DI SEKITAR KA'BAH


DI SEKITAR KA'BAH

"Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan) : "Janganlah kamu menyekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud." (Al-Hajj (22) : 26)
Ada beberapa prinsip yang melandasai tegaknya kemanusiaan yang baik, antara lain : Persamaan, persaudaraan, perlawanan terhadap segala bentuk kejahatan, cinta kesejahteraan, cinta kebaikan, dan hubungan yang baik dengan Allah SWT. Yang Maha Tinggi dan Maha Besar.
Islam yang hanif ini datang untuk menyerukan prinsip-prinsip tersebut, menetapkanya sebagai salah satu kewajiban yang ada padanya, menjadikannya sebagai sasaran yang hendak dicapai dalam setiap ajaran-ajarannya. Al-Qur'an telah menyuarakannya dengan jelas, dan Hadits-hadits Nabi yang mulia pun telah menggambarkan dengan terang, baik dalam perkataan, perbuatan, atau segala tindakannya.
Akan tetapi tidak cukup hanya sekedar pengakuan dan ketetapan, harus ada kerja-kerja konkrit dan rumus-rumus nyata yang menjadikan nilai-nilai tersebut terwujud dalam kenyataan dan tertanam dalam jiwa, hati, serta ruhani. Karena itulah, maka Allah membuat syariat "Haji" dan mewajibkannya kepada hamba-hamba-Nya memiliki kesanggupan, Allah SWT berfirman :
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah." (Ali Imran (3) : 97)
Pada waktu ihram, seluruh jamaah haji melepaskan seluruh pakaiannya dan mengenakan dua lembar pakaian yang sangat sederhana, bentuk, warna, dan kualitasnya; yaitu sarung dan selendang. Ini merupakan proklamasi tentang persamaan di antara manusia, dengan melepaskan atribut-atribut perbedaan dalam pakaian yang beragam warna, bentuk, corak, dan harganya. Anda lihat mereka telah melepaskan pakaiannya dan berihram karena mencari ridha Allah, Tuhan alam semesta. Anda hampir tidak dapat membedakan antara pemimpin dan yang dipimpin, yang besar dan yang kecil, yang berkuasa dan yang dikuasaai, yang terhormat dan yang tidak, yang kaya dan yang miskin, dan begitu seterusnya. Semuanya disejajarkan oleh pakaian baru tersebut, hingga tidak ada lagi keistimewaan dan perbedaan.
Dengan ihram tersebut jamaah haji dilarang mencukur rambutnya, memotong kukunya, menebang pohon, menangkap binatang buruan, membunuh serangga, atau menyiksa sesuatu makhluk, hingga andaikan ia menjumpai orang yang membunuh ayahnya pun, ia tidak mampu berbuat apa-apa kepada atau membalasa dendam kepadanya. Ini merupakan pelatihan praktis untuk mewujudkan nilai-nilai perdamaian dan kesejahteraan. Dengan begitu jiwa akan terkesan, hati tergerak, dan anggota badan mempraktekkan.
Ka'bah yang dimuliakan, yang pondasi-pondasinya ditinggi oleh Ibrahim as. dan dibantu oleh puteranya; Ismail, adalah bendera persatuan dan persaudaraan antar manusia, serta lambang ikatan batin dan ruhani di antara mereka.
"Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia." (Al-Maidah (5) : 97)
Hati selalu cenderung kepadanya, nurani selalu mengimpikannya, pribadi-pribadi pun merindukannya, dan wajah-wajah di seluruh penjuru menghadap ke arahnya untuk memproklamirkan kesatuan orientas dan untuk menghormati persatuan.
Hajar Aswad merupakan titik temu antara berbagai perasaan kemanusiaan dan semangat persaudaraan. Siapa yang dapat mengusapkan tangan kepadanya, seolah-olah telah menjabat tangan seluruh saudaranya. Dan siapa yang dapat menciumnya, seolah-olah ia mengirimkan ketulusan cintanya dan kemurnian persaudaraannya kepada mereka melalui lempengan batu tersebut. Jumrah yang tengah dihadapi oleh seluruh jamaah haji merupakan perlambang bagi kekuatan jahat yang diperankan oleh Iblis terlaknat. Sementara jamaah haji saat itu telah suci dari dosa-dosanya, seperti baru dilahirkan oleh ibunya, karena telah melakukan wukuf di Arafah yang dipenuhi oleh limpahan karunia dan rahmat dari Allah. Karena itu, mereka harus memberikan loyalitasnya kepada Allah, dan menjadikan syetan sebagai musuh bebuyutan. Hal tersebut tercermin dalam beberapa batu kecil yang dilemparkan di Jumrah; mereka melempar wajah Iblis terlaknat, untuk mencari keridhaan Allah Yang Maha Penyayang, dan melempar syetan terkutuk dengan mengucapkan do'a "Bismillahi, Wallahu Akbar" (Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar).
