Definisi "Ahli Hadis" dan "Salaf"
Definisi "Ahli Hadis" dan "Salaf"
(Definisi-Definisi Istilah Penting Berhubungan dengan Pemahaman Akidah Ahli Sunnah wal Jamaah [Bagian II])
Di dalam kajian beberapa edisi berikut ini dijelaskan beberapa
istilah-istilah penting yang berhubungan dengan pemahaman akidah Ahli Sunnah wal
Jamaah, seperti: as-Sunnah, al-Jamaah, Ahli Hadis, Salaf, Golongan yang
Mendapat Pertolongan, dan Sikap Seorang Muslim dalam Menjalankan Perintah Syar'i
dan Hukum Alam.
Definisi Ahli Hadis
Menurut bahasa Arab, al-hadits berarti "baru." Lawan
katanya al-qadim, yang berarti "lama." Adapun menurut istilah,
al-hadits ialah perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat, atau akhlak Nabi
saw. (Lihat Manhaj an-Naqdi Fi Ulumil Hadis, hlm. 26)
Ilmu hadits terdapat dua macam, yaitu:
Ilmu hadits terdapat dua macam, yaitu:
- ilmu hadits riwayat,
- ilmu hadits dirayah.
Ilmu hadis riwayat ialah ilmu yang meliputi perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat Nabi, riwayat dan penyampaian, serta penulisan lafaz-lafaznya. (Tadribur-Rawi 1:40)
Ilmu hadis dirayah ialah ilmu tentang peraturan-peraturan yang
dipergunakan untuk mengetahui keadaan sanad dan matan. (Tadribur-Rawi
1:41). Ilmu ini disebut juga Musthalah Hadis.
Jika dikatakan Ahli Hadis, ialah orang-orang yang memperhatikan
hadits Rasulullah saw, baik dari segi riwayat maupun dari dirayah. Mereka
mencurahkan tenaganya untuk mengkaji hadits-hadits Nabi saw dan periwayatannya,
mengikuti isinya berupa ilmu dan amal, serta menjalankan sunnah dan menjauhi
bid'ah. Mereka berbeda dengan para pengikut hawa nafsu (ahlul hawa) yang
cenderung mendahulukan perkataan-perkataan orang sesat daripada sabda Rasulullah
saw. Golongan pengumbar nafsu ini sering lebih mendahulukan akal pikiran yang
rusak, logika yang kacau, dan perkataan yang bertentangan dengan Alquranul Aziz
dan as-Sunnah asy-Syarifah.
Dengan demikian, Ahli Hadis adalah orang yang paling patut
meyakini kebenaran; mengikuti sunnah, jamaah, dan golongan yang selamat.
Mengenai jamaah ini, Imam Ahmad berkata, "Kalau bukan Ahli Hadis, maka aku tak
tahu lagi siapa mereka itu?" (Syaraf Ashhabul Hadits, him. 25).
Syekh Abu Ismail ash-Shabuni juga menyebut sifat-sifat Ahli
Hadis dalam risalah beliau yang berjudul Akidah as-Salafi Ashhabil Hadis
(Akidah Salaf Ahli Hadis) atau ar-Risalah Fi l'tiqadi Ahli-Sunnah wa Ashhabil
Hadis wal A'immah (Risalah tentang I'tiqad Ahli Sunnah, Ahli Hadis, dan Para
Imam). Menurut beliau, "Mereka meneladani Nabi saw dan para sahabatnya.
Mereka meneladani orang-orang Salaf yang shaleh dari imam-imam ad-dien dan ulama
kaum muslimin. Mereka berpegang teguh pada ad-dien yang kokoh dan kebenaran yang
nyata. Mereka membenci ahli-ahli bid'ah yang sering mengada-ada dalam soal
agama." (Aqidah as-Salafi Ashhabil Hadis, hlm. 99-100)
Syekh al-Ashbahani berpendapat mengenai Ahli Hadis. "Kami
(nendapatkan sunnahnya dan kami mengetahuinya dengan atsar-atsar yang masyhur
yang diriwayatkan dengan sanad-sanad shahih dan bersambung, yang dinukil oleh
para ulama penghafal hadits (hafizh); sebagian mereka dari sebagian yang lain.
Menurut kami, mereka Itu -Ashhabul Hadits- sangat gigih mencari, mengumpulkan,
dan mengikuti hadits-hadits shahih. Karena itu, kami yakin, berdasarkan Alquran
dan as-Sunnah, bahwa merekalah ahlinya, dan bukan kelompok lain."
