Seruan Allah SWT Di Sepertiga Malam Terakhir
Seruan Allah SWT Di Sepertiga
Malam Terakhir
قَالَ رسول الله صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي
فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ
يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah
saw :
“Tuhan kita Yang Maha Luhur dan Maha Agung turun setiap malam kepada langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, seraya menyeru : Adakah yang menyeru Ku maka Aku akan menjawab untuknya, adakah yang memohon pada Ku maka Aku akan memberinya, adakah yang beristighfar pada Ku maka akan Kuampuni untuknya” (Shahih Bukhari)
“Tuhan kita Yang Maha Luhur dan Maha Agung turun setiap malam kepada langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, seraya menyeru : Adakah yang menyeru Ku maka Aku akan menjawab untuknya, adakah yang memohon pada Ku maka Aku akan memberinya, adakah yang beristighfar pada Ku maka akan Kuampuni untuknya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum
warahmatullah wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Menguasai Cahaya Keindahan, Cahaya Kasih Sayang bagi segenap hamba Nya. Nurrahman (Cahaya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Disebut Cahaya karena selalu menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yang menuntun dan membimbing hamba hamba Nya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang kekal. Dialah Allah Swt, Cahaya Kasih Sayang terbesar dari semua yang memiliki sifat kasih sayang. Oleh sebab itu Sang Nabi saw selalu berdoa dengan mengakhiri doanya (Nabi Saw) Ya Arhamar Rohiimin (Wahai Yang Maha Berkasih Sayang melebihi semua yang mempunyai sifat kasih sayang) Dialah Allah Swt.
Hadirin hadirat, jika kau renungkan tiadalah satu ucapan huruf bisa kita sebutkan terkecuali itu datang dari kasih sayang Allah. Tiadalah kita bisa melihat, mendengar, bergerak dan hidup diatas bumi ini yang milik Allah terkecuali dari Kasih Sayang Illahi. Pengingkaran, kekufuran dan dosa dosa terus mengalir tetapi Dia (Allah Swt) Maha Bersabar siang dan malam.
Sebagaimana kita dengar munajat yang tadi dibaca dan dilantunkan dari Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad. Ya Illahi wa Maliki anta ta’lam kaifa haliy (Wahai penciptaku, yang memiliki diriku, Kau Maha Tahu akan keadaanku), Wa bima qad halla qalby min humumi wasytighaliy (dari apa yang mengguncang jiwaku dari kegundahan dan dari kealpaan dan dari hal hal yang lainnya, Kau Yang Maha Tahu Wahai Yang Memiliki diriku, Sang Pemilik dari setiap yang hidup, Dialah Allah Swt. Sang Penguasa bagi mereka yang ada di bentangan alam semesta adalah Allah Jalla wa Alla, Maha Sempurna dan Maha Abadi.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Setiap gerak gerik kenikmatan yang kita lakukan sampai setiap nafas kita, inilah ciri Kasih Sayang Allah kepada kita yang tidak akan diberikan dan tidak mampu diberikan oleh makhluk satu sama lainnya terkecuali Allah Sang Maha Pencipta.
Hadirin hadirat, beruntung jiwa yang mengingat Allah, beruntung bibir yang menyebut Nama Allah, beruntung alam pemikiran yang memikirkan keagungan Ilahi.
Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy. Karena apa? kalau Allah itu sepertiga malam turun ke langit yang paling dekat dengan bumi, kita mengetahui bahwa sepertiga malam terakhir itu tidak pergi dari bumi tapi terus kearah Barat. Disini sebentar lagi masuk waktu sepertiga malam terakhir misalnya, Lalu sepertiga malam terakhir itu akan terus bergulir ke Barat, berarti Allah terus berada di langit yang paling dekat dengan bumi. Tentunya rancu pemahaman mereka.
Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah. Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (QS Assyura 11) (Allah tidak sama dengan segala sesuatu).
Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.
Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya). Apa maksudnya kalimat ini? maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya). Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul). Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya). Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “manusia yang paling khusyu’ (Sayyidina Muhammad Saw) didalam tahajjudnya beliau berdoa “Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh, Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh, Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh””.
“Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah Cahaya langit dan bumi, yang Maha Menerangi langit dan bumi dengan kehidupan, kesempurnaan dan kemegahannya). Cahaya langit dan bumi, Dialah Allah. “Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah yang Membangun langit dan bumi). “Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh” (dan untuk Mu puji – pujian, Engkaulah yang Memelihara langit dan bumi). Jika kita dalami ini sangat indah makna kalimat ini “Memelihara langit dan bumi”. Setiap sel yang merangkai manusia, merangkai hewan, merangkai tumbuhan, merangkai bentuk seluruh sel itu mempunyai kehidupan dan membutuhkan nafkah,makanan dan minumannya dan oksigennya dan kehidupannya dan pengaturannya. Siapa yang memeliharanya? Allah Swt.
“Rabbussamawati wal ardh” (Yang Memelihara langit dan bumi) Yang Mengatur matahari terbit dan terbenam, Yang Mengatur turunnya hujan dan tidak ada manusia yang mampu mengurangi setetes air hujan yang akan turun ke permukaan bumi. Allah jadikan hujan itu rahmat turun di permukaan bumi, Allah jadikan penghapusan dosa bagi mereka yang terkena musibah sebab hujan, Allah jadikan juga hujan itu “sa’atulijabah” (waktu yang diijabah) sebagaimana sabda Sang Nabi saw “indahu…” (disaat turun hujan itu doa doa dikabulkan oleh Allah), maka berdoalah. Banyak turun hujan, banyak doa dikabulkan. Lalu bagaimana dengan datangnya musibah?, Belasan hadits riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa “seluruh musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapusan dosa baginya”. Jadi musibah itu penghapusan dosa tanpa istighfar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Menguasai Cahaya Keindahan, Cahaya Kasih Sayang bagi segenap hamba Nya. Nurrahman (Cahaya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Disebut Cahaya karena selalu menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yang menuntun dan membimbing hamba hamba Nya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang kekal. Dialah Allah Swt, Cahaya Kasih Sayang terbesar dari semua yang memiliki sifat kasih sayang. Oleh sebab itu Sang Nabi saw selalu berdoa dengan mengakhiri doanya (Nabi Saw) Ya Arhamar Rohiimin (Wahai Yang Maha Berkasih Sayang melebihi semua yang mempunyai sifat kasih sayang) Dialah Allah Swt.
Hadirin hadirat, jika kau renungkan tiadalah satu ucapan huruf bisa kita sebutkan terkecuali itu datang dari kasih sayang Allah. Tiadalah kita bisa melihat, mendengar, bergerak dan hidup diatas bumi ini yang milik Allah terkecuali dari Kasih Sayang Illahi. Pengingkaran, kekufuran dan dosa dosa terus mengalir tetapi Dia (Allah Swt) Maha Bersabar siang dan malam.
Sebagaimana kita dengar munajat yang tadi dibaca dan dilantunkan dari Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad. Ya Illahi wa Maliki anta ta’lam kaifa haliy (Wahai penciptaku, yang memiliki diriku, Kau Maha Tahu akan keadaanku), Wa bima qad halla qalby min humumi wasytighaliy (dari apa yang mengguncang jiwaku dari kegundahan dan dari kealpaan dan dari hal hal yang lainnya, Kau Yang Maha Tahu Wahai Yang Memiliki diriku, Sang Pemilik dari setiap yang hidup, Dialah Allah Swt. Sang Penguasa bagi mereka yang ada di bentangan alam semesta adalah Allah Jalla wa Alla, Maha Sempurna dan Maha Abadi.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Setiap gerak gerik kenikmatan yang kita lakukan sampai setiap nafas kita, inilah ciri Kasih Sayang Allah kepada kita yang tidak akan diberikan dan tidak mampu diberikan oleh makhluk satu sama lainnya terkecuali Allah Sang Maha Pencipta.
