Hizbusy Syaithon
Hizbusy Syaithon
Kali ini kita mengambil tema “Hizbusy Syaithon”, artinya Partai Syetan. Tentu saja kita tidak
ingin bangsa kita terperosok terus menerus pada gambaran-gambaran bodoh yang
meracuni fikiran anak-anak kita, dengan pengenalan-pengenalan yang salah
tentang syaithon melalui film-film picisan, murahan, yang mempersempit otak,
membuat anak-anak menjadi penakut dengan gambaran-gambaran yang salah dan
melenceng. Barangkali tidak semuanya salah tetapi lebih banyak salahnya
daripada benarnya yang digambarkan dalam bermacam mitos.
Salah satu hal yang harus kita
perjuangkan dalam hidup ini ialah bermusuhan. Mungkin mengejutkan, kenapa kita
harus bermusuhan? Bukankah kita harus mencari sahabat. Tidak benar. Mencari
sahabat itu perlu bahkan dikatakan lebih susah mencari seorang sahabat daripada
mencari musuh. Tanpa rekayasa pun kita bisa gampang ketemu musuh. Lewat di muka
orang banyak tanpa berteguran dengan sifat arogan, berkata yang tidak
menyenangkan sudah cukup untuk dapat musuh.
Jadi
realitas kita sebagai muslim bahwa dalam hidup ini kita harus mengambil musuh
dan harus punya musuh. Siapa yang dimaksud? Itulah yang allah nyatakan “ Innasy
syaithoonalakum ‘aduwwun, “Sesungguhnya
syetan itu untukmu adalah musuh”. Saya jelaskan struktur katanya :
Inna, dengan sungguh, kata penguat disebut talkit.
Asysyaithon, dengan alif lam ta’riful jism satan
Dengan jelas kita harus tahu tandanya atau cirinya
kalau begitu. Tidak dikatakan syetan musuh tapi diajukan dulu.
Lakum, untuk kamu
‘Aduwwun sama dengan musuh
Dengan mengatakan lakum lebih dulu, kita
mendapatkan pelajaran, bukan untuk kerbau syetan itu musuh, bukan untuk kecoa,
bukan untuk hewan, atau benda-benda, untuk kamu jenis manusia, ingat!
Tetapi
karena kita sering lupa pernyataan yang sudah sangat jelas innasy syaithoona
lakum ‘aduwwun ternyata perlu ditambahkan, dilengkapi, dan bukan karena dia
kurang, lebih kepada pelajaran buat kita. Fattakhidzuhu ’aduwwa, perlakukanlah
syetan itu, posisikan dirimu sebagai musuh. Ada pernyataan anggaplah syetan itu
sebagai musuh. Kalau cuma dianggap tidak cukup. Untuk itu kita perlu mengenal
beberapa hal :
1.
Definisi
Khusus dengan segala hal yang berkaitan
dengan hizbusy syaithon, partai syetan, kita berikan disini jenis-jenisnya, ada
jin, iblis, dan syetan. Kita tidak ingin berdalam-dalam masalah ini, cuma
sekilas ada golongannya :
a.
Jenis pertama
itu, induk dan pokoknya Al Jin. Al
jin itu berasal dari kata janah artinya gelap. Dalam Al Qur’an ada kata falamma
janah alaihi lailu, artinya ketika malam menjadi gelap. Pohon-pohon yang lebat
sampai gelap bawahnya disebut janah. Yang di dalam kandungan, di dalam plasenta
ibu, di dalam gelapnya disebut janin. Orang yang akalnya tidak bekerja dengan
baik karena tertutup disebut majlun, tergelapkan. Jin makhluk yang tidak
terlihat oleh mata biasa. Janah tameng untuk kita tidak bisa ditembus senjata
lawan. Itu akar kata yang sama mempunyai makna berbeda karena penggunaan yang
berbeda.
Kemudian golongan jenis jin material dasarnya adalah api. Allah nyatakan
wakholaqoljaanamimmarijimminnaar, karakternya jin ada yang mukmin ada yang
kafir. Tetapi bukan kewajiban kita meneliti mereka. Dunia kita dunia kita,
dunia mereka dunia mereka. Kita tidak menggampang-gampangkan muamalah dengan
mereka, karena tidak taklif kewajiban kita dengan urusan mereka.
b.
Kemudian nama
jenis makhluk yang lain disebut iblis,
golongan jin. Allah nyatakan dalam surat 18 : 50.
Artinya : “ ingatlah
ketika Kami katakan kepada malaikat sujudlah kamu kepada Adam, maka mereka
semua taat kecuali iblis”.
Iblis asalnya adalah
bangsa jin dan akhirnya fasik, menentang perintah tuhannya. Material dasar api,
karakter iblis kafir, sombong. Iblis sering dikatakan sebagai bapaknya syetan.
Kesombongan adalah hal yang jelas pada iblis.
Kita harus jernih berfikir, ketika ada
pemikiran dari filsafat atau dari mana saja yang kadang membuat kita
termanggut-manggut. Contoh, seperti pembelaan seseorang bahwa akidah dan
imannya iblis itu lebih tinggi dari akidah dan imannya malaikat, lantaran
malaikat itu lugu, tidak kritis, disuruh sujud dia sujud kepada Adam. Sedangkan
iblis itu kritis, dia tidak mau. Dia tahu bahwa sujud kepada makhluk itu syirik
hukumnya, musyrik. Hebat betul pembelaan ini. Bagaimana kita bisa menerima
statement ini. Tetapi ada juga orang yang mengagumi pikiran ini. Makanya kita
berkritislah dalam hidup ini, hatta kepada Allah, agama, wahyu, jadinya hidup
mereka krisis.
