Hal-Hal yang Menyebabkan Timbulnya Kafir Besar (al-Kufru al-Akbar)
Hal-Hal yang Menyebabkan Timbulnya Kafir Besar (al-Kufru al-Akbar)
Hal-hal yang dapat menyebabkan kafir besar adalah sebagai
berikut.
Tidak Menetapkan Pokok Iman secara Mutlak
Hal ini dapat terjadi karena penyimpangan dari syarat-syarat
penetapan keimanan dari segi perkataan hati dan perbuatannya, yaitu kepercayaan
dan ketaatan. Penyimpangan ini memiliki berbagai bentuk yang semuanya
menunjukkan penolakan terhadap apa yang dibawa Rasulullah saw, baik dengan
mendustakannya, berpaling darinya, meragukannya, atau mengingkarinya.
Jika perkataan hati yang tercermin dalam pengetahuan dan
kepercayaan pada keterangan (berita) yang datang dari Rasulullah saw itu
menyeleweng, hal itu merupakan kafir dusta atau berpaling atau ragu.
Ibnu Qayyim ra berkata, "Kafir dusta (takdzib) adalah meyakini
bahwa Rasulullah saw dusta. Kafir ini sedikit dan jarang terdapat pada kalangan
orang-orang kafir, karena Allah SWT telah menguatkan rasul-rasul-Nya dan
memberikan bukti-bukti kepada mereka dan tanda-tanda atas kebenaran mereka, yang
dengannya hujjah ditegakkan dan pengampunan (karena kebodohan) ditiadakan."
Tentang kafir berpaling (i'radh), ia mengatakan, "Pendengaran
dan hatinya berpaling dari Rasulullah saw, tidak membenarkannya dan tidak pula
mendustakannya, tidak menolongnya dan tidak pula memusuhinya, dan sama sekali
tidak menghiraukan apa yang beliau bawa. Jelaslah bahwa sikap tersebut
menunjukkan tidak adanya kepercayaan dan tidak pula ketaatan karena berpaling,
sehingga hal demikian merupakan kafir yang besar karena sama sekali tidak ada
pokok iman di dalam dirinya."
Adapun jika penyelewengan terjadi pada perbuatan hati dan
anggota badan, yaitu ketundukan dan ketaatan, hal itu adalah kafir ingkar dan
takabbur, karena adanya pengetahuan di dalam batinnya, bahkan keyakinan dalam
dirinya tentang kebenaran berita dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya, "Dan
mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka
meyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah, betapa kesudahan orang-orang yang
berbuat kebinasaan." (An-Naml: 14). Ayat ini merupakan dalil tentang
kesombongan jiwa dan tabiat-tabiat keingkaran.
Di dalam Ma'arijul Qabul, ia juga mengatakan, "Jika ia
menyembunyikan kebenaran, sedangkan ia mengetahui kebenarannya, hal itu adalah
kafir ingkar (juhud) dan kitman (menyembunyikan kebenaran)."
Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan." (An-Naml: 14).
Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan." (An-Naml: 14).
"Dan setelah datang kepada mereka Alquran dari Allah SWT
yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa
memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka
setelah datang kepada mereka apa yang mereka telah ketahui, lalu mereka ingkar
kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu."
(Al-Baqarah: 89).
"Orang-orang (Yahudi dan Nashrani) yang telah Kami beri
al-kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal
anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan
kebenaran, padahal mereka mengetahui. Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab
itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu." (Al-Baqarah:
146-147).
Jika tidak ada perbuatan hati dan tidak pula anggota badan,
sedangkan ia mengetahui berita dari Rasulullah saw dan mengakuinya dengan lisan,
maka hal itu adalah kafir ingkar ('inad) dan takabbur (istikbar), seperti
kafirnya iblis dan sebagian orang-orang Yahudi yang menyaksikan bahwa Rasulullah
saw benar, tetapi mereka tidak mengikutinya seperti Hayyi bin Akhthab, Ka'ab bin
al-Asyraf, dan lain-lain.
Menetapkan Pokok Iman secara Lahir Tanpa Batin
Bentuk kekafiran ini adalah kafir nifaq (munafik), yaitu
menampakkan keimanan secara lisan dan perbuatan anggota badan, sementara hatinya
tidak mempercayai dan tidak taat pada ajaran agama.
Di dalam kitab Ma'arij Qabul dijelaskan bahwa, "Jika
hati kosong dari niat, keikhlasan dan kecintaan disertai ketaatan anggota badan
secara lahir, hal itu adalah kafir nifaq, terdapat pengakuan mutlak maupun tidak
ada, tidak adanya kepercayaan karena mendustakan maupun meragukan. Allah SWT
berfirman, "Di antara manusia ada yang mengatakan: 'kami beriman kepada Allah
dan Hari Kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman." (Al-Baqarah: 8).
