Pesan-pesan Ramadhan
Pesan-pesan Ramadhan
KHUTBAH
PERTAMA
Jama'ah
sholat Idul Fitri rahimakumullah
Sejak
tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil
sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang
kita
peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.
Sebagaimana
firman Allah SWT:
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Rasulullah
SAW bersabda:
ْ
“Hiasilah
hari rayamu dengan takbir.”
Takbir
kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan
keagungan
Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih
dan
tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan
dengan-Nya.
Tidak
lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak
pernah
pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk
memperkokoh
keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa.
Seluruh
alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.
Jamaah
Idul Fitri rahimakumullah
Setelah
satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari
ini
kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia
ini
kita
bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat
limpahan
rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis
Qudsi:
Artinya:
“Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk
merayakan
hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap
orang
yang mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku
telah
mengampuni mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad,
pulanglah
ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan
kebaikan'.
Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku
dan
berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan
ampunan.”
Jama`ah
Idul Fithri yang berbahagia
Seiring
dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum dan hikmah,
faidah
dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi
kehidupan
yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah.
Sebab 12
jam x 30 hari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semula
sesuatu
yang halal menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di
sepanjang
hari, maka di bulan Ramadhan menjadi haram.
Sementara
dari aspek sosial, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya
pernah
merasakan lapar. Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah
semestinya
kita pegang teguh bersama.
Pesan
pertama Ramadhan adalah Pesan moral atau Tahdzibun Nafsi
Artinya,
kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa
nafsu
sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda: Jihad yang
paling
besar adalah jihad melawan diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah
diterangkan
bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan.
Yakni
naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini,
yang
paling
sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.
Hujjatul
Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat
sifat,
tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi
mengantarkan
manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan tanda-tandanya
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua,
sifat
buas; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat
selalu
menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat
syaithaniyah;
tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat
manusia.
Jika
ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau
bangsa
niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat
mengkhawatirkan.
Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli
dengan
rupiah, undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang
hibah
mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan
kewajibannya,
seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi
sesuatu
yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan
seterusnya.
Sedangkan
satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah
ditandai
dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama
sepanjang
bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat
rububiyah
di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an,
prilakunya
dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan
menjadi
insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang.
Insan
yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri
dari
hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana
firman
Allah:
"…dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang.
Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)
Jama`ah
Idul Fithri yang berbahagia
Pesan
kedua adalah pesan sosial
Pesan
sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah indah justru pada detik-detik
akhir
Ramadhan
dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim
mengeluarkan
zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok
masyarakat
yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak
bagaimana
tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi.
Kebuntuan
dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat
terlupakan
tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah
ini
melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya
dan
orang-orang
miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang
yang
hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya sebab, kalian
semua
adalah ummat Allah.
Dalam
kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya
sedangkan
yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana
yang
terkandung dalam hadis Qurthubi:
Artinya:
"Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat
sebagian
dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka.
Kemudian
datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka."
Jama'ah
sholat Idul Fitri rahimakumullah
Pesan
ketiga adalah pesan jihad
Jihad
yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni
berperang
di jalan Allah akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh, yaitu:
"Mengecilkan
arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya,
mendapatkan
pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."
Pengertian
jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala
yang
kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai
keridhaan
dari
Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul
Akbar,
jihad
yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat
Islam
baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap
dijalankan.
Dalam
konteks masyarakat Indonesia
saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad
mengangkat
senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya
sebuah
sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan
atas
nilai-nilai
agama dan ketaatan kepada Allah.
Mengingat
adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara
damai
Indonesia
ini, maka perlu untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya
dilandasi
niat yang baik dan dipimpin oleh kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok
atau
aliran tertentu. Jangan sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi
tidak
bisa
memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan
bergerak
pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan
ummat.
Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai
agama
teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil
alamin),
agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian.
Dalam
konteks masyarakat Indonesia
saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya
mendukung
terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan
sehatera
yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa
nafsu
dari seluruh hal yang dapat merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi
merugikan
orang
lain.
Jama`ah
Sholat Idul Fitri rahimakumullah
"Diriwayatkan
bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika berjumpa, salah
seorang
dari mereka berkata: "Wahai Nabi Allah, kami ingin sekali mengetahui
bisnis
apa
yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa menjadikannya sebagai bisnis
kami".
Kemudian
diturunkan ayat:
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan
yang
dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah
dan
RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
baik
bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkanmu
ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan
kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah
keberuntungan
yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)
Dalam
konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor sosial yang
perlu
pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada pengentasan
masalah-masalah
sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat
ini,
bukan hanya pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus
dikedepankan
untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini
membelenggu
kemajuan umat Islam Indonesia
pada khususnya dan bangsa dan negara
Indonesia
pada umumnya.
Jama'ah
Sholat Idul Fithri rahimakumullah
Demikianlah
tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita
bersama-sama
memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam
bingkai
kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita
sendiri,
untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain;
menjalin
hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan
status
sosial, serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial
yang
bermartabat, berkeadilan dan sejahtera.
Post a Comment