Sekarang begini, yang mudah saja. Kalau
pembelaan itu mau dipakai, yang lebih pintar adalah iblis. Mengapa pembelaan
macam itu tidak dilakukannya ketika Allah bertanya, ma aamanaka antasjuda idz
amartu, hai iblis mengapa kamu tidak mau sujud ketika Aku perintahkan. Iblis
tidak mau mengatakan bahwa itu syirik. Sumbernya Allah yang memerintahkan,
kalau tidak ada perintah dan larangan yang disebut kufur sekarang menjadi
kafir. Yang disebut pahala menjadi pahala. Sesuatu menjadi baik dan buruk itu
karena syariat mengatakan baik dan buruk, tidak bisa dikatakan semata akal
bebas. Lalu kita katakan pasti jadi hukum, tidak mungkin. Jadi kalau Allah memerintahkan sujud itu tidak jadi syirik,
karena Allah yang memerintahkannya. Dan makna sujud itupun tidak ada sujud
syirik.
Nah ternyata, ketika Allah bertanya
kepada iblis kenapa tidak mau sujud, jawabannya langsung saja, Qoola ana khoiru
minhu kholaqtani minnaari wa kholaqtahu minthiin. Aku lebih baik dari dia,
Engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari tanah. Jelas aku lebih mulia, tidak
mungkin. Nah di sinilah ornag terjebak kepada bentuk, pada
formalitas-formalitas. Walaupun formalitas harus kita perhatikan, tapi
keterjebakan ini yang tidak boleh. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau
ciptakan Adam dari tanah. Bisa orang itu kufur tanpa berubah status. Kufur
dalam Islam, berfikir kufur, berbuat kufur. Ada yang menyebabkan orang keluar
dari Islam ada yang tidak. Iblis sendiri masih mengakui Allah, kholaqtahu, dia
mengakui bahwa Allah yang menciptakannya, tidak menolak. Bila sekedar ada orang
yang mengatakan tuhan pencipta, belum cukup. Iblis saja masih mengakui padahal
kekafirannya sudah sangat jelas, tanpa harus mengingkari wujudnya Allah iblis
cukup kafir. Bagaimana orang cuma puas mengatakan tuhan maha esa, menyebut
bahkan mendengan nama Allah tidak mau. Dia marah wajahnya takut orang lain
tersinggung sama kita. Urusan apa. Disinilah terdapat kesombongan.
Jadi keterjebakan ini bentuknya adalah
tidak melihat perkara secara substansial. Kalau soal perintah lihat siapa yang
memerintah,. Bila Allah, selesai, laksanakan saja. Jangan soal saya lebih baik.
Sudah iblisnya sendiri terang-terangan mengatakan aku lebih bagus, engkau
ciptakan aku dari api dan Adam dari tanah. Masa ada yang menawarkan jasa
gratisan dari iblis. Apa kepingin masuk surga iblis dengan mengatakan iblis
lebih hebat tuhidnya, lebih tinggi imannya. Iblisnya sendiri tidak mau membela
diri dengan cara itu, sedangkan dia tahu cara itu bisa dilakukan, tetapi tidak,
mengapa? Takabur, kesombongan. Jadi iblis ini golongan jin, dasarnya surat 18 :
50. Material dasar sama dari api.
c.
Nama jenis syetan. Golongannya sama dengan iblis
dan jin, tapi dalam terminologi Al Qur’an dan saat Allah mengatakan
syayaathiini insi wal jinni, syetan yang berasal dari manusia dan jin. Setiap
nabi itu digoda, diganggu, dan dihalangi oleh syetan. Dan kata syetan memang
pengganggu, pembuat was was, berbentuk jin dan manusia. Maka kalau kedua-duanya
masukan untuk material dasarnya syetan adalah api. Syetan yang berbentuk
manusia material dasarnya adalah tanah. Jadi ketika pengenalan kata syetan di
masyarakat kita seringkali diperkecil hanya nyai blorong, kuntil anak dan
sebagainya. Ini adalah suatu korupsi, pemalsuan, pengecilan dan penyudutan.
Jelas konsepnya itu dari syetan juga agar kita dan anak-anak kita hanya
ketakutan dengan gambaran yang demikian. Ditonton juga tapi jadi penakut juga.
Siang-siang ke kamar mandi takut, misalnya. Ini hasil kerja syetan.
Karakter kafir, pendegki utamanya. Ketika Allah menggambarkan mahluk jin
yang ingkar itu menjadi kelompok kafir, iblis. Pada iblis yang melekat adalah
sifat sombong. Dia menolak karena dia sombong, mengatakan dirinya lebih mulia,
karena diciptakan dari api dan manusia dari tanah. Tapi ketika aktivitasnya itu
menggoda, sifatnya itu tidak hanya mempertahankan kesombongan, maka yang
melekat itu syetan. Seakan saja inlis itu pasif, padahal dirinya dari syetan,
aktif. Jadi yang disuruh menolak, membangkang itu iblis. Kalau mengajak orang
lain supaya sombong itu syetan, pengahasut dan penyesat dan sebagainya. Dari
gambaran singkat ini kita bisa mendudukan masalah.
2.
Khutuwatisy
syaithon, Langkah-langkah syetan
Apa saja yang sering mereka lakukan :
a.
Tadhlil atau penyesatan
b.
Penyamaran
kebenaran, Ghumuudul haq
Membuat kebenaran
tertutup jadi program-program, langkah-langkah. Radio, majalah, surat kabar,
televisi yang membuat anak-anak tidak baca Qur’am dan jam-jam sholat mereka
lari dari sholat. Itu langkah program syetan yang berbentuk manusia, sehingga
kebenaran menjadi tidak jelas, samar, tertutup.
c.
Labsul haq bil bathil, Pembauran haq dan bathil.
