Metode Memahami Alquran


Metode Memahami Alquran

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya."
(An-Nisaa: 82)
Al-Qur'an merupakan.kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan umat manusia di dunia ini. Dengan petunjuk AI-Qur'an, kehidupan manusia akan berjalan dengan baik, manakala mereka
memiliki problema, maka problema itu dapat terpecahkan sehingga ibarat penyakit akan ditemukan obatnya dengan AI-Qur'an itu.
Sebaliknya, tanpa petunjuk AI-Qur'an kehidupan manusia menjadi semraut, yang benar dibilang salah, yang salah dianggap benar, yang halal dianggap haram dan yang haram dihalalkan, begitulah seterusnya. Sementara problematika hidup selalu bermunculan, satu masalah belum terselesaikan lalu muncul lagi masalah baru yang lebih rumit dan sulit untuk memecahkanya.
Oleh karena itu, menjadi amat penting bagi kita sebagai umat Islam untuk memahami AI-Qur'an dengan sebaik-baiknya sehingga AI-Qur'an bisa kita pahami dengan benar lalu kita gunakan sebagai pedoman hidup di dunia ini dengan sebenar-benarnya. Adapun sebagai da'I, lebih penting lagi agar kita bias menda'wahkan Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya. Manakala kita dan kaum Muslimin telah menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam hidup ini, maka paling kurang ada tiga keuntungan yang akan kita peroleh.
Pertama, Kehidupan menjadi terbimbing dalam berbagai aspek.
Kedua, mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup.
Ketiga, kehidupan menjadi bersih dari noda dan dosa.
Untuk bisa memahami AI-Qur'an dengan baik, ada beberapa pendekatan yang bisa kita lakukan.

