut diperhatikan, dijaga dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, insya Allah kita akan bisa mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari zikir yang kita baca. Kemudian akan terasa lezatnya di hati, menjadi cahaya bagi ruhani dan melapangkan dada agar dicurahi dengan limpahan rahmat Allah Taala.
Zikir Berjamaah
Ada banyak hadits yang mengisyaratkan disunnahkannya
berzikir berjama’ah. Misalnya hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah
SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum duduk-duduk bersama (untuk) berzikir
kepada Allah, melainkan para malaikat mengitari mereka, rahmat memayunginya,
ketenangan turun kepadanya, dan Allah menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja
yang berada di sisi-Nya”.
Di banyak hadits juga diterangkan bahwa Rasulullah SAW,
keluar untuk shalat berjamaah sementara mereka sedang menunggu sambil berzikir
di mesjid. Lalu beliau memberikan kabar gembira dan tidak melarang mereka
(melakukan hal itu).
Pada dasarnya berjamaah dalam segala kebaikan dan ketaatan
dianjurkan bila membuahkan banyak manfaat, seperti bersatunya hati, menguatkan
ikatan, menggunakan waktu untuk sesuatu yang bermanfaat, dan mengajarkan kepada
orang awam yang belum baik bacaannya serta mengumandangkan syiar Allah Taala.
Namun berzikir berjamaah dapat terlarang jika di dalamnya
terdapat hal-hal yang terlarang secara syar’i, seperti mengganggu orang yang
sedang shalat, diselingi senda gurau dan tawa, menyelewengkan lafal,
mengeraskan dan saling mengungguli atau mendahului dalam berzikir dan hal yang
serupa itu. Bila terjadi hal-hal seperti itu maka zikir secara jama’i dilarang
karena adanya kerusakan-kerusakan atau keburukan-keburukan. Jadi yang dilarang
bukan berjama’ahnya. Apalagi jika zikir jama’ai itu dilakukan dengan
lafal-lafal yang ma’tsur dan shahih, sebagaimana dalam wazhifah kubra
dan sugra (zikir Al Ma’tsurat yang kita kenal, baca dan hafalkan)
Alangkah baiknya apabila para aktivis ikhwan sering
berkumpul untuk membacanya bersama-sama di waktu pagi dan sore di tempat-tempat
berkumpul mereka atau di masjid dengan tetap menjauhi hal-hal yang dilarang
oleh syari’at. Dan barangsiapa yang tidak bisa atau tidak sempat berzikir
berjama’ah, hendaknya membacanya sendiri serta jangan sampai meninggalkannya
sama sekali.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i
dari Abu Sa’id al-Khudri r.a, ia berkata: “Muawiyah keluar (menuju) sebuah
halaqah di masjid. Ia bertanya, “Apa yang membuat kalian duduk-duduk (di
sini)?”. Mereka menjawab, “Kami duduk untuk berzikir kepada Allah”. Muawiyah
menyanggahnya, “Demi Allah, kalian tidak duduk di sini untuk hal itu”. Mereka
menjawab lagi, “Demi Allah, kami tidak duduk di sini melainkan untuk itu
(berzikir)”. Muawiyah berkata lagi, “Saya tidak meminta kalian bersumpah karena
ketidakpercayaanku kepada kalian. Karena tidak seorangpun di antara kalian yang
setara denganku, di mata Rasulullah SAW dan yang lebih sedikit dariku dalam
menukil hadits dari beliau (artinya Muawiyah merendah bahwa sahabat-sahabat
tersebut jauh lebih mulia dan lebih banyak menukil hadits Nabi dibanding
dirinya). Dan sesungguhnya Rasulullah SAW keluar menuju ke sebuah halaqah para
sahabat seraya bertanya, “Apa yang menjadikan kalian duduk di sini?”
Mereka menjawab, ”Kami duduk untuk berzikir kepada Allah, memanjatkan puji dan
syukur kepada-Nya, karena Dia telah memberikan hidayah kepada Islam dan
menganugerahkannya kepada kami”. Rasulullah saw. bersabda, “Saya tidak
meminta kalian untuk bersumpah karena ketidakpercayaanku kepada kalian. Namun
Jibril telah datang kepadaku seraya memberitahukan bahwa Allah membanggakan
kalian di depan malaikat”.(HR. Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i).