Yang benar jadi salah,
yang salah jadi benar, membaur. Kerja syetan yang bahasa kita melayu (bahasa
asalnya bagus jadi hancur) itu terdapat bentuk-bentuk langkah syetan. Juga
dalam idiom kata yang biasa dipakai. Misalnya : Sunnah sebenarnya kalau kita
mencintai saudara kita ungkapkan, jangandisembunyikan. Kata Rosulullah,
ungkapkan kasihmu pada saudara kamu. Contoh, Aku mencintaimu karena Allah wahai
saudaraku. Kalau ada seorang pemuda dengan pemuda (temannya) baru turun dari
masjid karena mereka rajin ibadah atau keluar dari ruang kuliah, lalu seorang
berkata mas aku cinta padamu. Merinding temannya itu. Kalau dua mahasiswi,
pelajar, yang satu mengatakan mbak-mbak sungguh aku cinta padamu, kata-kata
yang bagus dan dianjurkan itu ternyata membuat temannya lari dan takut. Ada apa
ini, kelainan dia. Ini penghancuran bahasa. Lalu sebaliknya, memang tidak
termasuk salah juga, dalam bahasa Al Qur’an itu adil, azzamiatu azzami, pezina
perempuan dan pezina laki-laki kedua-duanya jelas disalahkan. Disini ada
pelacur dan pelacur itu pasti konotasinya perempuan. Kenapa tidak ada kata atau
lafadz (mis: Pelacir atau apa) yang mencerminkan pelacur laki-laki. Ini tidak
adil. Tapi pelacur hari ini begitu terhormat, mungkin dilindungi oleh
undang-undang tenaga kerja, karena disebut sebagai pekerja cinta, pekerja sex
atau penjaja cinta. Cinta dijual-jual. Begitulah istilah cinta menjadi jatuh
tertukar. Istilah zina menjadi halus. Pelacur disebut sebagai pekerja sexual.
Yang namanya pekerja berarti kena dalam peraturan undang-undang tenaga kerja,
UMR nya, dan lain-lain. Kemudian dulu ada istilah kupu-kupu malam, indah betul.
Penyakit yang ditimbulkan oleh zina, dihormati istilahnya, misalnya : Vietnam
Rose, Gajah Raja Singa. Begitu juga istilah lain yang disebutkan syetan. Karena
penyesat dalam istilah kita. Bila ada mentri, pejabat kita janji bohong janji
bohong, orang bilang (surat kabar) bahwa janjinya cuma angin surga, berarti
angin surga itu bohong. Padahal jelas ada angin surga. Kemudian banyak lagi
istilah lain. Korupsi, mencuri uang rakyat, gaji guru di propinsi di sunnat,
atau merampok. Tidak boleh menggunakan kata sunnat disini. Arti dari sunnat itu
kan sunnah, apa mungkin sunnat dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai khitan,
memotong kulit bagian tubuh kita sendiri (kemaluan laki-laki dan perempuan)
yang berpahala, bisa disamakan denganmerampok, mencuri, menggelapkan uang
rakyat. Jangan sekali-kali lagi kita ucapkan kata-kata yang demikian. Dan
banyak lagi kata-kata penyesat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Makanya diantara itu bentuk pembauran haq dan bathil. Yang batil menjadi haq
yang haq menjadi batil, yang indah menjadi buruk yang buruk menjadi indah.
Kalau dimasa yang lalu mengaji itu selalu kaitannya dekat dengan ekstrimisme
dan terorisme, makanya kalau sarinah (di jl. Thamrin) kebakaran yang
diinterogasi pengurus masjid. Itulah pikiran-pikiran syetan. Bukan berarti
sudah berganti rezim syetan nganggur, tetapi sekarang syetan dalam fungsi yang
lain. Menciderai ulama, menciderai misi pesantren, sehingga nanti orang tidak
percaya lagi kepada ulama, lantaran reputasi buruk ulama dan santri. Membakar milik
orang, memfitnah, menghasut, memakan uang rakyat, membiayai bermacam-macam
kerusakan.
Penyesatan ini ada
beberapa sub langkah atau wujud langkah bagaimana ia menyesatkan dengan tehnik
atau caranya itu :
Ø
Was-was, takut
Kalau kita
memakai cara Islam, bumbu masakan ini haram nanti modal luar negri tidak masuk.
Orang jadi berfikir membenarkan, nanti penganggur jadi perampok.
Kaidah menolak
bahaya lebih diutamakan daripada meraih manfaat. Itu bukan kaidah ushul, dia
kawaid fiqiah. Kaidah ushul lapangannya itu Qur’an dan hadits. Hasil yang mau
dicapai adalah bagaimana natijah sebuah ayat dan hadits, sehingga ia menjadi
ketentuan langkah buat kita. Sedangkan kaidah fiqiah lapangannya adalah
kejadian-kejadian, perkara-perkara, kasus-kasus yang diteropong dengan kaidah
sehingga bisa jelas hukumnya. Jadi asal ngomong, asal bunyi, wallahu’alam,
apakah lupa atau tidak menguasai.
Was-was pertama
yang dilakukan prestasi besar syetan adalah membuat was-was kepada nabi Adam
dan istrinya. Fawaswas ilaihisy syaithon, syetan pun membuat was-was. Qoola
maamanakuma antilkumasisyajaroh illa antakuma malaikaini autakuma
minalkholidin. Redaksinya luar biasa. Persis seperti redaktur yang memalsukan
data pada hari ini.
Kata syetan, tidaklah tuhan kamu
melarang kamu untuk mendekati pohon larangan ini. Allah melarang jangan
dekat-dekat pohon ini, apalagi menikmati buahnya, semua boleh dilakukan, boleh
dimakan, kecuali pohon larangan ini. Sebenarnya ada sesuatu dibalik ini,
tuhanmu tidak mau melarang kamu untuk mendekati atau memakan buah ini kecuali
sebenarnya dia tidak ingin kamu abadi di surga.
Kalau kamu mau abadi dan menjadi raja, menjadi malaikat yang suci,
makanlah buah ini. Jadi bukan pembangkangan begitu saja nabi Adam. Dia
mempunyai keinginan tapi keinginannya itu dipalsukan. Inilah waswasah.
Ø
Misyan, Membuat orang
lupa kebaikan.
Dalam kisah nabi Yusuf
dalam surat Yusuf.