  1. Memahami AI-Qur'an Dengan AI-Qur'an.
    AI-Qur'an merupakan wahyu Allah yang antara satu dengan lainya saling membenarkan dan menafsirkan, karenanya tidak akan kita temukan kontradiksi antara satu ayat dengan ayat
    lainya, Allah berfirman yang artinya:
    "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an?. Kalau sekiranya AI-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mandapat pertentangan yang banyak didalamnya."
    (Q. S. 4: 82)
    Ada banyak contoh tentang memahami ayat dengan ayat AI-Qur'an juga, misalnya Ibnu Katsir menghubungkan ayat 7 dari surat Al-Fatihah (Jalan orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka...) dengan surat An-Nisa: 69, yang artinya:
    "Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu; Nabi-nabi, para shidiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebik-baiknya."
  2. Memahami AI-Qur'an Dengan Hadits
    Disamping dengan ayat atau surat lain, AI-Qur'an juga bisa dipahami dari hadits melalui penjelasan dari Rasulullah SAW, hal ini karena Rasulullah memang bertugas untuk menjelaskan Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya. karena itu hadits-haditsnya bisa kita jadikan rujukan untuk memahami suatu ayat.
    Diantara contoh tafsir dari hadits Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh lbnu Mas'ud yang artinya: Ketika turun ayat ini:
    "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan imanya dengan kezaliman..."
    (Q. S. 6: 82), hal ini sangat meresahkan para sahabat. Mereka bertanya; "Ya Rasulullah, siapakah diantara kita yang tidak berbuat zalim tertiadap dirinya?". Beliau menjawab: "Kezaliman disini bukan seperti yang kamu pahami. Tidakkah kamu mendengar apa yang dikatakan hamba yang shaleh (Luqman), "sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar."
    (Q. S. 31: 130). Kezaliman disini adalah syirik.
    (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
    Di dalam hadits, terdapat juga rincian tentang apa yang diperintah dan apa yang dilarang serta ketentuan hukum yang difardhukan oleh Allah SWT. Maka hadits-hadits semacam ini berarti tatsir atau penjelasan atau suatu ayat didalam Al-Qur'an, misalnya didalam AI-Qur'an kaum Muslimin diperintah untuk menunaikan shalat, namun AI-Qur'an tidak menjelaskan teknis pelaksanaan shalat, maka shalat Nabi yang tergambar didalam hadits merupakan penafsiran ayat tentang shalat, dan begitulah seterusnya sehingga Al-Qur'an memang harus kita pahami dengan hadits-hadits, baik sisi kandungan maupun teknis pelaksanaan dari suatu ayat.
  3. Memahami AI-Qur'an Dengan Asbabun Nuzul.
    Tidak kurang dari sepertiga Al-Qur'an turun dengan asbabun nuzul (sebab turunya AI-Qur'an). Ini berarti, untuk memahami maksud, tujuan dan kandungan AI-Qur'an harus kita lakukan melalui asbabun nuzul. Menurut Manna Khalil Al Qattan dalam bukunya mabahits fi Ulumil Qur'an mendefinisikan asbabun nuzul:
    "Sesuatu hal yang karenanya AI-Qur'an diturunkan untuk menerangkan status (hukum) nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan."
    Dengan memahami asbabun nuzul kita menjadi tahu latar belakang diturunkanya suatu ayat atau surat dan dengan itu pula kita menjadi tahu makna dan kandungan suatu ayat dan surat serta terhindar dari pemahaman yang keliru dari kandungan yang sesungguhnya dari satu ayat atau surat. Bahkan dengan asbabun nuzul pula, kita bisa mencegah terjadinya penyalahgunaan makna suatu ayat untuk kepentingan-kepentingan yang justeru bertentangan dengan misi AI-Qur'an.
  4. Memahami AI-Qur'an Dengan Qaul Sahabat.
    Para sahabat merupakan generasi yang merasakan suasana turunya AI-Qur'an, apalagi mereka memiliki kesiapan rohani yang kuat untuk bisa menerima pesan-pesan yang terkandung di dalam AI-Qur'an. Karena itu, wajar saja apabila untuk memahami AI-Qur'an, kita juga harus merujuknya kepada ucapan, pemahaman atau penafsiran para sahabat terhadap AI-Qur'an. Disamping sahabat yang menjadi khalifah,ada banyak sahabat yang sering kali menafsirkan AI-Qur'an, misalnya saja lbnu Mas'ud, Ubai bin Ka'ab Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubajr, Aisyah r. a., dll.
    Diantara contoh tentang ayat yang ditafsirkan sahabat adalah firman Allah yang artinya:
    "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka itu bersyukur."
    (Q. S. 7: 17).
    lbnu Abbas menafsirkan ayat tersebut seperti yang dikutip oleh lbnu Katsir bahwa yang dimaksud dengan syaitan menggoda dari depan adalah agar manusia tidak percaya akan kehidupan akhirat, dari belakang agar manusia terlalu cinta pada dunia, dari kanan agar manusia mengabaikan syari'at dan dari kiri agar manusia lebih cenderung pada dosa dan kemaksiatan.
  5. Memahami AI-Qur'an Dengan Makna Katanya.
    AI-Qur'an merupakan kitab suci yang berasal dari bahasa Arab. Oleh karena itu, untuk memahami ayat-ayat yang terkandung didalam AI-Qur'an, kita perlu menggunakan pendekatan dari makna kosa kata yang terdapat dari AI-Qur'an itu, hal ini karena meskipun maksud AI-Qur'an tidak persis sama dengan arti harfiyah pada suatu istilah, tapi paling tidak berangkat dari makna kosa kata kita akan memahami kemana arah atau makna dari suatu ayat.
    Sebagai contoh, didalam AI-Qur'an terdapat kata "amar ma'ruf dan nahi munkar" yang diterjemahkan dengan memerintahkan yang baik dan mencegah yang buruk. Secara harfiyah, ma'ruf itu artinya dikenal, yakni sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia. Kebaikan pada dasarnya sudah diketahui oleh manusia, tapi meskipun manusia sudah tahu tentang kebaikan belum tentu manusia melakukan kebaikan itu. Adapun munkar artinya sesuatu yang diingkari, keburukan, kemaksiatan dan kebathilan disebut munkar karena pada dasarnya manusia tidak suka kemunkaran itu, namun ternyata dengan hawa nafsu manusia malah melakukan kemunkaran itu, makanya mereka harus dicegah dari melakukannya.
    Dengan demikian, pendekatan makna kata untuk memahami kandungan suatu ayat menjadi sangat penting kita lakukan untuk bisa memahami ayat itu sendiri.
  6. Memahami AI-Qur'an Dengan Tafsir Para Ulama.
    Kapasitas keilmuan kita yang belum memadai untuk memahami AI-Qur'an secara langsung tidak membuat kita harus berkecil hati untuk bisa memahami Al-Qur'an dengan baik, kita mungkin saja bias memahami Al-Qur'an dengan baik dengan membaca dan mengkaji penafsiran dan para ulama ahli tafsir yang diakui oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya.
    Kita amat bersyukur karena para ulama itu sangat membantu kita dalam memahami AI-Qur'an dengan kitab yang mereka tulis. Baik ulama dari dalam negeri kita sendiri seperti Prof. Dr. Hamka dengan Tafsir Al Azhar, Prof. Dr. Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ash Shiddiqi dengan Tafsir An Nur, dll.
    Sedangkan ulama dari luar antara lain: Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja'far At Tabari dengan Tafsir At Tabari, Ismail bin Amr Al Qurasyi bin Katsir dengan Tafsir lbnu Katsir hingga Sayyid Qutb dengan Tafsir Fi Zilalil Qur'an, dll.
    Demikianlah secara umum beberapa pendekatan yang harus ditempuh dalam upaya memahami Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya. Ini berarti, menjadi keharusan kita bersama untuk terus melakukan tadabbur atau pengkajian terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam AI-Qur'an.

Tidak ada komentar