KEBERHASILAN IBADAH RAMADHAN
KEBERHASILAN IBADAH RAMADHAN
Keberhasilan
ibadah Ramadhan dalam bentuk terhapusnya dosa-dosa merupakan sesuatu yang
abstrak, bukan sesuatu yang konkrit atau nyata. Oleh karena itu kita mesti
memiliki tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan dengan ketaqwaan kepada Allah Swt yang meningkat. Ada beberapa indikasi yang bisa kita jadikan
patokan untuk menilai diri; apakah ibadah Ramadhan kita berhasil atau tidak.
1. TAUHID YANG MANTAP.
Untuk
menunjukkan keberhasilan ibadah Ramadhan, maka kita akhiri Ramadhan dengan
takbir, tahlil dan tahmid yang merupakan kalimat tauhid. Perintah ini memang
terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan hendaklah kamu cukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS 2:185)
Dengan
demikian seorang muslim yang habis menunaikan ibadah puasa, maka dia memiliki
tauhid yang mantap, dengan tauhid yang mantap itu dia selalu mengutamakan Allah
Swt dan selalu terikat pada nilai-nilai yang diturunkan-Nya. Karena itu orang
yang tauhidnya mantap, akan selalu menjalani kehidupan yang sesuai dengan
ketentuan Allah, mencintai Allah di atas segala-galanya serta tunduk dan taat
kepada-Nya.
2. AKHLAK YANG MULIA
Ibadah
Ramadhan telah mendidik kita untuk selalu berakhlak yang mulia, karenanya
keberhasilan ibadah Ramadhan membuat akhlak atau moral yang tercela terkikis
habis dari jiwa dan kepribadian kita masing-masing. Maka sesudah kita
menunaikan ibadah Ramadhan, keberhasilan yang harus kita tunjukkan adalah
dengan memiliki akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlak suatu masyarakat akan
membuat kehidupan berlangsung dengan aman dan sentosa serta penuh dengan berkah
dari Allah Swt, dan sebaliknya akhlak yang tercela dalam suatu masyarakat akan
membuat kehancuran, malapetaka dan laknat Allah Swt.
Oleh
karena itu kita harus prihatin apabila masyarakat kita memiliki akhlak yang
jelek. Kita tidak punya masa depan yang cerah kalau generasi muda memiliki
akhlak yang rusak, karena apa yang bisa diharapkan lagi kalau generasi
harapannya menjadi hancur. Kehidupan kita juga akan sengsara kalau orang-orang
tua dan para pemimpin memiliki akhlak yang jelek, karena kejelekan akhlak
mereka membuat arah kehidupan menuju kehancuran yang menakutkan.
Dengan
demikian, akhlak yang mulia harus kita tegakkan dan akhlak yang jelekkan harus
kita kikis dan tidak kita beri tempat dan peluang untuk berkembang. Itu
sebabnya kita amat prihatin kalau di negeri kita ini masih saja diberi tempat
atau pasilitas dan kesempatan untuk mereka yang melakukan tindakan yang
menggambarkan akhlak yang rusak dan merusakkan akhlak masyarakat.
3. SEMANGAT MENIMBA ILMU.
Aktivitas
Ramadhan juga telah merangsang kegairahan kita untuk menimba ilmu pengetahuan,
khususnya yang menyangkut pendalaman ajaran Islam. Kuliah subuh, kuliah zuhur,
ceramah tarawih, pesantren Ramadhan dan studi keislaman lainnya di bulan
Ramadhan merupakan aktivitas-aktivitas yang merangsang semangat kita untuk menimba ilmu pengetahuan. Aktivitas ini membuat kita tidak hanya lebih
panatis sebagai seorang muslim, tapi juga paham dan memiliki wawasan keislaman
yang lebih baik.
Namun
perlu kita ingat bahwa sedalam-dalamnya ilmu yang kita gali, tetap saja terasa
cetek dan sedikit ilmu yang kita peroleh, apalagi ilmu Allah itu sangat luas.
Menyadari hal ini semestinya kita semakin terangsang untuk menimba ilmu dan
sesudah Ramadhan ini, semangat itu harus kita buktikan.