Nabi Yusuf
punya teman 2 orang, yang satu bartender raja, tukang buat koktail. Yang satu
tukang roti untuk raja. Mereka mengatakan bermimpi sesuatu. Nabi Yusuf diberi
Allah kelebihan menafsirkan mimpi. Dan betul. Yang satu katanya dipancung
hukuman mati, yang satu dipekerjakan kembali, yaitu bartender. Ketika
dipekerjakan kembali bartender itu nabi Yusuf berkata, wa qoola lilladzi dzonna
annahu naajin minhuma kudzkurni indarobbik, faanshohu syaitonu dzikro robbini
falabisa fi sijni bil asini, kalau kamu lepas, bebas dipekerjakan kembali,
jangan lupa sebutkan namaku. Yusuf ini teraniaya, terdzolimi, supaya raja
mengeluarkan aku. Tapi ternyata syaithon membuat lupa hal yang sederhana itu.
Apalagi terhadap temannya yang berjasa membantunya di dalam penjara, memberikan
pelajaran yang baik. Begitulah syetan membuat lupa, dan ini pelajaran untuk
nabi Yusuf, betapapun punya teman itu dia tetap manusia. Dia mau pergi, buat
kita ini artinya orang itu dekat dengan raja, koneksinya bagus, dan itu haq-haq
saja. Tapi tetaplah bahwa kita harus kembali kepada kenyataan, hakikat
kekuasaan itu di tangan Allah, bukan di tangan manusia. Selanjutnya, maka
tinggal teruslah nabi Yusuf di penjara sekian tahun lagi.
Ada orang secara pribadi dibuat lupa,
ada bangsa yang dibuat lupa. Contoh, bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang
banyak dibuat lupa. Dulu sudah begitu hebatnya pengkhianatan komnis, bilangnya
tidak ada. Masa iya perkara besar ini tidak ada sama sekali, tanda-tandanya
jelas. Taruhlah ada beberapa tambahan kasus G.30 S. PKI, apakah semuanya
karangan Suharto. Dengan segala
kekejamannya, Suharto tetap manusia,
dengan segala represinya juga demikian. Akan tetapi kalau dikatakan tidak ada
sama sekali pengkhianatan, sukar. Yang jelas saksi sejarah masih ada hari ini.
Contoh, di Jogjakarta. Sebelum peristiwa G. 30. S. PKI, beberapa bulan atau
setahun sebelumnya, ada sebuah pementasan oleh Lekra (Lembaga Kebudayaan
Rakyat) diberi judul seram, Patine Gusti
Allah, Matinya tuhan Allah. Ini sudah sangat kurang ajar. Di akhir adegan
dibuat betul-betul tuhan itu mati disebutnya. Dan adegan tuhan itu diperankan
seorang aktor mereka. Ternyata di panggung itu ketika memainkan, memerankan tuhan
mati, siaktor betul-betul mati, tapi tidak boleh dibocorkan, disiarkan. Ini
sudah lewat masanya. Orang-orang Indonesia lupa kejadian-kejadian itu.
Ayatnya jelas, innasy syaithoona lakum
‘aduwwun, komunisme itu musuh. Fattakhidzu, selalu perlakukan sebagai musuh.
Bukan hanya komunisme, zionisme juga musuh. Jangan buka hubungan diplomatik,
jangan buka hubungan dagang. Rakyatnya sedikit, rakyat kita besar. Dia yang
untung jualan di sini, kita rugi. Syetan yang buat kita jadi lupa. Syetan yang
mana, baik syetan yang halus ataupun syetan yang kelihatan. Syetan yang
kelihatan lewat apa? Lewat buku-buku, tulisan-tulisan.
Ø
Membuat
angan-angan, Tamanni
Orang lama dan terus semakin asyik dalam maksiat. Berkuasa
makin lama makin asyik. Kalau sudah 3 atau 4 turunan sudah cukuplah berhenti.
Tidak ada orang yang mau berhenti di situ, sampai tersungkur hidungnya duluan.
Karena tamanni, berangan-angan terus. Yang belum punya berangan-angan ingin
punya. Melihat qorun pingin seperti qorun, yang sudah jadi qorun pingin tidak
habis-habis.
Ø
Tazyiin, Mengelabui.
Hal-hal
buruk dihias menjadi bagus. Kita kalau melihat dahsyatnya kejahatan penjahat
itu macam-macam. Kalau penjahat kelas teri kelihatan yang dicuri. Sayangnya
memang, mencuri motor sampai dibuat orang guling (sama dengan kambing atau
anjing guling), orang dipanggang. Tapi milyaran, trilyunan dirampok dari
rakyat, susah mengenalinya, disebuat penjahat berkerah putih. Tazyiin, dihias.
Kalau mereka bicara indah rupawan, redaksinya bagus, pengelabuannya hebat.
Rupanya ada sekolah untuk mengelabui, untuk berbohong, membuat orang jadi
pandai berbohong. Kalau kita lihat betapa banyak orang-orang sekarang ini, yang
lalu atau sekarang, sama saja hakikatnya. Dusta ya dusta, caranya mungkin
berbeda-beda. Mereka telah berbuat ini itu, padahal kosong dari perbuatan.
Mereka telah menunaikan amanah, padahal amanah rakyat sudah mereka khianati.
Bahkan sebaliknya bisa melemparkan kesalahan mereka kepada orang lain. Yang
benar, yan ikhlas, yang lurus itu jadi salah. Yang diingatkan tidak mau mengaku
bahkan menimpakan kesalahan kepada yang mengingatkan
Ø
Wa’ad, membuat janji
Janji syetan tidak pernah ditepati. Janji syetan kepada nabi
Adam tidak ada isinya, tapi keturunannya (manusia) masih saja percaya.
Ø
Kaid, tipu daya.
Sebetulnya tipu daya syetan ini Allah katakan, inna kaidasy
syaithona kaanadhoifa, lemah. Kalau kita masih kalah berarti kita lebih lemah
lagi.
Ø
Buaian, uluran.
