Definisi "Golongan yang Mendapat Pertolongan"
Definisi "Golongan yang Mendapat Pertolongan"
(Definisi-Definisi Istilah Penting Berhubungan dengan Pemahaman Aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah [Bagian III])
Pada kajian beberapa edisi berikut ini dijelaskan beberapa
istilah-istilah penting yang berhubungan dengan pemahaman akidah Ahli Sunnah wal
Jamaah, seperti as-Sunnah, al-Jama'ah, Ahli Hadis, Salaf, Golongan yang
Mendapat Pertolongan, dan Sikap Seorang Muslim dalam Menjalankan Perintah Syar'i
dan Hukum Alam.
Definisi Golongan yang Mendapat Pertolongan
Golongan yang mendapat pertolongan sebagaimana disebut dalam
hadis-hadis Rasulullah saw ialah golongan pejuang dan kalangan Ahli Sunnah yang
memang layak memperoleh pertolongan Allah: baik secara moral maupun material.
Pertolongan Allah itu misalnya, ilmu yang shahih, perilaku yang lurus terhadap
sunnah-sunnah Allah di alam semesta, serta melaksanakan hal-hal yang dijadikan
Allah sebagai wasilah untuk mencapai hasil yang diharapkan. Jika tidak, atau
jika hanya sekedar iman dan mengikuti aqidah Ahli Sunnah tanpa menjalankan
hal-hal yang bisa mendatangkan kemenangan serta tanpa menjalankan sunnah-sunnah
Allah di alam semesta -yang tidak melebihkan seseorang atas lainnya- maka Allah
tidak menjamin pertolongan, kemenangan, dan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana
telah di janjikan-Nya buat hamba-hamba-Nya yang shaleh dan ikhlas.
Maka jelaslah bahwa golongan yang mendapat pertolongan
itu ialah golongan Ahli Sunnah Waljama'ah. Golongan ini melaksanakan
fiqih yang terpercaya yang mengacu pada Salaf dan para Imam. Golongan ini
senantiasa menjalankan hal-hal yang dapat mendatangkan kemenangan, sehingga
Allah selayaknya memberi mereka pertolongan. Mereka juga sama sekali tak
mempedulikan orang-orang yang menentang, meremehkan, atau merendahkan mereka.
Sebagai makluk Allah, golongan yang mendapat pertolongan ini sebenarnya sama dengan makhluk lain, kecuali mereka mendapat perlindungan Allah. Pada diri mereka juga terdapat kebaikan dan kejelekan, keadilan-kezhaliman, dan ketaatan-kemaksiatan. Namun pada umumnya mereka lebih unggul daripada manusia lainnya, lebih berhak mendapat pertolongan Allah, dan lebih mampu memikul tanggung jawab ad-dien serta melaksanakan amanat yang dipikulkan Rabb-Nya.
Sebagai makluk Allah, golongan yang mendapat pertolongan ini sebenarnya sama dengan makhluk lain, kecuali mereka mendapat perlindungan Allah. Pada diri mereka juga terdapat kebaikan dan kejelekan, keadilan-kezhaliman, dan ketaatan-kemaksiatan. Namun pada umumnya mereka lebih unggul daripada manusia lainnya, lebih berhak mendapat pertolongan Allah, dan lebih mampu memikul tanggung jawab ad-dien serta melaksanakan amanat yang dipikulkan Rabb-Nya.
Dalam hal tersebut lbnu Taimiyah berkata, "Mu'awiyah dan
Al-Mughirah serta lainnya berhujah atas keunggulan golongan penduduk Syam,
berdasarkan dua hadits shahih Nabi saw, "Akan senantiasa ada segolongan dari
umatku yang tegak menjalankan perintah Allah. Mereka tak peduli terhadap orang
yang menentang dan mengecewakan mereka hingga datangnya hari kiamat."
Lalu berdiri Malik bin Yukhamir dan mengatakan bahwa dia
mendengar Mu'adz berkata, "Mereka itu ada di Syam." Kemudian Mu'awiyah berkata,
"Inilah Malik bin Yukhamir yang menyebutkan bahwa ia mendengar Mu'adz
mengatakan, mereka (golongan yang mendapat pertolongan) itu ada di Syam."
Demikianlah hadits yang diriwayatkan Mu'awiyah.
Adapun hadits yang diriwayatkan al-Mughirah ialah Nabi saw
bersabda, "Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menang dalam membela
kebenaran hingga datang teputusan Allah, sedangkan mereka tetap dalam keadaan
demikian."