Para ulama menyebutkan enam macam dari kekafiran ini,
yaitu:
- Mendustakan Rasulullah saw.
- Mendustakan sebagian ajaran yang di bawa Rasulullah saw.
- Membenci Rasulullah saw.
- Membenci sebagian ajaran yang di bawa Rasulullah saw.
- Merendahkan agama Rasulullah saw.
- Enggan (benci) berjuang untuk menyebarkan agama rasulullah saw.
Menetapkan Iman secara Hakiki, Kemudian Berpaling darinya
Jika iman tidak dapat terealisasi kecuali dengan terealisasinya
unsur-unsurnya dari perkataan dan perbuatan secara lahir dan batin, dan jika
kekafiran itu merupakan penyimpangan salah satu dari unsur-unsur tersebut yang
menyentuh pokok iman, maka terealisasinya keimanan seseorang tidak lantas
menjaminnya terbebas dari neraka, kecuali jika ia meninggal dalam keadaan iman
dan tidak ada perkataan, perbuatan, dan keyakinannya yang bertentangan dengan
pokok iman.
Jika di dalam diri seseorang terdapat perbuatan, perkataan atau
keyakinan yang bertentangan dengan pokok iman, maka keimanannya hilang dan
karenanya ia keluar dari iman menjadi kafir. Na'udzubillah (kita mohon
perlindungan kepada Allah dari hal ini).
Para ulama telah mengemukakan hal-hal yang bertentangan dengan
pokok iman ini di dalam kitab-kitab mereka, baik mengenai hukum murtad (keluar
dari Islam), maupun buku-buku khusus yang membahas penyimpangan-penyimpangan
tersebut. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab telah menghimpun
penyimpangan-penyimpangan yang bertentangan dengan pokok iman dalam risalah
tersendiri, yang merupakan buku yang paling lengkap dalam persoalan ini.
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan, "Ketahuilah bahwa
hal-hal yang bisa menggugurkan (merusak) Islam ada sepuluh macam, yaitu:
Pertama, syirik (menyekutukan Allah) dalam
beribadah kepada Allah SWT.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya" (An-Nisa': 48).
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya sorga dan tempatnya ia adalah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolong pun."
(Al-Maidah: 72). Contohnya adalah seperti menyembelih bukan untuk Allah, tetapi
untuk jin atau kuburan.
Kedua, orang yang membuat perantara-perantara
antara dirinya dengan Allah, meminta syafa'at kepada mereka, dan menggantungkan
diri kepada mereka. Hal ini kafir secara Ijma' (konsensus ulama).
Ketiga, orang yang tidak mengafirkan orang-orang
musyrik atau meragukan kekafiran mereka atau membenarkan aliran mereka.
Keempat, orang yang berkeyakinan akan adanya
petunjuk yang lebih lengkap daripada petunjuk Nabi saw atau hukum lain lebih
baik dari hukum beliau, seperti orang yang mendahulukan hukum orang-orang yang
sesat daripada hukum beliau.
Kelima, orang yang membenci sesuatu yang di bawa
oleh Rasulullah saw, meskipun ia melakukan hal itu.
Keenam, orang yang mengolok-olok sesuatu yang di
bawa oleh Rasulullah saw, atau pahala dan siksanya.
"... katakanlah, 'apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman...." (At-Taubah: 65-66).
Ketujuh, Sihir, seperti mantra-mantra dan
jampi-jampi. Orang yang melakukannya atau menyetujuinya adalah kafir.
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman itu tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah
yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa
yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,
sedangkan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum
mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir
itu, mereka dapat menceraikan antara seseorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang
pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi
mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah
meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui." (Albaqarah:
102).
Kedelapan, mendampingi dan membantu orang-orang
musyrik yang memerangi kaum muslimin.
"Barangsiapa di antara kamu mangambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Maidah:
51).
Kesembilan, orang yang berkeyakinan bahwa manusia
dapat keluar dari (boleh tidak mengikuti) syariat Muhammad sebagaimana Khidhir
keluar dari syariat Musa as.
Kesepuluh, berpaling dari agama Allah SWT, tidak
mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya.
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya.
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang
berdosa." (As-Sajdah: 22).
Semua hal yang disebutkan di atas mempunyai bahaya yang besar,
dan sering manusia terjebak di dalamnya. Oleh karena itu, seorang muslim wajib
waspada dan menghindarinya serta takut akan hal itu sehingga tidak menimpa
dirinya.
Post a Comment