Tobatnya nanti-nanti saja, infaqnya nanti saja. Makanya kita
lihat segala yang sisa untuk Allah, yang prima untuk kita. Lihatlah uang yang
bagus-bagus, licin-licin, dimana tempatnya. Yang bagus dan licin itu adanya di
bank, di counter swalayan. Yang sisa, yang sering ada di kantong kita, kita
taruh di masjid. Untuk Allah selalu kita beri sisa. Umur kalau sudah menjelang
mati baru taubat, sholat dzuhur kalau sudah menjelang ashar. Harta
diprioritaskan untuk makan, listrik, dan sebagainya, sisanya baru untuk Allah.
Umum saja itu. Itu tipu daya syetan, uluran syetan.
Ø
‘Adaawah, permusuhan
Syetan memusuhi kita da membuat permusuhan diantara kita.
Yang harus kita pahami diantara bahaya yang paling dahsyat dari syetan adalah
fayata’allamani minhuma mayufarrikubihi baina mar I wazaujih, ilmu syetan
diantaranya sihir. Kalau sihir masa lalu itu mangsanya cuma beberapa orang.
Sihir modern ini yang bahaya. Yang membuat seseorang itu berpisah dari
istrinya. Membuat umat menjadi terpecah belah. Membuat umat yang tidak tahu
apa-apa akhirnya ikut membela kebatilan. Dibiayai, yang mengambil biaya malah
komandan lapangan. Rakyat tidak tahu apa-apa, main hantam, main bakar milik
orang lain. Ini permusuhan yang dihasilkan. Nasihat-nasihat yang tidak ada
gunanya, yang memberi nasihat malah yang dihajar, diserang dengan menggunakan
kekuatan. Ini syetan manusia, syetan iblis dan syetan jin. Kalau syetan bentuk
manusia ini dengan surat-surat, dengan hasutan-hasutan, dengan pembalikan
fakta-fakta. Mereka begitu hebatnya dalam menghancurkan. Karenanya umat Islam
harus waspada, kader-kader dakwah harus waspada, jangan sampai mereka itu
membiarkan kekuatan umat terkuras oleh kejahatan syetan. Itulah kehendak
mereka. Dalam minuman, Allah nyatakan mereka ingin 3 hal dalam minuman keras.
Agar kamu meninggalkan sholat, saling benci dan bermusuhan diantara kamu. Semua
digarap sedemikian rupa, membuat keinginan besar bagi umat.
d.
Dhohiyatul tadhlil, mangsa-mangsa penyesatan.
Dalam hal ini saya tidak menyebut korban. Misalnya, ada 4 orang naik
mobil mabuk, tabrakan. Diberitakan 3 orang korban mati dan 1 orang luka-luka,
atau semua mati. Bukan korban, mangsa cukup. Kenapa? Kalau korban itu kan dari
Qurban. Asal katanya Qorib, mendekatkan diri kepada Allah. Kalau dia haji,
jatuh, atau berjihad atau ketika ingin menjenguk saudaranya lalu tertabrak, itu
korban. Namun kalau mabuk-mabukan, melacur kemudian mati, sebutlah dengan
mangsa, cukup. Karena tidak ada niat pendekatan diri. Itu penyesatan syetan
dalam istilah bahasa Indonesia.
Kita lihat perpecahan, pemalsuan,
permusuhan adalah wujud yang nampak, mangsa-mangsanya bergelimpangan. Dalam
surat Al Baqoroh : 85, Allah nyatakan :
“Kemudian
kamu diri bunuh diri kamu sendiri (maksudnya membunuhi sesama saudara), kamu
usir, kamu keluarkan segolongan diantara kamu dari rumah-rumah, dari
kampung-kampung mereka. Kamu kerjasama menghancurkan saudara kamu. Kamu bekerjasama
membunuhi, mengusir saudara kamu. Kerjasama dengan orang lain, dengan penyembah
berhala, dengan orang yang anti tuhan, dengan umat di luar kamu. Seperti
terjadi juga dimasa kita bekerjasama dengan orang-orang yang memusuhi umat
Islam untuk menghancurkan umat Islam. Kamu saling menolong dalam mendzolimi
saudara kamu itu, dengan dosa, dengan sifat permusuhan. Kalau datang kepada
kamu tawanan-tawaan kamu tebus mereka. Padahal haram bagi kamu mengusir mereka
dari kampung halaman mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian kitab dan kamu
kufur atau ingkar kepada sebagian lainnya. Maka tidak lain balasan bagi yang
berbuat demikian diantara kamu selain kehinaan di dunia. Dan dihari kiamat
mereka akan dikembalikan kepada azab yang sangat pedih. Dan Allah tiada lalai
terhadap yang kamu lakukan.”
Ini nampak beberapa
efek buruk langkah-langkah penyesatan. Langkah-langkah itu ada dua, penyesatan dan penakutan. Yang bodoh
disesatkan, yang ‘alim ditakut-takuti, diintimidasi. Yang terhasilkan dari sini
ada permusuhan, ada pemutarbalikkan fakta, ada mengambil sebagian, seperti yang
kamu lakukan, hanya menerima tebusan atau menebus tawanan perang. Itu saja
ajaran taurat yang kamu lakukan. Sedangkan hal-hal yang lain lagi,
larangan-larangan mengusir orang dari kampungnya, larangan memerangi mereka,
kamu tidak lakukan. Secara keseluruhan Allah menyatakan afatu minuuna
biba’dilkitab, watakfuruuna biba’di, iman separuh kufur separuh adalah bagian
dari langkah-langkah syetan, dari penyesatan syetan, dan ini akan sangat berbahaya.
Di dunia menimbulkan kehinaan, di akhirat akan menimbulkan azab.
Kalau suatu bangsa
melakukan ini, suatu umat melakukan ini, maka tidak terkecuali hukum akan
menimpa mereka. Mereka akan selalu mendapat kehinaan di dunia, karena mengimani
separuh kitab sama dengan mengkufuri seluruh kitab. Mengkafiri separuh kitab
sama dengan mengkafiri seluruh kitab.
Kemudian
keraguan-keraguan sebagai dampak tidak jelas dan tidak kukuhnya pendirian.