4. SEMANGAT MEMAKMURKAN MASJID
Ramadhan
juga telah melatih kita untuk kembali ke masjid, kembali memakmurkan masjid,
kembali beraktivitas di masjid. Itu sebabnya selama Ramadhan, kita rasakan
masjid-masjid kita relatif lebih makmur, pengurus dan jamaahnya lebih aktif dan
aktivitas lebih banyak dan bervariasi.
Berakhirnya
Ramadhan tidak boleh membuat masjid kita kembali sepi, tanpa kepengurusan yang
serius, tanpa jamaah yang aktif dan tanpa aktivitas. Oleh karena itu
keberhasilan ibadah Ramadhan kita juga harus dibuktikan dengan selalu aktif
memakmurkan masjid, mulai dari shalat berjamaah hingga mengatasi dan memecahkan
persoalan umat dan mengatur strategi perjuangan meningkatkan kualitas umat.
Seharusnya tiap kali seorang muslim ada di rumahnya, maka saat waktu shalat
tiba dengan diperdengarkannya adzan, dia menuju ke masjid. Bahkan semestinya
orang berpatokan bahwa si fulan tidak ke masjid dekat rumahnya dalam shalat
berjamaah hanya karena belum pulang
alias tidak ada di rumah atau dalam keadaan sakit. Oleh karena itu semestinya
bila seseorang ingin bertemu kita, maka dia cukup ke masjid dekat rumah lalu
nanti bertemu di masjid itu untuk selanjutnya baru ke rumah dan bila kita tidak
ada di masjid, itu artinya kita tidak ada di rumah atau ada tapi sedang sakit.
Ada banyak contoh kasus
dari kisah para sahabat yang menggambarkan betapa perhatian yang sedemikian
besar dari mereka terhadap masjid. Sebut saja misalnya Abdullah bin Ummi
Makhtum yang meskipun matanya buta dan rumahnya jauh dengan masjid, dia tetap
datang ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah karena dia selalu mendengar
panggilan adzan sebagaimana yang dianjurkan kepadanya.
Disamping
itu sahabat Bani Salamah sebenarnya punya niat untuk pindah rumah ke dekat
masjid agar bisa menunaikan shalat berjamah di masjid dengan mudah, maka
Rasulullah menyatakan bahwa orang yang jauh rumahnya dengan masjid akan
memperoleh pahala yang lebih besar karena langkahnya, maka Bani Salamah tak
jadi pindah rumah ke dekat masjid karena ingin memperoleh pahala yang besar dan
dia memang rajin ke masjid.
Oleh
karena itu kita perlu merenungi diri kita masing-masing, sudah sejauhmana
perhatian kita bterhadap pemakmuran masjid.
5. SOLIDARITAS SOSIAL YANG TINGGI.
Ibadah
Ramadhan juga telah mendidik kita untuk merasakan betapa tidak enaknya lapar
dan haus itu yang juga telah disertai dengan menunaikan kewajiban sakat fitrah
bahkan diselingi dengan infaq dan shadaqah yang kesemua itu bermuara pada
penumbuhan dan pemantapan rasa tanggung jawab sosial. Karena itu sesudah
Ramadhan berakhir, semestinya semakin mantap rasa tanggung jawab sosial kita
sehingga kita punya perhatian terhadap kaum muslimin yang mengalami kesulitan
hidup secara ekonomi.
Wujud
perhatian itu adalah dengan berusaha mengetahui kondisi kehidupan
saudara-saudara kita sesama muslim, lalu memikirkan apa yang harus kita lakukan
dalam rangka membantu mereka untuk meningkatkan martabat dan kualitas kehidupan
mereka. Ini semua harus kita lakukan karena tentu kita tidak ingin hanya karena
persoalan ekonomi mereka berubah menjadi kufur.
Dengan
demikian, ibadah Ramadhan yang hampir kita akhiri, tentu saja harus
meninggalkan bekas yang mendalam sehingga ketaqwaan kita kepada Allah Swt
semakin mantap yang berarti apapun yang kita hendak lakukan selalu berpijak
pada nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Islam yang agung.
Post a Comment