MENGHADAPI COBAAN HIDUP
MENGHADAPI COBAAN HIDUP
Alhamdulilah, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, shalawat dan salam
semoga tetap tercurah atas Uswah Hasanah Nabiyullah Muhammad SAW.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia!
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 214:
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
Demikianlah kata pasti yang tak mungkin diubah-ubah sebagai sunnatullah, bahwa seseorang tak mungkin dengan mudah akan masuk surga tanpa adanya derita dan cobaan. Memang adalah suatu konskewensi logis yang harus diterima oleh setiap insan tanpa pandang bulu, ialah hidup ini pasti dengan penderitaan dan cobaan dalam berbagai bentuk. Tak seorang pun yang lepas dari padanya. Mau hidup berarti mau pula menerima cobaan. Hidup tanpa cobaan bukan di dunia tempatnya, kelak di sorga Ilahi. Di akheratlah cobaan baru bisa berhenti. Bagi mereka yang medapatkan ampunan Allah akan hidup di sana dengan tenang dan bahagia.
Memang seharusnya seorang muslim memahami benar hidup ini, sebagai medan perjuangan untuk menentukan dan mewarnai hidupnya kelak di kemudian hari. Allah telah memperingatkan dengan jelas dalam surat Al-Ankabut ayat 2:
"Adakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja dengan mengatakan: "Kami telah beriman," Padahal mereka belum lagi mendapatkan cobaan."
Seorang muslim akan merasa hambar hidupnya, tak enak dan tak lezat dan tak ada manisnya bila tak ada cobaan dan rongrongan. Sebab seorang muslim meyakini ia harus sabar dan tahan menderita seraya mujahadah dan berjuang untuk mengatasinya. Berusaha mencari jalan keluar dari cobaan yang menimpa dengan penuh tawakkal. Maka sikapnya itu merupakan tabungan yang tersimpan yang akan diterimanya kelak di kehidupan yang kekal dan abadi.
Karenanya cobaan dan derita hidup disambutnya dengan napas lega dan lapang dada, sambil berserah diri kepada Allah sepenuh hati dengan keyakinan penuh ia percaya bahwa derita itu ditimpakan kepadanya tiada lain hanyalah karena:
"Allah hendak menilai siapakah yang benar ucapan dan sikapnya dan menilai pula siapa yang pembohong." (Q.S. Al-Ankabut 3).
Seorang muslim akan senantiasa mengusahakan agar ada keserasian antara ucapan dan tindakannya. Ia tak mau menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang berdusta. Lantang dan lancar tutur lidahnya tetapi lancang hati dan tindakannya di kala cobaan dan derita beraksi menantang.
Seorang muslim karena imannya, tak merasa heran berhadapan dengan kehadiran cobaan di tengah-tengah hidupnya yang mau tak mau mesti datang dan tak dapat dielakkannya. Maka ia pun siap menanti dengan pendirian yang kuat dan tekad yang membaja. Sebab itu betapa pun berat cobaan yang menghadang, ucapannya tak akan berubah, tekad hatinya tak akan luntur dan sikapnya tidak akan goyah.
Kaum muslimin yang berbahagia.
Seorang muslim dengan segala daya dan upaya akan melalui cobaan dan derita dengan sabar dan tawakkal sekalipun resikonya berat sekali terhadap dirinya. Dalam keadaan apa pun seluruhnya dikembalikan kepada ilmu dan iradat Allah SWT. Kudrat dan iradat-Nya saja yang akan menjatuhkan vonis keputusan sebagai "Qadar yang tertentu" yang telah diaturnya terlebih dahulu.
Seorang muslim setelah berikhtiar tindakannya hanya sekedar berdoa dan pasrah kepada Allah SWT.
"Dan aku pasrahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala urusan hamba-Nya." (Q.S. Al-Mu'min 44).
Segala keluh kesah, segala derita dan penanggungannya diadukan kepada Allah.
"Ia berkata, "Hanyasanya aku adukan kesusahan, kesedihanku kepada Allah." (Q.S. Yusuf 86).
Kemudian dengan segala tawadhu' dan kerendahan hati, jiwanya merintih dan berbisik:
"Cukuplah bagi kami Allah dan cukuplah Dia sebagai sebaik-baik pembela." (Q.S. Ali Imran 183).
Dalam menghadapi ujian dan cobaan, seorang muslim tak akan meminta agar dihindarkan dari cobaan sama sekali, karena memang cobaan itu harus ada. Kita pun harus menyadari bahwa cobaan dan ujian bermacam-macam yang semuanya mengandung hikmah yang mendalam bagi kita sebagaimana hadits Rasulullah SAW: "Sesungguhnya besar kecilnya pahala, tergantung dari besar kecilnya cobaan, dan kalau Allah sayang kepada satu kaum, Ia senantiasa akan mengirim cobaan. Maka barang siapa yang rela menerima cobaan itu berarti ia mendapatkan ridha Allah. Tetapi barang siapa yang marah karena mendapat cobaan, berarti ia akan mendapat murka Allah." (HR Ibnu Majah).
Yang penting bagi kita adalah kapan saja kita menerima suatu cobaan, maka kita hadapi dengan tabah disertai dengan ikhtiar untuk mengatasinya kemudian tawakkal berserah diri kepada Allah untuk menantikan keputusannya. Dengan cara demikian termasuklah kita dalam orang-orang yang digambarkan dalam hadits Rasulullah, "Sesungguhnya Allah akan menguji dan mencoba salah seorang di antara kamu dengan cobaan sebagaimana seorang kamu menguji kadar emasnya dengan api. Maka sebagian mereka akan keluar dari ujian itu bagaikan emas kuning mengkilat, maka itulah orang yang dipeliharakan Allah dari bermacam-macam syubhat dan sebagian mereka akan keluar bagaikan emas hitam, maka itulah orang yang tergoda fitnah." (HR Thabrany).
Akhirnya sebagai kesimpulan pembicaraan kita ini:
- Orang-orang yang beriman akan diuji dan dicoba dengan bermacam-macam cobaan dalam hidup ini.
- Cobaan itu telah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu.
- Dengan cobaan itu akan tersisih antara emas dan loyang, antara padi dan antah.
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan dengan suatu ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali." (Q.S. Al-Baqarah 155-156).
Post a Comment