Hadirin hadirat, beruntung jiwa yang mengingat Allah, beruntung bibir yang menyebut Nama Allah, beruntung alam pemikiran yang memikirkan keagungan Ilahi.
Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy. Karena apa? kalau Allah itu sepertiga malam turun ke langit yang paling dekat dengan bumi, kita mengetahui bahwa sepertiga malam terakhir itu tidak pergi dari bumi tapi terus kearah Barat. Disini sebentar lagi masuk waktu sepertiga malam terakhir misalnya, Lalu sepertiga malam terakhir itu akan terus bergulir ke Barat, berarti Allah terus berada di langit yang paling dekat dengan bumi. Tentunya rancu pemahaman mereka.
Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah. Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (QS Assyura 11) (Allah tidak sama dengan segala sesuatu).
Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.
Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya). Apa maksudnya kalimat ini? maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya). Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul). Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya). Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “manusia yang paling khusyu’ (Sayyidina Muhammad Saw) didalam tahajjudnya beliau berdoa “Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh, Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh, Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh””.
“Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah Cahaya langit dan bumi, yang Maha Menerangi langit dan bumi dengan kehidupan, kesempurnaan dan kemegahannya). Cahaya langit dan bumi, Dialah Allah. “Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah yang Membangun langit dan bumi). “Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh” (dan untuk Mu puji – pujian, Engkaulah yang Memelihara langit dan bumi). Jika kita dalami ini sangat indah makna kalimat ini “Memelihara langit dan bumi”. Setiap sel yang merangkai manusia, merangkai hewan, merangkai tumbuhan, merangkai bentuk seluruh sel itu mempunyai kehidupan dan membutuhkan nafkah,makanan dan minumannya dan oksigennya dan kehidupannya dan pengaturannya. Siapa yang memeliharanya? Allah Swt.
“Rabbussamawati wal ardh” (Yang Memelihara langit dan bumi) Yang Mengatur matahari terbit dan terbenam, Yang Mengatur turunnya hujan dan tidak ada manusia yang mampu mengurangi setetes air hujan yang akan turun ke permukaan bumi. Allah jadikan hujan itu rahmat turun di permukaan bumi, Allah jadikan penghapusan dosa bagi mereka yang terkena musibah sebab hujan, Allah jadikan juga hujan itu “sa’atulijabah” (waktu yang diijabah) sebagaimana sabda Sang Nabi saw “indahu…” (disaat turun hujan itu doa doa dikabulkan oleh Allah), maka berdoalah. Banyak turun hujan, banyak doa dikabulkan. Lalu bagaimana dengan datangnya musibah?, Belasan hadits riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa “seluruh musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapusan dosa baginya”. Jadi musibah itu penghapusan dosa tanpa istighfar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya
Sang Nabi saw melewati malam malam dan tentunya bukan hanya beliau tapi
diteruskan oleh umat tha’ifah ba’da thaifah, (kelompok demi kelompok), generasi
demi generasi sampai kita mengingat bagaimana Al Imam Assajjad Ali Zainal
Abidin Ibn Husein Ibn Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhum wa karamallahu
wajhah. Ketika Al Imam Thawus datang ke Masjidil Haram di sepertiga malam
terakhir, mau sholat di dekat Hijr Ismail, dilihat sudah ada orang sholat
disitu. Siapa yang sholat tengah malam begini? ruku’, sujud, ruku’, sujud tidak
habis habisnya. Ternyata setelah ia perhatikan Imam Ali Zainal Abidin Assajjad.
Dikenal Assajjad karena ia sujud setiap malamnya sebanyak 1000X sujud, terkenal
dengan sholat malam sebanyak 500 rakaat. Oleh sebab itu dikenal dengan
“Assajjad” (orang yang banyak bersujud). Imam Thawus lihat terus Imam Ali
Zainal Abidin. Selesai dari sholat sunnah yang demikian dahsyat dan hebatnya,
ia bermunajat. Imam Thawus mendengar munajat yang lirih dari doa Al Imam Ali
Zainal Abidin, ia tajamkan pendengarannya. Apa sih yang diucapkan imam ini?