Allah nyatakan hal semacam ini dalam surat An Nisaa : 137 :
“ Sesungguhnya orang yang beriman kemudian kafir kemudian beriman lagi
kemudian kafir lagi kemudian bertambah kekufuran mereka maka Allah tidak akan
mungkin mengampuni mereka dan tidak akan lagi menunjuki kepada mereka jalan”.
Berganti iman dan
kufur adalah suatu fenomena, bagian dari rekayasa syetan, tipu daya syetan.
Kalau orang itu tahu betapa manis dan lezatnya iman, tidak mungkin dia berganti
dengan yang lain. Tetapi sifat nifaq ini terjadi karena orang tidak menyerahkan
hatinya kepada Allah sepenuhnya. Ada kepentingan-kepentingan lain ketika mereka
kufur, ada kepentingan lain ketika mereka beriman. Kita lihat banyak contoh di
masyarakat. Ketika umat Islam lagi mulai kuat, lagi baik posisi mereka, banyak
orang bicara Islam. Ketika umat Islam sedang dimusuhi, banyak orang melepaskan
diri dari tanggung jawab Islam, bahkan ciri keislaman pun mereka tidak mau.
Ketika kondisi reformasi sudah terbuka, semua yang tiarap dan menjilat
mengibarkan bendera. Sementara masa lalu, ketika orang membangun kader,
menabung untuk masa depan umat ini mereka hanya menjilat, bermain, bahkan
bekerja sama dengan orang kafir dalam rangka menghancurkan saudaranya. Pada
saat reformasi terjadi, rasa malu hilang, wajah sudah tidak punya lagi rasa,
muka sudah jadi muka tembok, hatinya keras membatu seakan mereka pahlawan,
padahal mereka sesungguhnya bersama musuh-musuh umat.
Kemudian sasaran
lain, hasil yang ditimbulkan juga dari penyesatan syetan ini adalah sifat umum,
munafiqiin. Dalam surat An Nisaa :
142 – 143, Allah menyatakan :
“ Sesungguhnya
orang-orang munafiqin menipu Allah padahal Allah membalas tipuan mereka dan
kuasa untuk membalas tipuan itu. Dan apabila mereka bangkit menuju sholat
merekapun bangun dengan malas. Mereka pamer, roya dihadapan manusia. Mereka
tidak pernah mengingat Allah kecuali sedikit. Mereka berbolak-balik sikap,
tidak kepada yang ini dan tidak kepada yang itu. Barang siapa yang disesatkan
Allah maka engkau tidak akan temukan jalan baginya”.
Munafiqin sepanjang
masa senantiasa tidak pernah punya komitmen. Orang beriman sesama mereka,
ba’duhum aliauba’d, satu sama lain disebut aulia, loyal. Orang kafir juga
demikian. Orang munafiq tidak ada kata aulia. Ketika nampak perang badar
cemerlang kemenangan muslimin mereka seperti menampakkan kesetiaan, kebanggaan.
Begitu banyak timbul musibah diperang uhud, banyak darah tertumpah dan
tokoh-tokoh sahabat syahid di sana, mereka mulai melirik kekuatan lain,
syayathiinihim, syetan-syetan mereka. Yaitu kaum Yhudi. Yang selalu mencari
celah dan senantiasa dalam kondisi itu, itulah kaum munafiqin.
Orang tidak munafiq
kalau mereka dalam keadaan berkuasa karena bisa menampilkan asliinya. Ketika
kita lihat demikian memang merekalah pencari celah, kesempatan di antara dua
kekuatan. Disinilah kita lihat, dahsyatnya pengaruh syetan menggoda.
Kepentingan yang bermain disana. Kesetiaan tidak ada lagi makna. Mereka
berbolak-balik, tidak utuh ke kelompok ini dan tidak utuh ke kelompok sana. Dan
sifat ini selalu menimbulkan kebencian disemua pihak.
Itulah bentuk
penyesatan-penyesatan lain yang timbul dari anggapan-anggapan, fikiran-fikiran
yang salah bahwa hidup ini adalah mencari keuntungan, beragama adalah
menunggangi keawwaman masyarakat. Sehingga dengan demikian mereka bisa melayani
semua tuan, semua majikan, dengan kepribadian yang tidak jelas, rapuh, bahkan
tidak punya kepribadian sama sekali. Demikian pula sifat memisah-misahkan
perintah Allah. Ada ambil sebagian dari Qur’an, menolak sunnah. Ada
memecah-belah, memisah-misah dan memilah-milah, menyatakan kita ambil yang ini
saja, kita tolak yang ini. Padahal Islam adalah kesatuan yang utuh yang tidak
bisa diambil separuh-separuh.
“ Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
Allah dan rosul-rosul-Nya dan mereka ingin memisahkan antara Allah dan
Rosul-Nya, memisahkan ajaran ini Qur’an ini hadits saja. Mereka memecah ajaran
Islam menjadi bagian-bagian dimana mereka pilih yang mereka sukai. Mereka
mengatakan, kami iman kepada sebagian, kami ingkar kepada sebagian yang lain.
Mereka ingin mencari jalan diantara itu. Itulah orang-orang yang benar-benar
kafir dan Kami siapkan untuk orang-orang yang kafir itu azab yang menghinakan”.
Demikianlah mereka
tersesatkan oleh syetan, oleh bermacam langkah penyesatan, oleh janji-janji dan
penghiasan, oleh buaian, rayuan yang banyak. Bahkan dalam masalah yang
nampaknya sangat duniawi, kita lihat ada ilmu-ilmu syetan, diantaranya
menghias. Kita tahu bahwa iklan itu bahasa arab. Asal kata iklan itu dari I’lan
maknanya memberi penjelasan. Hal-hal yang tersembunyi, produk kita yang tidak
dikenal kita angkat supaya masyarakat tahu kita punya produk dan barangkali
mereka berminat. Sedangkan norma beriklan itu Rosul mengatakan, jangan
puji-puji dagangan kita, naharosuulullah’amilmadah filbai, Rosul melarang
memuji-muji sampai orang terpesona sampai tidak tahu mana palsu mana asli, mana
berkwalitas, mana tidak berkwalitas. Iklan yang fungsi awalnya pengumuman,
penjelasan kepada masyarakat menjadi propaganda yang menyesatkan. Dalam hal
yang nampak tidak berkaitan langsung dengan masalah agama, nampak sekali tazyin
ini membuat masyarakat awwam membeli hal yang mereka tidak perlukan sehingga
pada suatu saatnya mereka harus menjual apa yang mereka perlukan.
