Kegagalan Dakwah
Kegagalan Dakwah
Lembaga dakwah, da'i, muballigh, perorangan, maupun secara
bersama-sama pada umumnya sebagai lembaga yang gagal. Gagal menyeru, mengajak
oang-orang pada kebaikan, pada kebajikan. Gagal mencegah, mengantisipasi
orang-orang dari kejahatan, dari kebejatan. Gagal memasyarakatkan,
mensosialisasikan pesan-pesan ajaran Islam. Gagal memasyarakatkan rambu-rambu
pencegah konflik sosial. Gagal menanamkan benih masyarakat marhamah, masyarakat
IMTAQ. Pandangan demikian memang pesimis.
Motivasi dakwah perlu ditinjau, diluruskan kembali. Apa memang
benar untuk menyelamatkan orang-orang dari murka Allah, dari hukuman allah. Atau
hanya sebagai profesi untuk mendapatkan profit duniawi, dan bukan sebagai
pelanjut risalah profetis (nubuwah) ?
Setan-setan - melalui berbagai media - membisikkan bahwa tiap
jasa yang diberikan oleh seseorang, harus mendapat imbalan yang semestinya, juga
di bidang dakwah. Seorang Muballigh yang harus menyisihkan waaktunya yang
berharga untuk pergi berdakwah selayaknya mendapat ganti rugi yang pantas.
Demikian juga seorang pengarang yang menghasilkan tulisan-tulisan bernada
dakwah, atau karya-karya lain-lain yang dapat mendatangkan keuntungan, pantas
juga menuntut honorarium, atau royalty dari karya-karyanya yang dihasilkan
(berorientasi pada profit duniawi).
Sudah lampau masanya -bisiny selanjutnya _ bahwa para muballigh
harus berani merana untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama, para guru-guru agama
bersedia berpakaian kumal, asal saja dapat memberi pelajaran, dan para penulis
dengan perut kosong harus menghasilkan karangan-karangan bernada dakwah (PANJI
MASYARAKAT, No.175, 15 April 1976, hal 16-18).
Hubungan antara pelaku dakwah dengan objek dakwah dapat disimak
dari sabda Rasulullah berikut : "Perumpamaan aku dengan kamu, bagaikan seorang
yang menyalakan api. Semua kupu-kupu dan laron berkerumun pada api itu. Orang
menghalaukan binatang-binatang itu dari padanya. Saya selalu menarik kamu dari
belakang agar jangan sampai kamu masuk ke dalam api. Tetapi kamu selalu
melepaskan diri dari tanganku" (HR Muslim dari Jabir. Aku memegangi tali
pinggangmu untuk menyelamatkan kamu, tetapi kamu memaksa masuk ke dalam api itu
(Salim Bahreisy : "Tarjamah Riadhus Shalihin" I, 1983, hal 172, hadis 8).
Pelaksanaan dakwah haruslah terprogram rapi, serius,
sistimatis, terarah, berkesinambungan. Bukan asal-asalan, acxak-acakan.
Benar-benar serius memanfa'atkan segenap tenaga, pikiran, dana, kemampuan untuk
menyelamatkan orang-orang agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah.
Musuh-musuh Islam punya program rinci, sistimatis untuk
memurtadkan orang-orang Islam. Ada program jangka pendek, ada program jangka
panjang. Ada program satu tahun, lima tahun, dua puluh lima tahun, lima puluh
tahun. Dakwah Islam harus punya program jelas, terarah, terukur, teratur. Berapa
persen ditargetkan kenaiakan jumlah anggota jama'ah shubuh, kenaikan jumlah
anggota jama'aj Jum'at untuk selang waktu tertentu. Berapa persen ditargetkan
kenaikan jumlah orang yang bisa baca-tulis Qur:an, kenaiakan jumlah orang yang
bisa baca-tulis Hadits, kenaikan jumlah orang yang bisa khutbah Jum'at untuk
selang periode tertentu. B erapa persen ditargetkan menurunnya jumlah pencopet,
penodong, pemerkosa, pengamen, pemulung, pelacur, pemabuk, pejudi, penjarah
untuk selang waktu tertentu.
Hasil dakwah perlu dievaluasi secara berkala. Sudah berapa persen target tercapai. Apa saja kendala yang merintangi keberhasilan. Tentukan indikator-indikator keberhasilan. Tentukan langkah, program kerja berikutnya. Program kerja berikut merupakan koreksi program sebelumnya. Penataan kegiatan dakwah barangkali perlu mengadopsi fungsi operasi managemen, mencakup fungsi perencanaan (planning, programming), fungsi organizing, fungsi pembimbingan (directing), fungsi coordinating, fungsi pengawasan (controlling). Dalam program kerja antara lain diperhatikan tentang sasaran, pelaku (man), dana (money), waktu, metode dakwah.
Selama ini dakwah hanya berkutat sebatas tekstual ajaran Islam. Kurang menjangkau, menyentuh pesan ajaran Islam secara konstekstual. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya kikir, bakhil terhadap diri pribadi dan terhadap masyrakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya rakus, tamak, serakah terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya dengki terhadap diri dan masyarakat seara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis dari sifat dan sikap seperti itu yang dicela Islam.
Sudah masanya, lembaga dakwah, muballigh memusatkan diri menyampaikan tuntunan, panduan Islam dalam mencegah timbulnya konflik sosial, baik konflik vertikal (antara atasan dan bawahan, antara majikan dan pelayan, antara penguasa dan rakyat) maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama penguasa, antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan ajaran "salam" yang dapat menumbuhkan rasa kasih sayang secara konkrit. (Asrir Sutan)
Hasil dakwah perlu dievaluasi secara berkala. Sudah berapa persen target tercapai. Apa saja kendala yang merintangi keberhasilan. Tentukan indikator-indikator keberhasilan. Tentukan langkah, program kerja berikutnya. Program kerja berikut merupakan koreksi program sebelumnya. Penataan kegiatan dakwah barangkali perlu mengadopsi fungsi operasi managemen, mencakup fungsi perencanaan (planning, programming), fungsi organizing, fungsi pembimbingan (directing), fungsi coordinating, fungsi pengawasan (controlling). Dalam program kerja antara lain diperhatikan tentang sasaran, pelaku (man), dana (money), waktu, metode dakwah.
Selama ini dakwah hanya berkutat sebatas tekstual ajaran Islam. Kurang menjangkau, menyentuh pesan ajaran Islam secara konstekstual. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya kikir, bakhil terhadap diri pribadi dan terhadap masyrakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya rakus, tamak, serakah terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya dengki terhadap diri dan masyarakat seara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis dari sifat dan sikap seperti itu yang dicela Islam.
Sudah masanya, lembaga dakwah, muballigh memusatkan diri menyampaikan tuntunan, panduan Islam dalam mencegah timbulnya konflik sosial, baik konflik vertikal (antara atasan dan bawahan, antara majikan dan pelayan, antara penguasa dan rakyat) maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama penguasa, antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan ajaran "salam" yang dapat menumbuhkan rasa kasih sayang secara konkrit. (Asrir Sutan)
Post a Comment