Imam Ali Zainal Abidin bermunajat “Abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi
finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik,” (hamba ini berada di
hadapan Mu Wahai Allah, si miskin dihadapan Mu, si fakir berada di hadapan Mu,
si pengemis berada di hadapan Mu). Mengemis kepada Allah, miskin di hadapan
Allah, Maha Membutuhkan Anugerah dari Allah. Demikian indahnya doa Imam Ali
Zainal Abidin Assajjad. Imam Thawus mendengar, ia terus mengulang ulang doa
itu. Terus diulang oleh Imam Ali Zainal Abidin. Imam Thawus berkata
“tidaklah aku setelah itu, mau berdoa dengan doa apa saja kalau diawali dengan
doa Imam Ali Zainal Abidin pasti Allah kabulkan doaku”. Demikian indahnya
doa dari jiwa yang suci.
Putra beliau Al
Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad ketika putranya yaitu
Sayyidina Imam Ja’far AshShodiq semasa kecilnya mendengar Ayahnya kalau di
sepertiga malam terakhir melakukan sholat yang sedemikian panjang dan lama.
Imam Muhammad Al Baqir berdiri bagaikan patung lamanya tidak bergerak di dalam
sholatnya, terus di dalam lantunan firman firman Allah dan di dalam tasbih,
ruku’ dan sujud. Sedemikian lamanya sampai seakan akan patung karena lamanya
tidak bergerak dari panjangnya menikmati bacaan sholat malamnya. Selesai sholat
ia pun berdoa dengan doa yang dihafal oleh anaknya ini “Amartaniy falam
a’tamir, wa nahaytaniy falam anzajir, haa ana abduka bayna yadayk, mudznibun
mukhthi’un, falaa a’tadzir”. Alangkah indahnya doa ini. “Kau beri aku
perintah wahai Allah tapi banyak yang tidak kulakukan”. Siapa yang bicara?
Imam Muhammad Al Baqir (putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husein,
putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra, cucunya Rasulullah Saw). Disebut Al Baqir
karena ia orang yang sangat luas ilmunya. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah
mengambil sanad dari Imam Muhammad Al Baqir. Demikian hadirin hadirat, ia
berkata “banyak perintah yang Kau berikan padaku wahai Allah dan aku tidak
melakukannya dan aku tidak taat. Banyak hal yang sudah Kau larang tapi masih
juga ada yang kulanggar larangan Mu, inilah aku sekarang di hadapan Mu Wahai
Allah, banyak dosa, banyak salah, dan aku mengaku banyak dosa dosa dan aku
tidak mengelak dari dosa dosaku. Memang aku seorang pendosa”. Demikian
hebatnya khusyu’ Al Imam Muhammad Al Baqir ibn Ali Zainal Abidin Ibn Husein
radiyallahu anhum.
Putranya pun demikian Imam Ja’far Ashshodiq alaiha rahmatullah, beliau itu kalau sudah berdoa tidak mau putus dari munajatnya sampai nafasnya sendiri yang kehabisan nafas. Beliau pun juga memanggil Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..sampai habis nafasnya baru berhenti. Lalu diganti Nama Allah dengan yang lainnya Ya Rahman..Ya Rahman..demikian malam malam mereka.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kenapa mereka terus bertahan menikmati saat saat itu karena mereka merasakan kenikmatan besar. Karena Allah memberi keledzatan bagi mereka yang mau menjumpai Kasih Sayang Allah disaat itu.
