Menyikapi Alquran dengan Benar dan Sungguh-Sungguh


Menyikapi Alquran dengan Benar dan Sungguh-Sungguh

"Alif laam miim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa." (Al Baqarah: 1-2).
"Yaitu bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan sebagai pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...." (Al-Baqarah: 185).
Di kalangan kaum muslimin kebanyakan orang akan berkata, "Alquran adalah kitab suci agama kami." Padahal, kebanyakan dari mereka hanya mengetahui sedikit sekali tentang isi Alquran dan apa yang terdapat didalamnya.
Faktanya, Alquran telah digunakan untuk banyak tujuan yang sangat jauh menyimpang dari tujuan sebenarnya ia diturunkan. Alquran biasanya kita dapati tergantung di dinding rumah sebagai penutup dekorasi dan dibaca dari waktu ke waktu oleh orang-orang tua. Orang membacanya dalam bahasa Arab. Tetapi, karena mereka hanya mengetahui bagaimana membaca huruf Arab tanpa mengerti artinya, sebagian besar para pembaca Alquran ini sama sekali tidak mengetahi apa yang sedang mereka baca, dan oleh karena itu mereka tidak dapat menangkap apa yang terkandung di dalam Alquran.
Alquran juga diyakini oleh sebagian mereka mempunyai manfaat khusus bagi manusia, seperti sebagai jimat atau tangkal, pembuang sial dan sebagainya. Dikuburan, Alquran dibacakan untuk orang yang sudah meninggal tanpa seorang pun dari yang hidup mengerti apa yang sedang dibaca. Bahkan, Alquran terkadang digunakan untuk meramal.
Singkatnya, dari total kaum muslimin, hanya sedikit yang mengerti dan memahami isi Alquran dan memperlakukannya sebagaimana mestinya. Akibatnya, orang-orang yang tidak tahu nilai-nilai sebenarnya dari Alquran memberikan atribut-atribut yang bertentangan dengannya. Banyak orang yang menyangka bahwa tradisi mereka berasal dari Alquran, padahal tradisi tersebut sangat bertentangan dengan apa yang ada dalam Alquran. Sebagai contoh, ada yang percaya bahwa biji tasbih berwarna biru dapat memalingkan mata setan dan bahwa hal ini dianjurkan dalam Alquran.
Benarkah hal tersebut dari Alquran? Jawabnya tentu saja tidak ada, karena memang tidak ada dalam Alquran. Beberapa ayat di atas adalah sebagian dari ayat-ayat yang menerangkan dan menegaskan tujuan Alquran diturunkan. Yaitu, bahwa hakekat diturunkannya Alquran adalah sebagai petunjuk bagi manusia, yang dapat mendorong manusia agar berpikir dengan sungguh-sungguh tentang masalah-masalah penting, seperti penciptaan dan tujuan hidup, supaya mereka dapat mengenal Allah Yang telah menciptakan mereka, dan untuk menunjukkan kepada manusia jalan yang benar yang harus ditempuh dalam kehidupan dunia ini. Alquran adalah kitab yang dibutuhkan manusia yang mempunyai jiwa dan pikiran terbuka.
Banyak ritual-ritual yang dipraktikkan, diyakini berasal dari Alquran, padahal sebenarnya tidak. Sebaliknya, malahan kebanyakan ritual-ritual tersebut bertentangan dengan pesan-pesan dan nilai-nilai yang terdapat dalam Alquran itu sendiri. Ini disebabkan kebodohan akan hakikat dan kandungan Alquran. Ini juga menunjukkan perbedaan yang nyata antara agama yang sejati, sebagaimana yang diterangkan Alquran, dengan konsep-konsep agama yang umumnya dianggap lazim. Perbedaan ini terjadi karena mengabaikan sumber aslinya, yaitu Alquran. Tentang hal tersebut, dalam Alquran sudah disebutkan, surat Al-Furqaan, ayat 30, yang artinya, "Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran ini sesuatu yang tidak diacuhkan."
Jadi, yang pertama kali kita butuhkan adalah memperbaiki persepsi yang salah tentang Alquran dan membuat manusia memahami bahwa Alquran bukanlah sebuah kitab yang diturunkan hanya untuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, tetapi untuk semua manusia, khususnya yang mengaku dirinya muslim. Siapa pun yang mengaku sebagai seorang muslim, maka harus bisa membaca Alquran dan berusaha memahami arti ayat-ayatnya serta kandungannya.
