Ilmu Adalah Jalan Keimanan
Ilmu Adalah Jalan Keimanan
Pembicaraan kita tentang tauhidullah baik rububiyah, uluhiyah
dan asma was sifat, semuanya menuju kepada keimanan yang benar, yaitu bagaimana
seharusnya kita menempatkan diri sebagai makhluk terhadap Khalik, pencipta kita:
Allah SWT.
Untuk menuju kepada hal itu dibutuhkan Ilmu sebagai pedoman dan
petunjuk jalan agar tidak tersesat, yang menyebabkan kita termasuk orang-orang
yang merugi.
Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya,
"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran." (Ar-Ra?d:19)
Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya,
"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran." (Ar-Ra?d:19)
Lebih lanjut dijelaskan oleh Allah dalam
Firman-Nya,
"Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Az-Zumar: 9)
"Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Az-Zumar: 9)
Hal itu karena keimanan yang dimiliki oleh orang-orang yang
ikut-ikutan saja tanpa keyakinan yang penuh, sangat cepat berubah tatkala
diterpa ujian dan cobaan, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya,
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah Allah
dengan berada di tepi (Tidak dengan penuh keyakinan) maka jika ia memperoleh
kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, berbaliklah ia ke belakang (kembali kafir lagi) rugilah ia di dunia dan
di akhirat, yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (Al-Hajj: 11)
Oleh karena itulah, patut bagi kita untuk mengetahui
kaidah-kaidah yang otentik guna mengantarkan kita kepada keimanan terhadap Allah
SWT.
Kaidah Pertama:
Dalil Akli (alasan logis)
Dalil Akli (alasan logis)
"Bahwasanya sesuatu yang tidak ada tidak dapat menciptakan
sesuatu."
Sesuatu yang tidak ada tidak mungkin mampu untuk menciptakan sesuatu, karena ia tidak ada.
Sesuatu yang tidak ada tidak mungkin mampu untuk menciptakan sesuatu, karena ia tidak ada.
Kaidah ini menghantarkan kita kepada Dzat yang Maha Ada. Kalau
kita perhatikan mahluk-mahluk yang dilahirkan setiap hari, baik manusia, hewan,
tumbuhan, dan kita perhatikan pula setiap yang terjadi di alam semesta ini
seperti angin, hujan, siang dan malam, dan setiap yang bergerak dengan teratur,
seperti matahari dan bulan, bintang-bintang, semua itu jika kita renungkan
setiap saat, maka akan menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa akal kita akan
memastikan semua itu bukan hasil ciptaan sesuatu yang tidak ada, akan tetapi itu
adalah hasil ciptaan Dzat yang Maha Ada yaitu Allah SWT.
Dalil Nakli (Alquran dan Sunah)
Firman Allah SWT,
"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)." (AT-Thuur : 35-36)
"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)." (AT-Thuur : 35-36)
Post a Comment