Ada dua alasan mengapa mereka menjadikan kedua hadits tersebut
sebagai hujjah akan keunggulan penduduk Syam:
Pertama, Mereka (penduduk Syam) telah menzahirkan dan membela kebenaran hingga akhirnya segala urusan diserahkan kepada mereka -setelah terjadinya peperangan dan fitnah. Nabi saw bersabda, "Mereka tak peduli terhadap orang yang menentang mereka." Hadits ini mengandung arti bahwa golongan yang menegakkan kebenaran dari umat ini adalah golongan yang secara nyata akan mendapat kemenangan dan pertolongan. Maka ketika mereka mendapat pertolongan dan kemenangan, mereka itulah Ahlul Haq.
Pertama, Mereka (penduduk Syam) telah menzahirkan dan membela kebenaran hingga akhirnya segala urusan diserahkan kepada mereka -setelah terjadinya peperangan dan fitnah. Nabi saw bersabda, "Mereka tak peduli terhadap orang yang menentang mereka." Hadits ini mengandung arti bahwa golongan yang menegakkan kebenaran dari umat ini adalah golongan yang secara nyata akan mendapat kemenangan dan pertolongan. Maka ketika mereka mendapat pertolongan dan kemenangan, mereka itulah Ahlul Haq.
Kedua, nash-nash menentukan bahwa mereka ada di Syam
sebagaimana yang dikatakan Mu'adz, dan Seperti yang diriwayatkan oleh Muslim
dalam Shahihnya dari Abi Hurairah dari Nabi saw yang bersabda, "Penduduk
kawasan barat akan senantiasa mendapat kemenangan."
Imam Ahmad berkata, "Yang dimaksud penduduk kawasan barat ialah
penduduk Syam. Hal ini disebabkan Nabi saw berdomisili di Madinah. Dengan
demikian, kawasan yang ada disebelah barat Madinah disebut kawasan barat,
sedangkan sebelah timurnya disebut kawasan timur. Penduduk Najd dan sebelah
timurnya di sebut penduduk kawasan timur, sebagimana dikatakan oleh ibnu Umar,
"Telah datang dua orang dari kawasan timur, lalu berkhutbah."
Kemudian Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya dari keindahan
bahasa itu dapat timbul daya pikat yang luar biasa."
Banyak pula hadits Nabi yang menjelaskan bahwa kejelekan itu
berasal dari timur seperti sabda beliau:
"Fitnah itu berasal dan sini, fitnah itu berasal dari sini."(seraya beliau menunjuk ke arah timur).
"Fitnah itu berasal dan sini, fitnah itu berasal dari sini."(seraya beliau menunjuk ke arah timur).
"Biang kekufuran berasal dari timur."
Hadits-hadits di atas mengandung maksud bahwa golongan yang
mendapat pertolongan dari umat yang menegakkan kebenaran itu berada di kawasan
barat, yaitu di Syam dan kawasan sebelah baratnya, sedangkan fitnah dan kepala
kekufuran akan timbul dari kawasan timur. Penduduk Madinah menyebut penduduk
Syam sebagai penduduk kawasan barat. Mereka mengatakan, AI-Auza'i sebagai imam
penduduk kawasan barat, sedangkan Sufyan ats-Tsauri sebagai imam penduduk
kawasan timur.
Alasan mereka karena batas ujung Syam dari Sungai Efrat (di
Irak) merupakan pintu gerbang Madinah yang membentang keseluruh wilayah
keduanya, sedangkaan Haran Riqqah serta bagian lainnya merupakan pintu gerbang
Mekah. Oleh karena itu, kiblat mereka adalah seadil-adilnya kiblat. Artinya,
mereka tepat menghadap sudut Syam dan membelakangi kutub Syam; tidak miring ke
arah kanan seperti penduduk Irak dan tidak miring ke arah kiri seperti penduduk
Syam.
Orang-orang berpendapat, jika nash-nash tersebut menunjukkan
bahwa kelompok umat yang menegakkan kebenaran mereka yang tak peduli terhadap
para penentang dan orang-orang yang menghina mereka itu berada di Syam, maka hal
itu bertentangan dengan sabda beliau: "Ammar akan dibunuh oleh kelompok
durhaka" dan sabda beliau: "Mereka akan dibunuh oleh kelompok yang lebih
berhak terhadap kebenaran."
