IMAN DAN NILAINYA DALAM KEHIDUPAN


IMAN DAN NILAINYA DALAM KEHIDUPAN
1. MUKADDIMAH
Tak diragukan lagi, bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini mendambakan ketenangan, kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan. Namun, di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
Sesungguhnya, menurut ajaran Islam, hanya iman yang disertai dengan amal shaleh yang dapat menghantarkan kita, baik sebagai individu maupun masyarakat, ke arah itu.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl : 97).
Dengan iman, umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan, berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman, masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Para umara' melaksanakan perintah Allah, para ulama beramar ma'ruf dan nahi mungkar, dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan. Kalimatul Haq mereka junjung tinggi, tiada yang mengikat antar mereka selain tali persaudaraan iman.
Namun, setelah redup cahaya iman di hati kita, lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara kita. Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang penuh dengan kebohongan, kesombongan, kekerasan, individualisme, keserakahan, kerusakan moral , dan kemungkaran.
"Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah sesuatu ni'mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri?.." (Al-Anfal : 53).
Maka, apabila kita ingin mencapai apa yang telah dicapai para salaf (generasi pendahulu), apabila kita ingin mewujudkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada para hambaNya yang beriman, maka hendaklah kita memperbaharui iman dan melaksanakan apa yang menjadi konsekwensinya.
Dengan memohon ma'unah Allah, makalah singkat ini mencoba menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan topik tersebut di atas.
2. PENGERTIAN IMAN :
Iman, secara etimologis, berasal dari kata aamana - yu'minu, berarti tasdiq, yaitu : membenarkan, mempercayai. Dan menurut istilah, Iman ialah : "Membenarkan dengan hati , diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan."
Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan : "Qaulun wa amalun, wa niyyatun, wa tamassukun bis Sunnah." Yakni : Ucapan diiringi dengan ketulusan niat (lillah) dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah (Rasulullah SAW).
Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu , beliau menjawab demikian : "Qaulun, wa amalun, wa niyyatun, wa sunnatun." Artinya : Ucapan, yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah. Kata beliau selanjutnya : "Sebab, iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kufur, apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat (lillah) adalah nifaq, sedang apabila hanya ucapan, perbuatan dan ketulusan niat, tanpa dilandasi dengan sunnah (Rasulullah SAW) adalah bid'ah. (Majmu' Fatawa Ibn Taimiyah, jilid 7, hal. 171)
Dengan demikian, iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar dengan lisan, dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Imam Hasan Basri mengatakan : "Iman itu bukanlah sekedar angan-angan, dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan, akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. (Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni. Al-Iman : Khashaa'ishuhu, Alaamaatuhu, Tsamaraatuhu, Cet. 2 (1405 h), bagian 1, hal. 18).
3. POSISI DAN KEDUDUKAN IMAN DALAM DIENUL ISLAM :
Iman, dalam Dienul Islam, menempati posisi amat penting dan strategis sekali. Karena iman adalah asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman, tidaklah sah dan diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam Qur'an Surah An-Nisa' : 124 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun."
Juga dalam Qur'an Surah Al-Isra' : 19 yang artinya :
"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik."
Disebutkan dalam hadits dari Al-Bara' ibn 'Azib, Radhiyallahu 'Anhu, bahwa ada seorang kafir datang dengan bertopeng sambil membawa sepotong besi, kemudian memohon kepada Rasulullah SAW, agar diperkenankan pergi bersama kaum Muslimin untuk ikut berperang. Maka beliau bersabda kepadanya : "Masuklah Islam, kemudian pergilah berperang!" Lalu iapun masuk Islam dan ikut pergi berperang sehingga terbunuh. Nabi SAW bersabda : "Dia beramal sedikit tetapi dibalas dengan pahala yang banyak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Disebutkannya iman dalam Al-Qur'an lebih dari 840 kali1, tiada lain menunjukkan posisi dan kedudukannya dalam Islam menurut Allah SWT.
4. KORELASI ANTARA IMAN DAN ISLAM :
Iman dan Islam adalah dua sejoli yang tidak boleh dipisahkan. Kedua-duanya ibarat dua sisi uang logam. Tidak ada Iman tanpa Islam, dan tidak ada Islam tanpa Iman. Tetapi, dengan demikian, bukan berarti Islam itu adalah Iman dan Iman adalah Islam.
Iman, apabila disebutkan bersama-sama dengan Islam, maka menunjukkan kepada hal-hal batiniah; seperti: Iman kepada Allah SWT, iman kepada Malaikat, iman kepada hari akhir, dan seterusnya. Dan Islam, apabila disebutkan bersama-sama dengan Iman, maka menunjukkan kepada hal-hal lahiriah; seperti: Syahadat, shalat, puasa, dan seterusnya. Dasarnya: Al-Hujurat : 14; Hadits Jibril, riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
Namun, Iman apabila disebutkan tersendiri, tanpa dengan Islam, maka mencakup pengertian Islam dan tidak terlepas darinya; karena iman, menurut definisinya, adalah: Keyakinan, ucapan dan perbuatan. Demikian pula Islam apabila disebutkan tersendiri, tanpa dengan Iman, maka mencakup pengertian Iman dan tidak boleh dipisahkan darinya. Karena Islam, pada hakekatnya, yaitu: Berserah diri, lahir dan batin, kepada Allah SWT dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dasarnya: Al-Anfal : 2 - 3, Al-Mu'minun : 1 - 9, dan Al-Imran : 19, 85.
5. KONSEKWENSI DAN CIRI-CIRI IMAN :
Segala pengakuan ada konsekwensinya dan mempunyai ciri-ciri yang menunjukkan kebenarannya. Demikian pula iman. Adapun konsekwensi dan ciri-cirinya, antara lain:
  1. Mempercayai segala yang datang dari Allah SWT, dengan yakin, tanpa ragu-ragu lagi. ( Al-Hujurat : 15).
  2. Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi dari yang lain. (Al-Baqarah : 165, At-Taubah : 24).
  3. Patuh dan tunduk kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. ( An-Nisa' : 69, 90, An-Nur : 51 - 52, Al-Ahzab : 36).
  4. Senantiasa berhukum kepada syariat-Nya. (An-Nisa' : 65).
  5. Amar Ma'ruf - Nahi Munkar. (At-Taubah : 71, Al-Ashr).
  6. Berda'wah dan Jihad di jalan Allah SWT. (Fushshilat : 33, Yusuf : 108, Ash-Shaf : 10 - 13).
  7. Walaa' kepada kaum Mu'minin dan Baraa' terhadap orang-orang kafir. (Al-Maidah : 55, At-Taubah : 71, Al-Mumtahanah : 4).
  8. Ridha kepada segala takdir-Nya. (Al-Baqarah : 155 - 157).     
     

Tidak ada komentar