Al-‘Aadah (Pembiasaan) agar kita cinta dan senang berzikir.
Salah satu upaya agar kita cinta dan senang berzikir adalah
dengan senantiasa mengingat manfaat zikir, keutamaan zikir, dan ancaman bagi
orang yang tak pernah berzikir, sehingga kita senantiasa termotivasi untuk
berzikir.
Selain itu kita memang harus membiasakan diri kita dan anak
kita sejak dini agar selalu berzikir, sehingga setiap ayunan langkah, helaan
nafas, denyut nadi dan gumaman bibir kita terwarnai oleh dzikrullah.
Seperti dalam gambaran indah saat seorang salafusshaleh yang
masyhur: Abdullah Ibnu Mubarrak bersama saudara-saudaranya diajak ayahnya rihlah
(piknik) sambil riyadhah (berolahraga) dengan mengendarai kuda di
dataran yang luas dan dipenuhi pohon-pohon, “Hai anak-anakku lihatlah pohon di
sebelah sana, bertasbihlah kalian hingga ke pohon itu”. Maka berderaplah
langkah-langkah kuda-kuda Abdullah Ibnu Mubarrak dan saudara-saudaranya menuju
pohon itu sementara mereka terus bertasbih.
Kemudian begitu sampai sang ayah kembali berteriak lantang,
“Anak-anakku, lihat pohon yang di depan sana, ayo tahmid”. Mereka pun semua
bertahmid sambil menderap kuda-kuda mereka. Berikutnya sang ayah menyuruh
mereka agar bertakbir hingga ke pohon yang lebih jauh lagi dan akhirnya
bertahlil hingga ke pohon yang di ujung. Subhanallah, betapa anak-anak
menjadi terbiasa berzikir dengan senang hati dan penuh keridhaan.
Macam-macam zikir dan contoh-contohnya
Ada dua jenis zikir yakni zikir yang terikat waktu dan
tempat serta tata cara yang baku seperti bacaan dalam ibadah shalat dan haji,
begitu pula zikir sesudah shalat. Dan ada pula yang tidak tertentu bisa di
waktu pagi dan petang, kapan saja dan di mana saja seperti wadzifah
ma’tsurat. Makalah singkat ini dilengkapi lampiran wirid-wirid Qur’an dan
keutamaan-keutamaannya serta do’a-do’a sehari-hari yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW dan dinukil oleh Hasan Al-Banna dalam Majmu’ah Rasailnya.
Khatimah
Di dalam khatimah pembahasan tentang zikir di Majmu’ah
Rasail, Imam Hasan Al-Banna menegaskan bahwa wadzifah baik kubra maupun sughra
yang kita kenal sebagai ma’tsurat adalah bukan wadzifah khusus untuk a’dho atau
ikhwan saja, melainkan, juga untuk seluruh kaum muslimin.
Dengan harapan, zikir tersebut dapat membantu semuanya untuk
taat kepada Allah dan menghindarkan mereka dari kelalaian mengingat Allah yang
menyebabkan mereka mendapat ancaman Allah. Wadzifah tersebut dibaca di
waktu pagi, dari Shubuh hingga Zhuhur dan sore hari dari Ashar hingga ba’da
Isya., baik berjamaah maupun
sendiri-sendiri.
Barang siapa sibuk
dan melalaikannya, hendaknya tidak melalaikannya sama sekali melainkan tetap
membacanya sebagian agar tidak terbiasa mengabaikannya.
Sedangkan
wirid-wirid Al-Qur’an untuk dibaca siang dan malam juga adzkar yang lain
dibaca pada waktunya yang tepat.
Akhirnya kita
memohon kepada Allah agar Ia mencurahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita
semua dan juga memohon kepada Allah petunjuk-Nya agar kita tidak lalai, lupa
dan malas. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw. keluarga dan para sahabatnya.
Post a Comment