Pernyataan tersebut dijadikan hujjah oleh mereka yang
berpendapat bahwa golongan yang benar atau yang mendapat pertolongan itu tidak
hanya terdapat pada penduduk kawasan barat, tapi ada di semua kawasan. Perkataan
itu mengandung permusuhan yang ditujukan untuk melawan kaum Syi'ah, Rawafidi,
yang dianggap Ahlul Ahwa'. Adapun pendapat yang kami sodorkan ini mengikuti Ahli
ilmu yang adil.
Tak diragukan lagi bahwa nash-nash tersebut harus didudukan
pada proporsi yang sebenarnya. Sabda beliau saw tentang "Penduduk kawasan barat
tetap mendapat kemenangan" dan sejenisnya itu menunjukkan keberadaan penduduk
Syam dan kemenangan mereka. Hal ini sudah menjadi kenyataan karena mereka tampil
ke depan dan mendapat kemenangan. Adapun sabda beliau "Akan senantiasa ada
segolongan dari umatku yang menegakkan perintah Allah dan mereka mendapat
kemenangan" itu masih bersifat umum. Artinya, tidak tertutup kemungkinan bahwa
di tengan-tengah mereka ada orang durhaka atau terdapat penyimpangan, sementara
di luar mereka ada yang lebih patut terhadap kebenaran. Alhasil, di
tengah-tengah mereka ada yang begini dan ada yang begitu.
Ihwal hadits Nabi "Mereka akan dibunuh oleh kelompok yang lebih
patut terhadap kebenaran di antara dua kelompok yang ada" menunjukkan bahwa Ali
dan pengikutnya lebih patut terhadap kebenaran karena selain mereka merupakan
kelompok lain.
Jika ada seseorang atau kelompok yang kalah dalam sebagian hal,
maka hal itu tidak mencegah kemungkinan di lain pihak ia (mereka) taat kepada
perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebab, ada kalanya suatu perbuatan bisa bernilai
lebih taat dan perbuatan lainnya. Dan jika sebagian mereka menyimpang pada suatu
saat dan penyimpangannya itu menipakan dosa yang tak terampuni, maka yang
demikian ini pun tidak menghalangi berlakunya nash-nash tersebut. Untuk itu,
Nabi saw menyebutkan keunggulan sebagian besar penduduk Syam dalam berbagai
hal.
Begitu pun pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Beliau
lebih mengutamakan penduduk Syam daripada penduduk Irak sehingga beliau
berkali-kali datang ke Syam dan enggan pergi ke Irak. Demikian juga sewaktu
beliau wafat -karena dibunuh seorang musuh maka yang pertama kali diperkenankan
melayatnya adalah penduduk Madinah, sebagai ummat paling utama. Setelah itu baru
penduduk Syam dan terakhir penduduk Irak. Demikianlah menurut riwayat yang
sahih.
Sebelumnya, pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq juga
sama. Beliau lebih mencurahkan perhatiannya untuk menaklukkan Syam daripada
Irak, sehingga beliau berkata, tertutupnya (terkudinya) wilayah Syam lebih aku
sukai daripada penaklukan (penguasaan) sebuah kota di Irak."
Nash-nash dari Kitabullah, Sunnah Rasul, dan para sahabat
beliau yang lebih mengutamakan Syam daripada Najd, Irak, dan semua kawasan
timur, sangat banyak jumlahnya. Bahkan ada pula nash shahih dari beliau saw yang
mencela penduduk kawasan timur seperti sabdanya: "Fitnah dan biang kekufuran
berasal dari timur."
Adalah sesuatu yang kontroversial manakala munculnya anggapan
pada masa kekhalifahan Ali bahwa penduduk kawasan timur lebih utama daripada
barat. Karena itu, setelah Ali wafat, muncullah berbagai macam fitnah, nifaq,
kemurtadan, dan bid'ah yang kebanyakan berasal dari penduduk kawasan timur
(pendukung Ali). Tak bisa dipungkiri, di kalangan mereka pun menemui ulama
dan orang-orang shaleh yang lebih utama dari kebanyakan penduduk Syam,
sebagaimana juga All, lbnu Mas'ud, Ammar,
Hudzaifah, dan lain-lain lebih afdhol daripada shahabat yang dari Syam. Namun, adanya sejumlah orang istimewa tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kelompok lain untuk menyandang keutamaan.
Hudzaifah, dan lain-lain lebih afdhol daripada shahabat yang dari Syam. Namun, adanya sejumlah orang istimewa tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kelompok lain untuk menyandang keutamaan.
