TARBIYAH IMANIYAH BAGI ANAK


TARBIYAH IMANIYAH BAGI ANAK
Selepas Ramadhan, kita mengharap dosa-dosa kita diampuni sehingga kita seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya, dan tugas kita selanjutnya adalah mendidik anak-anak kita agar terbiasa taat sejak dini, tidak seperti kita yang terlanjur berlumur dosa. Berikut penjelasannya.
Rumah tangga muslimah yang merupakan lingkup terkecil dari bangunan masyarakat Islam, adalah pondasi utama yang sangat menentukan keberhasilan dakwah Islam. Karena dakwah, secara langsung maupun tidak langsung dimulai dari lingkup keluarga. Allah berfirman, artinya: "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dipe-rintahkanNya kepada mereka dan selalu menger-jakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6).
Menafsirkan firman Allah, 'Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka', Ali bin Abi Thalib z mengatakan, 'Didiklah dan ajarilah mereka, lakukan keta'atan kepada Allah, jauhi kemaksiatan kepadaNya dan perintahkan keluargamu untuk senantiasa berdzikir, niscaya Allah menyelamatkan kalian dari api Neraka'.
Seorang ummi (ibu) muslimah adalah orang yang paling banyak diam di rumah dan bergaul dengan anak-anak mereka. Maka berkaitan dengan tanggung jawab ini seorang ummi muslimah mempunyai peran khusus. Rasulullah r dalam sebuah haditsnya yang panjang bersabda: "Dan seorang wanita adalah pemelihara bagi rumah tangga suaminya dan anaknya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka." (HR. Al-Bukhari).
Permasalahannya adalah bagaimana caranya agar seorang ummi (ibu) benar-benar berfungsi sebagai madrasah bagi anak-anak mereka? Jawabnya tentu dengan mempersiapkan mereka dengan ilmu syar'i yang akan mereka amalkan serta mengajak orang lain untuk mengamalkannya, ke-mudian sabar dalam melaksanakannya. Untuk itu, setiap ummi muslimah harus mem-persiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya, terutama dalam memberikan tarbiyah imaniyah (pendidikan keimanan) kepada anak dan keluarga pada umum-nya. Di antara hal-hal yang harus diperhatikan da-lam kaitannya dengan tarbiyah imaniyah adalah sebagai berikut:
  1. Memilih pasangan hidup sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Artinya, tanggung jawab ini sudah dimulai ketika seorang muslim/muslimah beranjak membangun kehidupan baru (berumah tangga). Rasulullah r bersabda, artinya: "Seorang wanita dinikahi karena empat perka-ra; karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang taat pada agama, (jika tidak) engkau akan merugi." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah z). Rasulullah r juga bersabda: "Jika datang kepada engkau seseorang yang engkau ridhai dien (agama) dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, jika tidak maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi." (HR. At-Tirmidzi, hasan gharib). Sebuah rumah tangga yang dibangun di atas kaidah yang benar dalam memilih pasangan hidup akan membantu terwujudnya kehidupan yang selamat dan bahagia dengan idzin Allah I. Karena itu, raihlah keberuntungan itu dengan menikahi wanita yang baik agamanya.
  2. Mengingat Allah dalam setiap keadaan.
  3. Mendo'akan kebaikan untuk anak sebelum mereka dilahirkan. Dan hendaklah beberapa saat setelah kelahiran anak , sang ummi mengenalkan kalimat tauhid melalui adzan pada telinga sang bayi. Rasulullah r mencontohkan hal ini sebagaimana tersebut di dalam hadits Abi Rafi'. "Aku melihat Rasulullah r mengumandangkan adzan pada telinga Al-Hasan bin Ali ketika Fati-mah melahirkannya dengan selamat dengan adzan shalat." (HR. At-Tirmidzi. Al-Albani berkata, hasan shahih). Sehingga kalimat yang mengandung keagungan Allah inilah sebagai hal pertama yang ia dengar.
  4. Seorang anak, tanpa diperintah ataupun dilarang akan menirukan segala ucapan dan gerakan sang ummi. Seorang anak kadang kita lihat menirukan gerakan orang tuanya dalam shalat, duduk, ruku' dan sujud. Juga dia selalu berusaha mengulangi ucapan-ucapan yang ia dengar. Dan ini terjadi di saat usia mereka masih kurang dari tiga tahun maka ummi-lah yang harus pandai-pandai menjadi contoh langsung bagi anak-anak mereka.
  5. Sebagaimana kita ketahui bahwa tauhid merupakan asas pokok dalam beribadah kepada Allah, maka sudah selayaknyalah sedini mungkin kita mengenalkan kepada anak tentang keesaan Allah, rububiyah-Nya, uluhiyah--Nya serta asma' dan sifatNya, hingga mereka mampu beribadah kepada Allah sesuai dengan syari'at yang dikehen-dakiNya. Misalnya kita jelaskan tentang konsekuensi-konsekuensi tauhid lewat kisah-kisah atau kita berikan contoh-contoh yang bisa membawa anak memikirkan tentang makhluk-makhluk Allah yang menunjukkan keesaanNya. Hal itu misalnya dilaku-kan dengan melihat alam sekitar, sehingga secara bertahap akan tumbuh iman mereka kepada Allah U dengan dalil dan petunjuk.