Sudah tak terhitung banyaknya prasangka-prasangka yang berasal dari tradisi nenek moyang dimasukkan ke dalam agama ini karena tidak mengerjakan apa yang diperintahkan Alquran dan tidak mempelajari agama ini dari Alquran sebagai sumber aslinya. Padahal, ayat-ayat Alquran sendiri sudah sangat jelas menekankan bahwa dalam mempelajari agama tidak perlu mencari sumber lain selain Alquran.
"Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Alquran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka mengetahui bahwa Alquran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang orang yang ragu-ragu (akan kebenaran Alquran)."
Tentu saja mempelajari Alquran, baru merupakan langkah awal, karena harus disertai dan diikuti dengan aplikasinya (praktik kesehariannya). Ada orang-orang yang mengatakan Alquran telah ketinggalan zaman. Ada yang berpuas diri dengan hanya telah membaca Alquran dan menyangka dengan begitu ia telah memenuhi kewajiban agama dengan sempurna. Bagaimanapun, ini bukan soal sekedar membaca Alquran saja, tetapi juga bagaimana mempelajari dan memahami kandungannya serta mempraktekkannya, memenuhi perintah-perintahnya, serta menerapkan standar-standar moral sebagaimana yang diterangkan di dalamnya. Singkat kata, bagaimana menerapkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari dengan segala aspeknya.
Mereka yang mengatakan bahwa Alquran telah ketinggalan zaman dan perlu direvisi untuk membuatnya sesuai dengan zaman kini sebenarnya tidak dapat menangkap fakta bahwa Alquran tidak dibatasi oleh rentang waktu, tetapi meliputi semua zaman dan semua peradaban. Ia merupakan firman Allah Yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu dan segala masa, baik lalu, kini maupun yang akan datang. Jika seseorang membaca Alquran dengan kejujuran hati dan pikiran yang terbuka, ia akan melihat sosok-sosok manusia dan peradaban yang diterangkan dalam Alquran ada dalam setiap peradaban dalam sejarah, termasuk hari ini, dan bahwa Alquran menjelaskan keadaan manusia dan peradaban masa kini. Semua penyimpangan, pemutarbalikkan kebenaran, dan kesalahan-kesalahan dari sebuah masyarakat yang telah menyimpang dari nilai-nilai agama yang benar telah dinyatakan dengan jelas dalam Alquran. Reaksi-reaksi manusia dalam masyarakat seperti ini terhadap agama juga telah disebutkan dengan analisa karakter yang teliti. Semua penjelasan dan analisa ini sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini, sehingga dapat kita katakan ini merupakan "keajaiban" Alquran dalam bidang sosialogi.
Yang menarik adalah bahwa pandangan orang-orang yang mengatakan bahwa Alquran tidak relevan lagi dengan zaman ini, hanya untuk zaman yang lalu, juga telah didiagnosa dalam Alquran sebagai hasil dari kelemahan pemahaman. Kita harus ingat bahwa orang-orang kafir ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, sebelum ketika dan sesudah turunnya Alquran juga telah berkata bahwa agama Islam dan Alquran adalah "dongeng orang-orang dahulu kala" (An Nahl:24).
Selanjutnya, sebagai muslim, jika kita hanya puas dengan membaca dan mengenal Alquran tanpa mempraktekkannya, kita akan menghadapi konsekuensi yang tidak menyenangkan. Allah menyebutkan bangsa Yahudi sebagai contoh orang yang berlaku seperti itu dan mengibaratkan mereka seperti keledai yang memikul kitab-kitab tanpa memahaminya, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Jumu'ah ayat 5, yang artinya, "Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayta Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim." Sekian, wallahu a'lam.

Tidak ada komentar