Nah, tazyin yang
kita lihat, ada orang di pedalaman Irian hanya untuk membeli sebotol shampoo
harus menjual ayam mereka. Tidak seimbang harganya. Anak-anak membeli
makanan-makanan yang sama sekali tidak berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan
mereka. Bahkan banyak iklan-iklan
makanan yang sangat berbahaya buat fisik tapi dikemas seakan bermanfaat. Iklan
obat-obat yang katanya bisa menyembuhkan bermacam-macam penyakit tetapi itu
melumpuhkan dan berbahaya. Kalau itu terjadi pada masalah-masalah teknis atau
keperluan duniawi, begitu pula yang terjadi pada masalah ukhrowi, masalah
keimanan, pemalsuan-pemalsuan. Mereka menyebarkan kata kasih, kata cinta, kata
damai, tetapi pada saat yang bersamaan mereka membantai, membakar,
menghancurkan, mendzolimi hamba-hamba Allah yang sama sekali tidak merugikan
mereka.
Demikianlah
penggambaran yang kita dapatkan dari khuthuwat syaithon, langkah penyesatan dan segala turunannya.
Kemudian bentuk lain dari langkah-langkah syetan, yaitu
Takhwif, menakutkan.
Orang-orang berilmu menjadi takut,
menghitung resiko, menghitung konsekwensi dan kerugian duniawi. Mereka tidak
lagi berani membela kalimat Allah. Dari penakutan ini muncul :
-
‘Adamusy
syajaa’ah
Langkah takhwif, provokasi,
memberikan bayang-bayang buruk, dalam opini masyarakat terbentuk cara mereka
menakutkan. Banyak cara mereka, kalau mereka punya pasukan 800 orang, mereka
bilang 800.000 orang. Ini menakut-nakuti sehingga lawannya kehilangan
keberanian. Demikianlah gambaran ilmu syetan yang diturunkan kepada walinya.
Kalau ada waliyullah tentu saja orang yang beriman, berjalan bersama kaum
beriman, mengamalkan Qur’an dan sunnah. Sementara ada orang yang diwalikan
barangkali di wali syetan, karena selalu bersebrangan dengan kaum beriman.
Kalau keberanian lenyap maka takhwif berikutnya melahirkan ;
-
Kitmaanul haq, menyembunyikan kebenaran
Karena takut
dia tertutup, bahkan mencampurbaurkan haq dan bathil, membalik-balik. Haq jadi
bathil, bathil jadi haq, bisa jadi lahir dari rasa takut, dan efektifnya
propaganda yang menakutkan. Karenanya umat beriman, kalau betul mereka itu
bersama Allah pasti mereka itu bisa, khodiuhum, membalik/membalas tipu daya
lawan. Kalau mereka jauh dari Allah mereka akan terus tertipu dan Allah pasti
selalu tidak pernah bisa ditipu. Lalu mangsa-mangsa yang berjatuhan dari
aktifitas takhwif, apa yang kita lihat.
-
Dhohiyatut takhwif, mangsa penakutan.
Mangsa provokasi,
mangsa yang jatuh karena bermacam-macam informasi yang dimasukkan. Rekayasa ini
diarahkan kepada mereka yang berilmu. Kalau mereka tidak bisa disesatkan, maka
mereka harus dibuat takut. Kalau orang awwam bisa disesatkan karena tidak punya
ilmu, kelompok ulama atau orang yang berilmu disimpangkan dengan cara-cara
takhwif. Ancaman, nanti anakmu jadi yatim, istrimu diambil orang kalau kamu
berbuat yang sejalan dengan perintah Allah. Nanti kamu tidak diterima di
masyarakat, nanti kamu tidak diundang lagi. Kalau orang sudah berniat dalam
dakwahnya untuk mencari dunia, maka ia akan selalu berbuat seperti pengusaha.
Bagaimana mencitrakan dirinya selalu memuaskan. Kalau mubaligh dan da’I selalu
ingin dipuji, disanjung maka ia mencari sebanyak-banyaknya kata-kata yang
menyenangkan, kata-kata yang membuat tertawa, menghibur. Kata-kata yang
seringkali bisa dusta tapi yang penting orang senang dibohongi. Nah,
mangsa-mangsa ini kalau mereka jadi penakut nantinya, membuat
perubahan-perubahan. Seperti disurat Al Baqoroh : 159. Ada kitman,
menyembunyikan haq, menyembunyikan amanah yang Allah suruh untuk disampaikan.
“
Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan keterangan-keterangan dan petunjuk yang kami telah turunkan
sesudah Kami jelaskan itu semua kepada manusia di dalam alkitab, maka mereka
pasti akan dilaknat Allah dan akan dilaknat oleh semua yang melaknat. Para
malaikat, bahkan oleh manusia-manusia yang mereka sesatkan selama ini lantaran
tidak mereka sampaikan amanah Allah. Ketika rakyat yang tersesatkan oleh
tipuan-tipuan pemimpin itu semua akan bersepakat untuk melaknati mereka,
sehingga mereka menjadi jauh dari rahmat Allah.”
Dalam surat Al Baqoroh : 174-175, dinyatakan :
“Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan, menutup-nutupi apa-apa yang Allah turunkan dari kitab itu dan
mereka perjualkan ayat Allah dengan harga yang murah, membiarkan ayat
dipermainkan dan menerima bayaran atas itu. Mereka kira banyak dunia yang
mereka dapatkan, Allah mengatakan alangkah murahnya dagangan mereka. Mereka
yang begitu, tak lain yang mereka makan di perut mereka hasil jual-beli fatwa,
hasil memalsukan sikap keulamaan, hasil mencarikan ayat dan fatwa untuk
melestarikan kebatilan dan kedzoliman. Uang dan dunia yang mereka makan tak
lain adalah neraka di perut mereka. Allah tidak akan bicara pada mereka di hari
kiamat, Allah tidak akan sucikan mereka
dan untuk mereka diberikan azab yang pedih.”
