Membaikan dan Mengiklaskan Niat
Membaikan dan Mengiklaskan Niat
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah
SAW beserta keluarga dan segenap sahabatnya serta seluruh kaum Muslimin yang
mengikutinya. Amma ba'du.
Wahai kaum Muslimin Rahimakumullah!
Marilah kita bersama untuk berusaha selalu membaikkan niat, mengikhiaskannya serta memikirkannya sungguh-sungguh lerlebih dahulu sebelum memulai sesuatu perbuatan. Niat adalah asas segala perbuatan sehingga kedua-duanya berkaitan dalam hal kebaikan dan keburukan, serta kesempumaan dan kerusakannya sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Marilah kita bersama untuk berusaha selalu membaikkan niat, mengikhiaskannya serta memikirkannya sungguh-sungguh lerlebih dahulu sebelum memulai sesuatu perbuatan. Niat adalah asas segala perbuatan sehingga kedua-duanya berkaitan dalam hal kebaikan dan keburukan, serta kesempumaan dan kerusakannya sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
"Sesungguhnya setiap perbuatan bergantung pada niatnya, dan
bagi setiap orang ganjaran sesuai dengan niat yang menyertai perbuatannya itu.
"
Oleh sebab itu, hendaklah kita jangan mengucapkan sesuatu,
menginginkan sesuatu atau pun ber-azam melaksanakan sesuatu kecuali menjadikan
niat kita semata-mata demi mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah, serta mengharapkan pahala yang telah ditetapkan oleh-Nya atas setiap amalan yang diniatkan tersebut, sesuai dengan luas karunia-Nya. Dalam hal ini, ketahuilah bahwa tiada sesuatu
patut dijadikan sarana bertagarrub kepada Allah kecuali yang telah disyariatkan-Nya melalui Rasul-Nya, baik hal-hal yang diwajibkan fara-idh) maupun yang dianjurkan (nowafit).
kepada Allah, serta mengharapkan pahala yang telah ditetapkan oleh-Nya atas setiap amalan yang diniatkan tersebut, sesuai dengan luas karunia-Nya. Dalam hal ini, ketahuilah bahwa tiada sesuatu
patut dijadikan sarana bertagarrub kepada Allah kecuali yang telah disyariatkan-Nya melalui Rasul-Nya, baik hal-hal yang diwajibkan fara-idh) maupun yang dianjurkan (nowafit).
Adakalanya niat yang tulus dapat berpengaruh pada sesuatu yang
netral (mabah) sehingga berubah menjadi amal yang dapat mendekatkan seseorang
kepada Tuhannya, mengingat bahwa berbagai cara atau sarana dapat memperoleh
penilaian yang sama dengan tujuan. Contohnya, seseorang makan sesuatu sambil
menyertakan niat "demi menguatkan tubuhnya untuk melaksanakan berbagai
ketaatan kepada Allah", atau pun mendatangi istrinya "guna mendapatkan
seorang anak yang kelak beribadah kepada Allah." Niat seperti ini hanyalah
dianggap tulus apabila benar-benar mengamalkannya. Misalnya: Seseorang menuntut
ilmu seraya mengaku bahwa ia berniat akan mengamalkan dan mengajarkannya kepada
orang lain. Apabila ia tidak melaksanakan niatnya itu nada saat telah memiliki
kemampuan untuk itu, maka niatnya yang dahulu tidaklah dapat disebut sebagai
niat yang tulus. Demikian pula, seseorang mencari kekayaan duniawi seraya
mendakwakan bahwa hal itu semata-mata agar terlepas dari keharusan mengharapkan
pemberian orang lain, atau pun dengan itu ia akan bersedekah kepada kaum fakir
miskin serta sanak kerabat. Jika kelak, setelah memiliki kemampuan, ia tidak
melaksanakan niatnya di masa lalu, maka niatnya itu tidak berfaedah. Demikian
pula, niat yang (dianggap) baik, tidak akan menghapus dosa kemaksiatan; seperti
halnya air tidak
dapat mensucikan suatu benda yang najis zatnya sejak semula. Karena itu, seseorang yang menyetujui pergunjingan atas diri seorang Muslim seraya mendakwakan bahwa hal itu demi menggembirakan hati kawannya semata-mata, ia tetap akan termasuk dalam kelompok orang yang bergunjing. Dan barangsiapa tidak mau memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang munkar seraya mendakwakan bahwa ia tidak ingin menyinggung perasaan orang lain, maka ia ikut menanggung dosanya. Dan bila niat
yang buruk menyertai perbuatan yang baik, niscaya akan merusakkannya dan menjadikannya sebagai keburukan. Sebagai contoh: seseorang mengerjakan amal-amal saleh, tetapi dengan itu ia berniat dan bertujuan semata-mata untuk dapat mengumpulkan harta yang banyak dan kedudukan yang tinggi.