Dalam setiap event tersebut jamaah haji selalu menghubungkan hatinya kepada Allah, menggantungkan hubungan jiwa dan ruhnya untuk mengharapkan pengampunan, pahala, keridhaan, dan kecintaan Allah. Bila dia ihram, maka syiarnya adalah :
" Ya Allah, saya perkenankan panggilan-Mu, saya perkenannya panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, saya perkenankan panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segala kerajaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu."
Bila melakukan thawaf, maka seluruh amalnya merupakan do'a yang membumbung tinggi ke langit, disertai tangisan, ketaatan, harapan, usapan dan ciuman (di Hajar Aswad), serta kemesraan dengan rahmat Allah, (saya lakukan semua ini sebagai tanda) keimanan kepada-Mu, keyakinan akan kebenaran Kitab-Mu, kesetiaan pada janji kepada-Mu, dan mengikuti sunnah Nabi-Mu SAW."
Ka'bah dan Hajar Aswad bukan perpanjangan paganisme jahiliyyah (jawaban untuk para orientalis)
Orang-orang yang tidak mengerti akan mengatakan : "Sesungguhnya Ka'bah dan Hajar Aswad ini merupakan sisa-sisa paganisme jahiliyah yang diakui oleh Islam."
Kita jawab mereka itu dengan ucapan : "Sesungguhnya Islam datang untuk menghancurkan paganisme dalam segala bentuknya, agar tidak ada lagi penghambaan terhadap patung dan berhala. Sesungguhnya setiap even dalam ibadah haji merupakan penetapan bagi keesaan Allah, dan penyerahan diri dan hati secara total hanya kepada Allah; Raja Yang Maha Mengetahui. Sedangkan Ka'bah dan Hajar Aswad tidak lain hanyalah ibarat bendera yang dipancangkan oleh berbagai negara sebagai lambang kejayaaya dan sebagai syiar bagi tanah airnya. Hingga hati tergetar ketika bendera itu beribar. Bukan bergetar karena hakikat benda tersebut, akan tetapi tergetar karena makna agung yang diisyaratkan oleh benda itu.
Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui menjadikan Ka'bah ini sebagai bendera yang terpancang di muka bumi, yang melambangkan persatuan internasional, dan menandakan persaudaraan antar manusia. Allah SWT memilih Ibrahim, manusia yang dihormati dan dimuliakan oleh semua pengikut agama samawi, sebagai pelaksana kehendak rabbani tersebut. Lalu ia bergegas melaksanakan perintah Allah, memenuhi panggilan Tuhannya, dan memohon kepada-Nya agar seluruh amalnya diterima serta diberkahi, buat dirinya dan juga keturunannya :
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo'a) : "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Al-Baqarah (2) : 127-128).
Dan mungkin kebijaksanaan ilahi, bahwa Allah memilih sang penghancur berhala, Ibrahim as. untuk melakukan tugas ini, untuk membungkam orang-orang yang mencari-cari alasan dan menebar keraguan.
Sesungguhnya suatu amal yang memiliki nilai besar akan menjadi kecil bila pelakunya tidak memahami tujuan dan sasarannya. Demikian pula ibadah haji, yang dimaksaud oleh Allah adalah menegakkan sendir-sendi kebaikan dan pilar-pilar kekuatan dalam kehidupan. Ia sekarang hanya menjadi sebuah ibadah ritual yang dilaksanakan secara mentradisi, dan sebaik-baik mereka adalah yang menunaikannya untuk mendapat pahala dari Allah. Adapun rahasia-rahasia di balik ibadah tersebut, berupa manfaat-manfaat materi, ruhani, dan sosial yang diisyaratkan oleh ayat yang mulia : "Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan. " (Al-Hajj (22) : 28) tidak pernah pikirkan secara teliti, jeli dan serius.
Ya Allah, jadikanlah kami orang yang dapat memahami agama Kami. Berikan manfaat kepada kami dari pemahaman tersebut di dunia dan di akhirat, dan jadikanlah kami semua termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti yang terbaik darinya.
'Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal." (Az-Zumar (39) : 18).

Tidak ada komentar