  6. Melatih anak-anak dengan latihan-latihan ibadah seperti shalat, shiyam (puasa), shadaqah serta membiasakan mereka dengan do'a-do'a yang masyru' (diajarkan) dalam setiap keadaan, sehing-ga tumbuh iman dan tawakkal (ketergantungan) mereka kepada Allah I. Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari seorang shahabiyah Rubayyi binti Muawwid. "Rasulullah r mengirim utusan pagi hari Asyura ke kampung-kampung kaum Anshar (untuk meng-umumkan), 'Barangsiapa berbuka pada hari ini maka hendaknya ia menyempurnakan sisa harinya dengan berpuasa dan barangsiapa berpuasa pada hari ini maka hendaknya ia sempurnakan puasanya.' Rubayyi berkata, 'Adalah kami berpuasa setelah itu dan kami mempuasakan anak-anak kami, kami buatkan untuk mereka mainan yang terbuat dari bulu. Apabila di antara mereka ada yang menangis minta makan, maka kami berikan mainan tersebut hingga tiba waktu berbuka.'"
    Dalam hadits di atas terdapat dalil untuk mela-tih anak-anak berpuasa dan membiasakan mereka beribadah hingga tumbuh menjadi pemuda- pemudi yang taat.
  7. Ketika menginjak usia tujuh tahun hendak-nya sang ummi mengajarkan kepada anak-anak mereka tingkatan-tingkatan dien yaitu Islam, iman, dan ihsan, mengajarkan kepada mereka hukum-hukum thaharah dan shalat, baik rukun-rukun, kewajiban, sunnah-sunnah serta pembatal-pembatalnya, dengan menghafal dalil-dalilnya. Hal ini harus terus kita lakukan tanpa bosan-bosan selama tiga tahun dalam rangka melatih mereka. Dan itu bisa menggunakan banyak cara, baik rayuan, pemberian hadiah ataupun dalam bentuk ancaman jika diperlukan. Dan jika telah berusia 10 tahun tetapi mereka masih lalai, kita memu-kulnya dengan pukulan yang mendidik tanpa menimbulkan luka. Rasulullah r bersabda: "Perintahkan anak-anak kalian melakukan shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah mereka (jika meninggalkannya) ketika mereka berumur 10 tahun dan pisahkanlah mereka diwaktu tidur." (HR. Ahmad). Dan bagi anak laki-laki hendaknya mulai dilatih menunaikan shalat berjamaah bersama kaum muslimin karena hal itu wajib atas kaum laki-laki.
  8. Mengajarkan kepada anak-anak tentang sejarah Nabi r untuk diteladani. Ini perkara pen-ting yang harus diketahui setiap muslim. Lalu hendaknya dilanjutkan dengan sirah (sejarah) para sahabat dan tabi'in y. Karena Rasulullah r serta para tabi'in adalah teladan seti-ap muslim.
  9. Memilihkan tempat-tempat dan teman-teman yang membantu mereka memahami dien. Misalkan mengikutsertakan anak dalam ta'lim-ta'lim (pengajian-pengajian) atau untuk mengha-falkan surah-surah Al-Qur'anul Karim sesuai dengan kemampuan mereka. Dan hendaknya kita menjauhkan anak dari lingkungan orang yang bisa merusak dien serta aqidahnya. Karena itu, seorang ummi harus bersungguh-sungguh di dalam mengontrol dan mengawasi pergaulan anak-anak mereka. Rasulullah r bersabda: "Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dengan seorang pandai besi." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
  10. Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'anul Karim sudah selayaknya kita kenalkan kepada anak-anak sedini mungkin. Kita biasakan mereka berbahasa Arab yang fasih sesuai dengan kemam-puan kita sehingga mereka menjadi fasih dalam berbahasa Arab.
  11. Hendaknya pada setiap rumah tersedia perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang ber-manfa'at dan menjauhkan anak-anak dari bacaan-bacaan yang bisa merusak aqidah dan akhlak mereka, baik berupa televisi, majalah-majalah ataupun bacaan-bacaan lain yang penuh penyim-pangan dan kesesatan.
  12. Hendaknya disediakan pula untuk mereka kaset-kaset bacaan Al-Quranul Karim atau ceramah-ceramah yang bisa memupuk aqidah dan keimanan, sehingga mereka tumbuh menjadi seorang muslim dan muslimah yang ta'at, baik dalam ucapan maupun amalan. Wallahu a'lam.
Disarikan dari kitab Al-Mar'ah Al-Muslimah fi Manziliha, Ahmad bin Muhammad Aba Bathin, Kitab Ahkamut Tifl, Ahmad Al-I'sawiy, Majalah Al-Ashalah no. 10/1414 H. (Ummu Fatimah Al-Atsariyah).

Tidak ada komentar