"Kami melihat Ahli Hadis rahimahumullah dahulu dan sekarang
adalah orang-orang yang berjalan mencari atsar-atsar yang menunjukkan sunnah
Rasulullah saw, lalu mereka mengambilnya dari sumber-sumber aslinya,
mengumpulkannya, dan memeliharanya. Mereka menyeru orang banyak untuk
mengikutinya serta mencela para penentangnya. Karena itu, banyaklah hadits di
tangan mereka, sehingga mereka terkenal sebagai Ahli Hadis." (al-Hujjah Fi
Bayanil Mahajjah, lembaran 166b-167b, dalam tulisan tangan)
Jika kita perhatikan, maka Ahli Hadis dan Ahli Sunnah merupakan
dua istilah yang dekat maknanya. Di antara keduanya terdapat keumuman dan
kekhususan atau kemutlakan dan keterikatan makna. Jika yang satu disebutkan
secara muliak, maka yang lain termasuk di dalamnya. Dan dengan sendirinya lafazh
itu pun menunjukkan semua golongan yang selamat dari mulai ahli fiqih,
ahli hadits, ulama, umara, orang-orang zuhud, para pejuang, para ahli ushul,
ahli nahwu dan ahli bahasa, hingga ahli kebaikan. Lafazh ini sama artinya dengan
Ahlul Haq atau' Ahlul Quran dan sebagainya.
Jika kedua lafaz itu dirangkaikan, maka yang pertama
menunjukkan kepada ahli ilmu yang khusus membidangi ilmu hadis, sedangkan yang
kedua menunjukkan kepada para ahli kebaikan (Ahlul Khair).
lbnu Taimiyah memberi batasan tentang Ahli Hadis. "Yang kami
maksudkan dengan Ahli Hadits bukannya terbatas pada orang-orang yang mendengar,
menulis, atau meriwayatkan hadits saja, tapi mencakup semua orang yang lebih
patut memelihara, mengetahui, memahami, dan mengikutinya secara lahir batin.
Begitu pun terhadap Alquran."
"Serendah-rendah sifat yang mereka miliki ialah: mencintai
Alquran dan al-hadis, membahas dan mengkaji maknanya, serta mengamalkan isi
kandungannya yang telah mereka ketahui. Para Ahli Hadis lebih tahu tentang
Rasulullah saw daripada ahli-ahli ilmu lainnya. Kaum Sufi mereka lebih sufis
daripada sufi-sufi lainnya. Para pemimpin mereka lebih benar dalam menjalankan
politik Nabi daripada pemimpin lainnya. Orang awam mereka lebih patut mencintai
Rasulullah saw daripada orang awam lainnya." (Majmu' Fatawa 4:91-95)
Definisi Salaf
Menurut bahasa, salaf artinya "nenek moyang" yang lebih
tua dan lebih utama. (Lisanul Arab 9:159). Salaf berarti para
pendahulu. Jika dikatakan salaf seseorang (salaf ar-rajuli), maksudnya kedua
orang tua yang telah mendahuluinya. (Tahirul Maqalah Min Syarhir-Risalah,
him. 36, mengutip dari aI-Maghrawi, aI-Mufassirun Bainat-Takwil wal
Itsbat, him. 18)
Menurut istilah, kata salaf berarti sahabat, sahabat dan
tabi'in, serta pengikut mereka dari Imam-imam terkemuka yang mengikuti Alquran
dan as-Sunnah.
Menurut al-Qaslani, "Salaf ash-Shaleh ialah generasi pertama
yang mendalam ilmunya, mengikuti petunjuk Nabi saw, dan memelihara Sunnah
beliau. Mereka telah dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan
dien-Nya. Mereka adalah imam-imam umat yang diridlai Allah dan berjuang dengan
gigih di jalan Allah. Mereka berusaha semaksimal mungkin menasihati umat dan
memberikan hal-hal yang bermanfaat. Mereka mencurahkan seluruh kemampuannya
untuk mencari keridlaan Allah sehingga Allah memuji mereka dalam Kitab-Nya....
Karena itu, kita wajib mengikuti apa yang mereka sampaikan, meneladani apa yang
mereka amalkan, dan memohonkan ampun buat mereka." (aI-Mufassirun
Bainat-Ta'wiil wal Itsbat 1:18).
Abdul Hasan berkata, "Mereka adalah para sahabat yang perkataan
dan perbuatan mereka diikuti, dan ta'wil serta hasil ijtihad mereka diterima."
(aI-Mufassirun Bamat-Ta'wil wal Itsbat 1:18) Menurut al-'Adawi, makna
salaf itu lebih mengacu kepada para sahabat. Berdasarkan perkataan Ibnu Naji,
Salaf ash-Shaleh adalah sifat yang lazim dan mudah hanya ada pada sahabat, serta
tidak terdapat pada yang lainnya. (aI-Hasyiyah:106).
