BAHAYA JUDI DAN MINUMAN KERAS
Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Allah, dan jauhilah hal-hal yang diharamkan oleh-Nya. Ikhlaskanlah niat ibadah dan mu'amalahmu hanya kepada Allah semata. Ketahuilah bahwa penyebab paling kuat yang bisa mendatangkan rizki dan keberkahan adalah memantapkan diri bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berniat baik dalam bermu'amalah. Jauhilah permainan judi dan lotere.
Wahai kaum Muslimin, ketahuilah bahwa permainan judi (maisir) adalah jenis permainan yang sangat terkenal di zaman jahiliyyah sebelum Islam datang memberantasnya. Tersebutlah bahwa orang-orang Arab sebelum datangnya Islam gemar berkumpul-kumpul untuk bersenang-senang, bercanda serta mencari perhatian dan pujian. Untuk sampai kepada tujuan itu, mereka menciptakan permainan yang dinamakan maisir. Yakni sebuah permainan dengan menggunakan sepuluh anak panah yang berfungsi sebagai dadu. Setiap dadu tertulis bagian tertentu yang sudah dikenal oleh mereka, kecuali tiga buah dadu yang kosong, tidak ada bagiannya, sebagaimana dilakukan di zaman sekarang.
Kemudian mereka menyembelih unta dan memotong-motongnya menjadi banyak sesuai dengan bagian yang tertera dalam dadu tersebut. Selanjutnya dadu-dadu tersebut di masukkan ke dalam sebuah tempat untuk diaduk oleh seseorang yang sudah dipercaya keadilannya. Lalu orang ini menyebut nama para pemain sambil mengeluarkan dadu-dadu tersebut dari tempatnya. Apabila dadu yang keluar berisi bagian, maka orang yang dipanggil namanya boleh mengambil bagiannya. Adapun jika ia memperoleh dadu yang kosong, maka ia tidak boleh mengambil apapun. Bahkan ia diharuskan membayar harga unta yang disembelih tadi. Mereka yang beroleh kemenangan dalam permainan ini tidak mau memanfaatkan hasilnya atau memakannya, tetapi oleh mereka diberikan kepada kaum fakir miskin. Dan ini adalah salah satu cara untuk mendapatkan pujian dan sanjungan, di samping sebuah penampilan yang menunjukkan kedermawanan seseorang. Demikianlah menurut kepercayaan mereka. Terkadang dalam satu majlis permainan, seseorang bisa memperoleh bagian yang banyak. Tapi semua itu dibagikan kepada kaum fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Sekali lagi, dengan maksud agar mereka beroleh pujian dan sanjungan.
Demikianlah, kisah mula permainan maisir (judi) di zaman Jahiliyyah. Dengan tegas, Islam melarang permainan ini dan mencapnya sebagai perbuatan najis yang hanya dilakukan oleh setan. Kemudian, menghukumi orang-orang yang terlibat di dalamnya atau hanya sekedar iseng atau hanya sekedar menyaksikan permainan ini sebagai orang-orang yang berbuat haram dan dosa besar.
Permainan judi ini mencakup semua jenis permainan yang melibatkan dua orang atau lebih, hingga pada akhirnya salah seorang dari mereka mengalami kerugian harta, karena menderita kekalahan dari lawan mainnya. Dengan demikian, masing-masing pemain dalam permainan ini diancam kerugian ludesnya harta benda. Bertolak dari pengertian ini, maka segala jenis permainan dadu, catur, kartu, adu jago dan lain sebagainya yang memakai taruhan -sebagaimana telah disebutkan ciri-cirinya- jelas diharamkan. Termasuk dalam kategori maisir adalah kartu undian dan lotere yang dewasa ini banyak diperjual belikan di berbagai negara. Sekalipun hal ini ditujukan untuk mencari dana guna menyelesaikan proyek-proyek kebajikan atau sumbangan-sumbangan kebaikan, tapi prinsipnya persis sama dengan unta yang disembelih di zaman jahiliyyah untuk dipertaruhkan dalam permainan maisir, di mana mereka tidak memakannya sedikit pun, dan bahkan membagi-bagikannya kepada kaum fakir miskin. Oleh karena itu, dengan tegas syari'at Islam mengharamkannya atas kaum muslimin.
Firman Allah Ta'ala:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dari perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." (Q.S. Al-Maaidah: 90-91).
Astaghfirullaha lii wa lakum wa lijami'il muslimin wal muslimat min kulli zanbin fastaghfiruhu innahu huwal ghafuururrahim.
Post a Comment