Hadirin hadirat, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Ana ‘inda dhonni ‘abdihii” (Aku bersama persangkaan hamba Ku). Maksudnya apa? jika hamba Ku ingin dekat pada Ku, Aku lebih ingin dekat padanya, jika hamba Ku ingin pengampunan Ku maka Aku lebih ingin melimpahkan pengampunan untuknya. “Wa ana ma’ahu idza dzakaranii” (Aku bersama hamba Ku jika hamba Ku mengingat Ku, kata Allah). Demikian dekatnya Rabbul Alamin kepada hamba hamba Nya yang mungkin banyak berbuat dosa, memang Dialah (Allah Swt) Yang Maha Dekat dari semua yang dekat.
Tadi kita dengar munajat Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad seraya berkata “Ya Qariban ya mujiban ya a’liman ya sami’an” (Wahai Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Menjawab, Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar). Allah Swt menjawab bukan dengan suara tapi menjawab dengan takdir Nya yang indah. Seseorang bermunajat dan berdoa kepada Allah, tidak mendengar jawaban Allah. Tentunya jawaban Allah lebih agung dari sekedar suara. Jawaban dari Allah bagi mereka yang berdoa adalah rahmat Nya yang jauh lebih luhur daripada sekedar suara.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, “Ya ‘aliiman ya samii’an” (Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar).
Kembali ke hadits qudsi tadi “ketika hamba Ku mengingat Ku didalam dirinya maka Aku mengingat hamba Ku didalam diri Ku, ketika hamba Ku mengingat Ku di tempat yang ramai, Aku mengingat hamba Ku dihadapan para malaikatul muqorrobin”. “wa in taqarraba ilayya bi syibrin taqarrabtu ilaihi dzira’aa” (ketika hamba Ku mendekat pada Ku satu jengkal, Aku dekat padanya satu hasta), “wa in taqarraba ilayya dziraa’an taqarrabtu ilaihi baa’aa” (jika hamba Ku mendekat pada Ku satu hasta, Aku mendekat padanya satu depa), “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalah” (jika ia datang dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas, kata Allah). Apa maksudnya? kembali seperti yang tadi, bukan Allah itu berjalan mendekat dan lain sebagainya. Maksudnya setiap keinginanmu yang ingin dekat dengan Allah, Allah menjawabnya lebih dekat dari apa yang kau inginkan. Ketika kau mencintai dan merindukan Allah, Allah lebih mencintai dan merindukanmu. Jika ia datang pada Ku dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas. Apa maknanya? Jika kau ingin dekat dengan Allah, ingin dicintai Allah, ingin rindu kepada Allah, Allah menjawabnya dengan bersemangat dan lebih dari keinginanmu. Demikianlah Yang Maha Indah yang selalu indah hamba hamba Nya yang memahami keindahan Ilahi dengan keindahan dunia dan akhirat.
Seraya berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Aku siapkan untuk hamba hamba Ku yang shalih apa apa yang belum pernah dilihat mata, apa yang belum pernah didengar telinga dan apa yang belum pernah terlintas didalam benak semua alam pemikiran”. Apa maksudnya Allah menyampaikan ini? Maksudnya Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam kelompok shalihin. Ini disiapkan untuk hamba Ku yang shalih. Allah sebutkan demikian agar bangkit keinginan hamba Nya untuk ingin bersama orang orang yang shalih pun jika kita tidak mampu mencapai derajat para shalihin paling tidak selalu mencintai para shalihin dan beruntunglah mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw wa barak ‘alaih.
Orang yang paling mencintai Allah, Nabiyyuna Muhammad Saw. Rahmatan Lil Alamin, Muhammad Rasulullah. Orang yang paling tidak tega melihat umatnya padahal beliau paling benci dengan dosa. Kalau diseluruh dunia ini manusia benci dengan dosa, yang paling benci dengan dosa adalah Nabi Muhammad Saw. Paling benci dengan maksiat tapi beliau juga yang paling perduli kepada para pendosa. Tidak ada yang lebih perduli terhadap para pendosa dari manusia melebihi Nabiyyuna Muhammad Saw.
