Konsep Khusyu dalam Alquran
Konsep Khusyu dalam Alquran
"Maka Kami memperkenankan doanya dan Kami anugerahkan
Kepada-Nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada kami dengan harap dan
cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami." (Al-Anbiya:
90).
alam Al-Qur'an kata khusyu' disebutkan sebanyak 17 kali dalam
bentuk kata yang berbeda. Meskipun mayoritas tunjukannya kepada manusia namun
ada juga sebahagian ayat yang menyatakan bahwa khusyu' berlaku juga untuk
benda-benda yang lain seperti gunung dan bumi.
Dengan adanya tunjukan kepada selain manusia ini paling tidak
dapat dijadikan sebagai 'ramuan' untuk membakukan arti khusyu' yang sebenarnya.
Berdasarkan informasi Al-Qur'an inilah akan dapat dijawab
seperangkat pertanyaan yang berkaitan dengan masalah khusyu' yaitu bagaimana
yang dikatakan khusyu', apa syarat-syarat untuk mendapatkan khusyu' bagaimana
cara menambah ke khusyukan serta imbalan apa yang diperoleh ketika seseorang
sudah berada dalam keadaan khusyu?
Pengertian Khusyu'
Berdasarkan informasi ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan
khusyu' maka didapati pengertian bermacam-macam yang intinya tetap mengacu
kepada 'merendahkan diri'.
Bervariasinya pengertian khusyu' dalam Al-Qur'an ini
menunjukkan bahwa sifat khusyu' tidak hanya berlaku dalam satu koneks ibadah
saja seperti shalat akan tetapi bisa meluas kepada berbagai aspek baik yang
berhubungan dengan ibadah maupun yang non ibadah.
Dengan demikian, sifat khusyu' adalah sifat yang melekat pada
diri seseorang kapan dan dimana saja dan tidak hanya tertentu dalam konteks
ibadah saja.
Dalam Q.S Thaha ayat 108 misalnya disebutkan bahwa khusyu'
ialah merendahkan suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Namun pada Q.S.
Fushshilat: 39 diartikan dengan tandus, yaitu bumi yang kering tandus dan
bilamana disiramkan air ke atasnya jadilah bumi itu bergerak dan subur.
Berlainan dari pengertian kedua ayat di atas maka dalam Q.S
Al-Syura: 45 dijelaskan bahwa arti khusyu' ialah tunduk karena merasa hina.
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa orang-orang kafir yang digiring ke dalam neraka
akan tertunduk karena merasa terhina sementara pandangan mereka penuh dengan
kelesuan.
Khusyu' dalam arti tunduk karena merasa terhina dapat dijumpai
pada ayat-ayat yang lain. Selain tunduk karena merasa malu maka terdapat juga
dalam ayat yang lain yaitu tunduknya hati lantaran mengingat Tuhan dan kebenaran
yang diturunkan-Nya seperti dalam Q.S Al-Hadid ayat 16, begitu juga tunduk
disebabkan takut kepada Allah sebagaimana dalam Q.S Al-Hasyar: 21.
Berdasarkan informasi ayat-ayat di atas tentang makna khusyu'
maka dapat ditarik suatu kesipulan bahwa makna khusyu' terbagi kepada dua yaitu
yang bersifat lahiriyah dan bathiniyah.
Dalam konteks lahiriyah dapat dilihat melalui pandangan mata
seperti gersangnya bumi dan lesunya wajah orang-orang kafir, sementara yang
bersifat bathiniyah yaitu tidak dapat dijangkau melalui inderawi karena arti
khusyu' dalam konteks ini berhubungan dengan masalah hati yang tunduk ketika
mengingat Tuhan.
Dengan demikian pengertian khusyu' ialah rendahnya hati kepada
Tuhan dan baiknya tindakan dan prilaku kepada sesama makhluk.
Syarat-syarat Untuk Khusyu'
Adapun syarat untuk berlaku khusyu' sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 45 dan 46 ialah adanya suatu keyakinan akan menemui Tuhan dan akan kembali kepada-Nya.
Adapun syarat untuk berlaku khusyu' sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 45 dan 46 ialah adanya suatu keyakinan akan menemui Tuhan dan akan kembali kepada-Nya.
Adanya keyakinan akan berjumpa dengan Tuhan untuk
mempertanggungjawabkan seseorang untuk berlaku khusyu' karena yang terjalin di
benaknya ialah adanya kekhawatiran ketika menghadap Zat Yang Mahakuasa ini.
Dengan demikian segala aktifitasnya di dunia selalu dilandasi
atas keridhaan Tuhan dan dalam situasi yang seperti inilah berlaku kekhusyukan
baginya. Selain berjumpa dengan Tuhan yang meyakini bahwa suatu suatu saat pasti
akan kembali kepada-Nya.