dapat mensucikan suatu benda yang najis zatnya sejak semula. Karena itu, seseorang yang menyetujui pergunjingan atas diri seorang Muslim seraya mendakwakan bahwa hal itu demi menggembirakan hati kawannya semata-mata, ia tetap akan termasuk dalam kelompok orang yang bergunjing. Dan barangsiapa tidak mau memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang munkar seraya mendakwakan bahwa ia tidak ingin menyinggung perasaan orang lain, maka ia ikut menanggung dosanya. Dan bila niat
yang buruk menyertai perbuatan yang baik, niscaya akan merusakkannya dan menjadikannya sebagai keburukan. Sebagai contoh: seseorang mengerjakan amal-amal saleh, tetapi dengan itu ia berniat dan bertujuan semata-mata untuk dapat mengumpulkan harta yang banyak dan kedudukan yang tinggi.
Maka marilah kita bersungguh-sungguh, agar niat kits dalam
mengerjakan ketaatan adalah semata-mata demi mencari keridhaan Allah. Di samping
itu, jika kita mengerjakan hal-hal yang mubah, niatkanlah hal itu demi
memudahkan dan meningkatkan ketaatan Anda kepada Allah SWT.
Maka ketahuilah, adakalanya terkumpul beberapa niat dalam satu
perbuatan. Dalam hal ini, si pelaku kebaikan akan memperoleh pahala yang sempuma
bagi setiap niatnya. Misalnya, bemiat untuk bermunajat kepada Allah ketika
membaca AI-Quran serta demi menyimpulkan berbagai ilmu pengetahuan, mengingat
AI-Quran adalah sumber ilmu. Juga bemiat agar dengan bacaannya
itu banyak para pendengar dan penyimak akan ikut beroleh manfaat, di samping niat-niat baik lainnya. Misalnya pula, dalam perbuatan-perbuatan yang mubah seperti makan, Anda bemiat untuk melaksanakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya, yang artinya:
itu banyak para pendengar dan penyimak akan ikut beroleh manfaat, di samping niat-niat baik lainnya. Misalnya pula, dalam perbuatan-perbuatan yang mubah seperti makan, Anda bemiat untuk melaksanakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya, yang artinya:
"Makanlah di antara rizki yang baik yang telah Kami berikan
kepadamu dan janganlah melampaui batas dengannya yang menyebabkan kemurkaan-Ku
menimpamu. dan barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah
ia."
(Q. S. 20: 81)
(Q. S. 20: 81)
Kita dapat pula berniat untuk meningkatkan ketahana tubuh demi
melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah SWT, juga dapat berniat untuk
berkesempatan mengucapkan syukur kepada Allah sebagaimana tersebut dalam
firman-Nya:
"Makanlah olehmu dari rizki yang dianugerahkan Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya."
(Q. S. 34:15)
(Q. S. 34:15)
Demikianlah kita dapat memperbanyak contoh lainnya, baik dalam
hal-hal yang wajib, sunnah maupun mubah. Bersungguh-sungguhlah dalam hal
ini.
Kaum Muslimin yang berbahagia!
Selanjutnya, niat dapat mengandung satu dari dua makna:
pertama, menunjukkan tujuan sebenarnya yang telah mendorong kita untuk berazam (membersitkan niat di hati), bekerja atau pun berucap. Dengan makna itu, kerapkali niat untuk berbuat
sesuatu menjadi lebih utama daripada perbuatannya sendiri bila perbuatan tersebut baik; ataupun menjadi lebih buruk daripadanya bila perbuatan tersebut buruk.
Rasulullah saw. pernah bersabda:
Selanjutnya, niat dapat mengandung satu dari dua makna:
pertama, menunjukkan tujuan sebenarnya yang telah mendorong kita untuk berazam (membersitkan niat di hati), bekerja atau pun berucap. Dengan makna itu, kerapkali niat untuk berbuat
sesuatu menjadi lebih utama daripada perbuatannya sendiri bila perbuatan tersebut baik; ataupun menjadi lebih buruk daripadanya bila perbuatan tersebut buruk.
Rasulullah saw. pernah bersabda:
"Niat seorang Mukmin lebih utama daripada amalnya. "
Perhatikanlah betapa beliau menyebut si Mukmin secara khusus.
Makna kedua, niat adalah gerak-hati Anda untuk melakukan
sesuatu pada saat Anda hendak melakukannya. Niat dalam pengertian ini pasti
lebih penting daripada perbuatan itu sendiri.
Akan tetapi, seseorang ketika berniat dan berazam untuk
melakukan sesuatu, pasti tidak terlepas daripada salah satu dari ketiga keadaan
di bawah ini:
Pertama, bila ia ber-azam lalu berbuat.