Ketika umatnya berdatangan dan mereka dihalau dari Sang Nabi Saw, seraya berkata “kenapa mereka dihalau?”, “ya Rasulullah mereka berubah, berbuat dosa setelah kau wafat”. Maka Rasul saw berkata “biarkan mereka pergi.., kemanapun mereka mau pergi, silahkan!! Celaka orang yang berubah setelah aku wafat”.
Putranya pun demikian Imam Ja’far Ashshodiq alaiha rahmatullah, beliau itu kalau sudah berdoa tidak mau putus dari munajatnya sampai nafasnya sendiri yang kehabisan nafas. Beliau pun juga memanggil Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..sampai habis nafasnya baru berhenti. Lalu diganti Nama Allah dengan yang lainnya Ya Rahman..Ya Rahman..demikian malam malam mereka.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kenapa mereka terus bertahan menikmati saat saat itu karena mereka merasakan kenikmatan besar. Karena Allah memberi keledzatan bagi mereka yang mau menjumpai Kasih Sayang Allah disaat itu.
Hadirin hadirat, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Ana ‘inda dhonni ‘abdihii” (Aku bersama persangkaan hamba Ku). Maksudnya apa? jika hamba Ku ingin dekat pada Ku, Aku lebih ingin dekat padanya, jika hamba Ku ingin pengampunan Ku maka Aku lebih ingin melimpahkan pengampunan untuknya. “Wa ana ma’ahu idza dzakaranii” (Aku bersama hamba Ku jika hamba Ku mengingat Ku, kata Allah). Demikian dekatnya Rabbul Alamin kepada hamba hamba Nya yang mungkin banyak berbuat dosa, memang Dialah (Allah Swt) Yang Maha Dekat dari semua yang dekat.
Tadi kita dengar munajat Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad seraya berkata “Ya Qariban ya mujiban ya a’liman ya sami’an” (Wahai Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Menjawab, Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar). Allah Swt menjawab bukan dengan suara tapi menjawab dengan takdir Nya yang indah. Seseorang bermunajat dan berdoa kepada Allah, tidak mendengar jawaban Allah. Tentunya jawaban Allah lebih agung dari sekedar suara. Jawaban dari Allah bagi mereka yang berdoa adalah rahmat Nya yang jauh lebih luhur daripada sekedar suara.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, “Ya ‘aliiman ya samii’an” (Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar).
Kembali ke hadits qudsi tadi “ketika hamba Ku mengingat Ku didalam dirinya maka Aku mengingat hamba Ku didalam diri Ku, ketika hamba Ku mengingat Ku di tempat yang ramai, Aku mengingat hamba Ku dihadapan para malaikatul muqorrobin”. “wa in taqarraba ilayya bi syibrin taqarrabtu ilaihi dzira’aa” (ketika hamba Ku mendekat pada Ku satu jengkal, Aku dekat padanya satu hasta), “wa in taqarraba ilayya dziraa’an taqarrabtu ilaihi baa’aa” (jika hamba Ku mendekat pada Ku satu hasta, Aku mendekat padanya satu depa), “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalah” (jika ia datang dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas, kata Allah). Apa maksudnya? kembali seperti yang tadi, bukan Allah itu berjalan mendekat dan lain sebagainya. Maksudnya setiap keinginanmu yang ingin dekat dengan Allah, Allah menjawabnya lebih dekat dari apa yang kau inginkan. Ketika kau mencintai dan merindukan Allah, Allah lebih mencintai dan merindukanmu. Jika ia datang pada Ku dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas. Apa maknanya? Jika kau ingin dekat dengan Allah, ingin dicintai Allah, ingin rindu kepada Allah, Allah menjawabnya dengan bersemangat dan lebih dari keinginanmu. Demikianlah Yang Maha Indah yang selalu indah hamba hamba Nya yang memahami keindahan Ilahi dengan keindahan dunia dan akhirat.