Nabi saw sendiri memang mengistimewakan kelompok Syam sebagai
pelaksana perintah Allah dan golongan yang mendapat pertolongan-Nya sepanjang
masa. Hal ini merupakan kabar yang tidak ada putus-putusnya bagi mereka. Di
samping jumlahnya banyak, mereka juga penduduk yang kuat. Ciri ini hanya ada
pada penduduk Syam di bumi Islam ini, dan tidak pada yang lain Bahkan Hijaz,
yang merupakan cikal-bakal tumbuhnya keimananan, pada akhir jaman akan mengalami
kemerosotan, baik dalam bidang ilmu, iman, maupun perjuangan. Begitu pun Yaman,
Irak, dan negeri-negeri timur lainnya.
Adapun negeri Syam, yang didalamnya senantiasa ada ilmu dan
iman akan selalu mendapat pertolongan dan kemenangan bagi siapa saja yang
memperjuangkannya. Demikianlah kiranya, wallohu a'lam. Dan ini menunjukkan
keunggulan kelompok Syam dalam banyak hal, meskipun Ali lebih benar daripada
musuhnya dan Ammar dibunuh oleh kelompok yang durhaka sebagaimana ditunjukkan
oleh beberapa nash hadits.
Karena itu, kita mesti mengimani semua kebenaran yang datang dari Allah; kita tidak boleh memperturutkan hawa nafsu dan jangan berbicara seenaknya tanpa berdasarkan ilmu. Kita harus menempuh jalan ilmu dan keadilan yakni mengikuti Alquran dan as-Sunnah. Adapun orang yang berpegang pada sebagian kebenaran dan mengabaikan sebagiannya, maka sikap demikianlah yang menyebabkan timbulnya perpecahan dan perelisihan. (Majmu' Fatawa 4:445-450)
Karena itu, kita mesti mengimani semua kebenaran yang datang dari Allah; kita tidak boleh memperturutkan hawa nafsu dan jangan berbicara seenaknya tanpa berdasarkan ilmu. Kita harus menempuh jalan ilmu dan keadilan yakni mengikuti Alquran dan as-Sunnah. Adapun orang yang berpegang pada sebagian kebenaran dan mengabaikan sebagiannya, maka sikap demikianlah yang menyebabkan timbulnya perpecahan dan perelisihan. (Majmu' Fatawa 4:445-450)
Selanjutnya lbnu Taimiyah juga memperkuat pendapatnya tentang
posisi kenyataan yang terjadi pada masa hidup beliau. Menurut beliau, "Kelompok
yang ada di Syam, Mesir, dan lain-lain, yang membela Dinul Islam adalah kelompok
yang lebih menyandang predikat Thaifah Manshurah (Golongan yang mendapat
pertolongan) sebagaimana disebutkan bahwa di antara ciri-ciri Thaifah
Manshurah ini ialah 'Mereka berada di Baitul Maqdis. Dan sekarang, mereka inilah
yang berada di Baitul Maqdis." (Majmu' Fatawa 28:531~32,552)
Sikap Seorang Muslim dalam Menjalankan Perintah Syar'i dan
Hukum Alam
Perlu kami suguhkan di sini akan suatu hal yang sangat penting,
yang seringkali mengacaukan pikiran sebagian kaum muslim. Sesuatu itu ialah
tentang perbedaan antara peristiwa alami (alam semesta) dengan perintah syar'i,
atau antara kehendak alam dengan kehendak syariat, atau antara yang dikehendaki.
Allah terhadap kita dengan yang dikehendaki Allah dari kita.
Kita harus membedakan dua hal tersebut. Artinya, setiap muslim
senantiasa dituntut mengikuti dan melaksanakan segala perintah syara' sekuat
tenaga, kapan pun saatnya dan di mana pun ia berada. Sebab, masalah inilah kelak
yang akan dihisab Allah SWT.
Adapun di luar itu merupakan urusan-urusan alami yang berjalan
menurut kehendak Allah yang mutlak dan kebijaksanaan-Nya yang luhur. Untuk
urusan ini, Allah lebih tahu di mana dan kapan Dia memberikan pertolongan-Nya
kepada orang yang berhak memperolehnya di antara hamba-hamba-Nya.
Sikap yang dituntut dari seorang muslim sebagaimana
ditentukan dalam nash-nash syari'at-hanyalah mengimani, menerimanya, dan
melakukan usaha-usaha positif semaksimal mungkin untuk mencapai
keberhasilan.
Post a Comment