Kedua, bila ia ber-azam, tetapi tidak berbuat kendati ia memiliki kemampuan untuk itu. Kedua keadaan seperti ini telah dijelaskan dalam hadis yang .dirawikan oleh Abdullah bin Abbas
dari Rasulullah SAW:
Pertama, bila ia ber-azam lalu berbuat.
Kedua, bila ia ber-azam, tetapi tidak berbuat kendati ia memiliki kemampuan untuk itu. Kedua keadaan seperti ini telah dijelaskan dalam hadis yang .dirawikan oleh Abdullah bin Abbas
dari Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan nilai segala perbuatan
kebaikan maupun keburukan. Maka barangsiapa berniat melaksanakan suatu kebaikan
lalu tidak melaksanakannya, niscaya Allah SWT akan mencatat pahalanya di
sisi-Nya sebagai satu kebaikan sempurna. Dan bila seseorang berniat melakukan
sesuatu kebaikan lalu ia melaksanakannya, niscaya Allah SWT. akan mencatat
pahalanya di sisi-Nya sebagai perbuatan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus,
bahkan berlipat-lipat ganda banyaknya. Dan
bila seseorang berniat melakukan suatu kejahatan lalu ia tidak melaksanakannya, Allah SWT. akan mencatat pahalanya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan-sempurna, dan bila bemiat melakukan suatu kejahatan kemudian ia melaksanakannya pula, maka Allah akan mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kejahatan."
bila seseorang berniat melakukan suatu kejahatan lalu ia tidak melaksanakannya, Allah SWT. akan mencatat pahalanya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan-sempurna, dan bila bemiat melakukan suatu kejahatan kemudian ia melaksanakannya pula, maka Allah akan mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kejahatan."
Ketiga, bila ia ber-azam untuk melakukan sesuatu yang ia
sendiri tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Misalnya ia berkata:
"Seandainya aku mampu, pasti aku akan melakukannya." Bagi orang seperti
ini disediakan ganjaran seperti yang disediakan bagi si pelaku, baik dalam hal
kebaikan ataupun kejahatan.
Hal ini berdasarkan hadis Nabi SAW:
Hal ini berdasarkan hadis Nabi SAW:
"Manusia terbagi atas empat golongan. Seseorang dikaruniai
ilmu dan harta oleh Allah lalu ia membelanjakan hartanya sesuai dengan ilmunya,
maka seorang lainnya berkata, 'Seandainya
Allah SWT. memberiku seperti yang diberikan kepada orang itu, niscaya aku pun berbuat seperti yang diperbuatnya. ' Kedua orang tersebut sama-sama akan memperoleh pahala. Sebaliknya, sese-
orang dikaruniai harta oleh Allah, tetapi tidak dikaruniai ilmu, lalu ia bertindak ceroboh dengan hartanya disebabkan kebodohannya, lalu seorang lainnya berkata, 'Seandainya Allah memberiku
harta seperti dia niscaya aku pun akan berbuat seperti perbuatannya. ' Kedua orang itu sama-sama berdosa."
Allah SWT. memberiku seperti yang diberikan kepada orang itu, niscaya aku pun berbuat seperti yang diperbuatnya. ' Kedua orang tersebut sama-sama akan memperoleh pahala. Sebaliknya, sese-
orang dikaruniai harta oleh Allah, tetapi tidak dikaruniai ilmu, lalu ia bertindak ceroboh dengan hartanya disebabkan kebodohannya, lalu seorang lainnya berkata, 'Seandainya Allah memberiku
harta seperti dia niscaya aku pun akan berbuat seperti perbuatannya. ' Kedua orang itu sama-sama berdosa."
Kaum Muslimin rahimakumullah!
Dengan merenungi itu semua, marilah kita selalu berusaha membaikkan dan mengiklaskan niat kita pada setiap pekerjaan atau setiap langkah untuk menuju suatu kegiatan, untuk beribadah kepada Allah SWT serta meniti jalan menuju kepada kecintaan, kasih sayang dan keridhoan-Nya. Dan Allah tidak menyia-nyiakan setiap yang diusahakan oleh hambanya, semoga Allah senantiasa menolong kita, amin.
Dengan merenungi itu semua, marilah kita selalu berusaha membaikkan dan mengiklaskan niat kita pada setiap pekerjaan atau setiap langkah untuk menuju suatu kegiatan, untuk beribadah kepada Allah SWT serta meniti jalan menuju kepada kecintaan, kasih sayang dan keridhoan-Nya. Dan Allah tidak menyia-nyiakan setiap yang diusahakan oleh hambanya, semoga Allah senantiasa menolong kita, amin.
Post a Comment