Seraya berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Aku siapkan untuk hamba hamba Ku yang shalih apa apa yang belum pernah dilihat mata, apa yang belum pernah didengar telinga dan apa yang belum pernah terlintas didalam benak semua alam pemikiran”. Apa maksudnya Allah menyampaikan ini? Maksudnya Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam kelompok shalihin. Ini disiapkan untuk hamba Ku yang shalih. Allah sebutkan demikian agar bangkit keinginan hamba Nya untuk ingin bersama orang orang yang shalih pun jika kita tidak mampu mencapai derajat para shalihin paling tidak selalu mencintai para shalihin dan beruntunglah mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw wa barak ‘alaih.
Orang yang paling mencintai Allah, Nabiyyuna Muhammad Saw. Rahmatan Lil Alamin, Muhammad Rasulullah. Orang yang paling tidak tega melihat umatnya padahal beliau paling benci dengan dosa. Kalau diseluruh dunia ini manusia benci dengan dosa, yang paling benci dengan dosa adalah Nabi Muhammad Saw. Paling benci dengan maksiat tapi beliau juga yang paling perduli kepada para pendosa. Tidak ada yang lebih perduli terhadap para pendosa dari manusia melebihi Nabiyyuna Muhammad Saw.
Ketika umatnya berdatangan dan mereka dihalau dari Sang Nabi Saw, seraya berkata “kenapa mereka dihalau?”, “ya Rasulullah mereka berubah, berbuat dosa setelah kau wafat”. Maka Rasul saw berkata “biarkan mereka pergi.., kemanapun mereka mau pergi, silahkan!! Celaka orang yang berubah setelah aku wafat”.
Maka umatnya
mencari syafa’at kepada Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan semua Nabi
menolak. Kembali lagi kepada Nabi Muhammad saw dan beliau tidak tega. Tadi
beliau sudah mengusir tapi ketika mereka kembali karena tertolak oleh semua
orang, muncul sifat tidak tega beliau. Beliau berkata Ana Lahaa (akulah yg
akan membantu masalah kalian) ini para pendosa, tidak ada lagi yang mau
membela di hadapan Allah, tidak ayahnya, tidak ibunya, tidak kekasihnya, tidak
keluarganya”. Siapa berani membela pendosa? bayarannya adalah api neraka. Maka
Beliau saw pun datang Kehadirat Allah dan bersujud “wahai Allah
umatku..umatku..”, Allah berikan syafa’at bagimu wahai Muhammad, beri
syafa’at orang yang akan kau beri syafa’at.
Hadirin hadirat saya tidak perlu berpanjang lebar atas kasih sayang Nabi Muhammad Saw terhadap kita. Renungkan betapa indahnya idola kita, budi pekertinya dan beliau itu ciptaan Allah yang terindah.
Kita bermunajat kepada Allah Swt Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cahaya kebahagiaan dan cahaya khusyu’, Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya Nama Mu Yang Maha Luhur, pastikan semua wajah kami yang hadir akan melihat keindahan Dzat Mu di yaumal qiyamah, pastikan seluruh wajah kami yang hadir tidak akan melihat api neraka selama lamanya, pastikan kami semua yang hadir dalam husnul khatimah, pastikan semua yang hadir Kau limpahkan kesuksesan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Wahai Yang Maha Membagi bagikan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, limpahkan atas semua kami yang hadir kebahagiaan yang milik Mu tanpa batas dunia dan akhirat.
Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram tidak lupa kami berdoa agar Kau hentikan dan Kau cukupkan musibah yang terus turun daripada hujan yang terus mendera muslimin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram kami mengadukan keadaan kami Wahai Yang Memiliki Kami, Wahai Yang Memiliki Bumi dan Langit, Wahai Yang Memiliki panca indera kami, Wahai Yang Mengetahui dimana kami akan pulang dan kami akan berpisah selain Mu, berpisah dengan semua kekasih, berpisah dengan semua teman, berpisah dengan semua harta dan jabatan. Tinggallah Engkau Yang Maha Tunggal.
Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Post a Comment