Sedangkan dalam Q.S. Ali Imran: 199 dijelaskan bahwa syarat
untuk menggapai tingkat khusyu' ialah tidak memperjualbelikan ayat-ayat Tuhan
dengan harga yang murah.
Maksudnya, tidak memanifulasi ayat-ayat Tuhan gara-gara ingin
merebut kedudukan dan kegemerlapan duniawi karena dunia ini sedikitpun tidak ada
harganya pada sisi Tuhan. Penegasan ayat ini menunjukkan bahwa khusyu' baru
dapat digapai dengan syarat bilamana ayat-ayat Tuhan tidak pernah digelintir
unuk kepentingan duniawi.
Selanjutnya syarat untuk menggapai predikat khusyu' ialah
bersegera mengerjakan kebaikan sebagaimana diinformasikan melalui Q.S.
Al-Anbiya' ayat 90. Artinya dalam hal kebaikan tidak pernah menunda-nunda waktu
dan senantiasa merasa terpanggil untuk melakukannya baik dalam keadaan senang
maupun dalam keadaan susah.
Perlakuan dan sikap yang seperti ini dijadikan sebagai syarat
untuk mendaki puncak khusyu' karena perbuatan baik adalah symbol dari
sifat-sifat Tuhan.
Berdasarkan informasi ini dapat diketahui bahwa untuk
mendapatkan nilai khusyu' maka seseorang harus memenuhi kriteria-kriteria
sebagaimana yang digambarkan oleh ayat-ayat di atas.
Oleh karena itu khusyu' tidak akan datang dengan sendirinya
kecuali setelah seseorang dapat memenuhi persyaratan dengan baik sebagaimana
yang telah diungkapkan dan sangat tipis harapan bila prediket khusyu' akan
didapat bila hanya sekadar berbekal do'a.
Cara Meningkakan Khusyu' dan Imbalannya
Setelah seseorang menempuh persyaratan untuk mendapatkan nilai khusyu' maka langkah berikutnya ialah meningkatkan kualitas khusyu' yang sudah diperoleh.
Setelah seseorang menempuh persyaratan untuk mendapatkan nilai khusyu' maka langkah berikutnya ialah meningkatkan kualitas khusyu' yang sudah diperoleh.
Dengan demikian nilai khusyu' yang didapatkan oleh berfluktuasi
adakalanya menurun dan adakalanya bisa naik dan bahkan bisa pupus sama sekali.
Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menambah nilai kekhusyukan ini tetap saja
mengacu kepada informasi Al-Qur'an.
Dalam Q.S. Al-Isra': 107-110 digambarkan upaya-upaya yang harus
ditempuh oleh seseorang guna meningkatkan kualitas khusyu' yang sudah
diperolehnya.
Termasuk ke dalam upaya meningkatkan kualitas khusyu' ini ialah
beriman kepada Al-Qur'an dan membacanya sambil menyungkur dan bersujud serta
memuji Tuhan dengan penuh linangan air mata dan meminta kepada-Nya melalui
nama-nama-Nya yang baik (asma' al-husna).
Redaksi ini tidak bisa dipahami secara letterlick yang semua
orang bisa saja melakukan hal yang seperti ini, akan tetapi berat dugaan bahwa
yang dimaksud dengannya ialah menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman dan petunjuk
dalam segala lini kehidupan.
Bagi orang-orang yang sudah mampu meraih kekhusyukan khususnya
dalam sahalat dapat dipastikan akan meraih kemenangan sebagaimana yang
disebutkan dalam Q.S. Al-Mukminun: 1-2.
Kemenangan ini tidak hanya sebatas urusan ukhrawi saja akan
tetapi berlaku bagi segala bentuk kemenangan di dunia karena orang-orang yang
khusyu' senantiasa bersikap rendah diri. Sikap rendah diri inilah yang
mengantarkannya untuk disenangi oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.
Selanjutnya ditegaskan pula bahwa orang-orang yang khusyu' akan
mendapat imbalan dari Tuhan berupa ampunan dan pahala yang besar sebagaimana
ditegaskan dalam Q.S. Al-Ahzab: 35.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa orang-orang yang
khusyu' akan mendapat tempat yang mulai baik di dunia maupun di akhirat.
Justru itu tidak ada pilihan lain guna meningkatkan harkat dan
martabat kita kecuali menghiasi diri kita dengan sifat khusyu' meskipun kita
termasuk orang yang paling pintar, kaya, gagah dan sebagainya.
Berdasarkan informasi ayat-ayat Al-Qur'an di atas maka dapat
dipahami bahwa khusyu' adalah anugerah Tuhan yang didapati perjuangan panjang
dengan menempuh seperangkat persyaratan-persyaratan sebagaimana yang telah
digambarkan oleh Al-Qur'an dan sama sekali tidak akan datang dengan sendirinya
kecuali setelah manusia berupaya untuk menggapainya.
Post a Comment