Mengenai Salaf ash-Saleh ini, aI-Ghazali berpendapat, "Yang
saya maksud salaf di sini adalah mazhab sahabat dan
tabi'in."
(llhamul'Awam 'an llmil Kalam 62)
(llhamul'Awam 'an llmil Kalam 62)
Lain lagi menurut aI-Bajuri. "Yang dimaksud salaf ialah orang
terdahulu. Yaitu nabi, sahabat, tabi'in, dan pengikut mereka, khususnya lmam
Mujtahid yang empat." (Syarhul Jauharah: 111).
Syekh Mahmud Khafaji berkata, "Pembatasan waktu saja tidaklah
cukup untuk menentukan definisi salaf. Seharusnya, pengkaitan kepada pendahulu
itu disesuaikan Alquran dan as-Sunnah. Maksudnya, pendapat mereka itu harus
sesuai dengan Alquran dan as-Sunnah, termasuk semangat ruhnya. Maka barangsiapa
pendapatnya menyalahi Alquran dan as-Sunnah, bukanlah ia seorang salaf meskipun
ia hidup pada jaman sahabat, tabi'in, atau taibi'it-tabi'in." (Al-'AqidatuI
lslamiyyah Bainas-Salafiyyah wal Mu'tazilah 21)
Syekh lbnu Hajar al-Qathri dalam kitabnya al-'Aqa'idus Sala' fiyyah bin Adillatihal 'Aqliyyah wan-Naqliyyah mengatakan, "... Yang dimaksud dengan Madzhab Salaf ialah apa yang dipegangi oleh: para sahabat yang mulia, pengikut mereka yang baik hingga hari kiamat, pengikut mereka lagi, Imam-imam ad-Din yang terkemuka, dan orang-orang yang menerima perkataan mereka dan generasi ke generasi berikutnya, seperti imam yang empat (iman Abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi'i, dan imam Ahmad bin Hanbal penj.), Sufyan ats-Tsauri, al-Laits bin Sa'ad, lbnul Mubarak, an-Nakha'i, al-Bukhari, dan Muslim. Selain itu, juga para penyusun kitab Sunan yang tidak tertuduh sebagai pembuat bid'ah dan tidak terkenal dengan gelar yang tidak menyenangkan seperti Khawarij, Rafidli, Murji'ah, Jabariyah, Jahmiyah, dan Mu'tazilah." (aI-Mufassirun Bainat-Takwil wal Itsbat 1:19-20)
Syekh lbnu Hajar al-Qathri dalam kitabnya al-'Aqa'idus Sala' fiyyah bin Adillatihal 'Aqliyyah wan-Naqliyyah mengatakan, "... Yang dimaksud dengan Madzhab Salaf ialah apa yang dipegangi oleh: para sahabat yang mulia, pengikut mereka yang baik hingga hari kiamat, pengikut mereka lagi, Imam-imam ad-Din yang terkemuka, dan orang-orang yang menerima perkataan mereka dan generasi ke generasi berikutnya, seperti imam yang empat (iman Abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi'i, dan imam Ahmad bin Hanbal penj.), Sufyan ats-Tsauri, al-Laits bin Sa'ad, lbnul Mubarak, an-Nakha'i, al-Bukhari, dan Muslim. Selain itu, juga para penyusun kitab Sunan yang tidak tertuduh sebagai pembuat bid'ah dan tidak terkenal dengan gelar yang tidak menyenangkan seperti Khawarij, Rafidli, Murji'ah, Jabariyah, Jahmiyah, dan Mu'tazilah." (aI-Mufassirun Bainat-Takwil wal Itsbat 1:19-20)
Dari uraian di atas, akhirnya kita dapat menarik garis definisi
bahwa salaf ialah istilah yang diperuntukkan bagi imam-imam terdahulu dari
tiga generasi pertama yang diberkahi Allah, yaitu generasi sahabat, tabi'in, dan
tabi'it-tabi'in. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Sebaik-baik
generasi ialah generasiku, kemudian orang-orang sesudahnya, dan orang-orang
sesudahnya lagi. Lalu akan datang orang-orang yang kesaksianya mendahului
sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya." (HR Bukhari)
Karena itu, setiap orang yang beriltizam kepada aqidah, fiqih,
dan ushul imam-imam, ia dapat dinisbatkan kepada mereka (salaf) meskipun tempat
dan jamannya berjauhan. Dan setiap orang yang menyalahi mereka -sekalipun ia
hidup di tengah-tengah mereka, bahkan berkumpul dalam satu tempat dan satu masa-
ia tidak termasuk golongan mereka.
Bersambung...!
Post a Comment