Itulah orang-orang yang menjualbelikan, mempertukarkan kesesatan dengan
petunjuk, siksaan dan ampunan. Alangkah sabarnya mereka tinggal di neraka.
Hadirin hadirat Rahimakulloh
1.
Bahaya mangsa-mangsa takhwif sudah
semakin bertambah. Kemudian tentu saja Allah yang maha pengasih, Allah yang
maha pengampun, membuka pintunya. Kalau ketakutan-ketakutan merupakan hal yang
memberatkan langkah manusia, kalau celah yang bernama ketakutan ini
dimanfaatkan orang lain, lalu ada orang yang takut dunianya hilang lantaran
ancaman-ancaman itu, mereka mungkin silaf lalu mereka ingin perbaiki diri
mereka, tentu saja pintu Allah selalu terbuka. Karena asalnya yang benar
mestilah kembali kepada yang benar. Mengapa? Yang lahir dalam keluarga yang
benar akan kembali ke keluarga yang benar. Sungguh ini menunjukkan bahwa pintu
Allah dengan kasih sayang selalu terbuka. Karenanya kelanjutan dari ancaman yang
Allah nyatakan terhadap orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan
dan petunjuk yang sudah sangat jelas. Mereka dilaknat oleh allah dan dilaknat
oleh semua makhluk yang bisa melaknat. Baru mereka bisa selamat kalau mereka
mau bertaubat.
Taubat dari
dosa-dosa besar bagi siapa saja muslim
atau mu’min dengan 3 kerangka syarat taubat:
1.
An nadam menyesali perbuatan yang telah dilakukannya, ada
kesedihan atau penyesalan yang sangat karena terlanjur berbuat dosa.
2.
Al ‘Ikla mencabut diri dari perbuatan maksiat, penyesalan
yang sejati dibuktikan dengan tidak akan mengulangi kembali selama-lamanya.
3.
……….. berazzam
(mempunyai tekad) untuk tidak mengulangi kembali ke dosa yang pernah dilakukan.
Setelah
memenuhi 3 syarat tersebut baru disebut taubatan
nasuha. Taubat yang dimaksud diatas jika berdosa kepada kepada Allah,
sedangkan jika berdosa kepada sesama manusia harus memenuhi 3 syarat taubat
ditambah harus dihalalkan (dimaafkan) oleh orang yang telah di-dzolimi-nya. Dan
untuk para pemimpin yang bersalah dengan telah membuat undang-undang atau
rekayasa-rakayasa yang menyesatkan rakyatnya maka taubat pemimpin tersebut
harus dilanjutkan dengan wa aslahu (perbaiki diri), dengan membuat program
yang lebih baik dari yang telah dicapai atau melakukan perbuatan yang jauh
lebih terpuji agar kesalahan yang telah dilakukan dapat tertutup oleh
perbuatannya yang indah itu serta pemimpin itu pula harus bayannu (menjelaskan) kesalahan-kesalahannya. Dengan taubatan
nasuha, meng-ishlah (meroformasi)
diri dan bayannu (menjelaskan)
kesalahan-kesalahannya, Insya Allah pemimpin yang salah tersebut akan mendapati
janji Allah yakni memberikan rahmat dan ampunan-Nya.
Semoga Allah
SWT menyelamatkan kita dari tipu daya syaithon yang datang dari depan,
belakang, kanan dan kiri, seperti yang telah syaithon katakan bahwa akan
hiaskan yang buruk jadi baik, akan jadikan manusia lalai, akan membuat
terpesona akan kejahatannya, akan membuat manusia jauh dari iman.
Pertanyaan:
Dalam Al-qur’an salah satu ayat menjelaskan bahwa
manusia diarahkan kearah fujur atau taqwa.Apa maksud ayat tersebut?
Jawaban :
Sebenarnya fujur
raha wa taqwaha adalah sifat dasar, ini menunjukan kesiapan manusia untuk
ibadah. Artinya kalau hanya kecendrungan jahat saja tidak mungkin manusia dapat
dihukum dan kalau kecendrungannya hanya baik saja tidak ada makna ibadah karena
ibadah itu hakekatnya memilih antara benar dan salah. Ketika kita memilih yang
tidak kita sukai demi mengagungkan Allah yang kita dicintai itulah nilai
ibadah. Adapun hubungannya dengan syaithon sifat-sifat itu merupakan suatu
energi atau potensi dalam manusia yang nantinya akan dikuatkan oleh syaithon.
Syaithon adalah faktor luar yang diibaratkan virus-virus yang beredar disekitar
kita. Adapun dan daya tahan kita adalah antara fujur dan taqwa. Jika
lebih besar fujurnya berarti daya tahan kita lemah akhirnya kita tersesatkan.
Apabila daya tahan kita kuat berarti taqwa
kita lebih kuat dan fujur-nya
terpendam. Apakah semua itu bekerja terbukti dengan baik terkait apakah kita
mempunyai imunitas. Yang dirawat adalah taqwaha
sedangkan fujuraha kita kikis.
Syaithon itu adalah sebagai pemicu dan pemacu tetapi tidak dominan karena
syaithon bukan faktor internal diri walaupun di sebutnya mengalir didalam
darah. Akan tetapi dalam pengambilan keputusan syaithon tidak dapat memaksa.
Ada hadist yang menjelaskan bahwa bila
bulan ramadhon datang pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup
dan syaithon dibelenggu, tetapi kejahatan dan kemaksiatan masih banyak terjadi
di bulan ramadhan. Seorang ‘alim menjawab bahwa pada dasarnya kejahatan dan
kemaksiatan itu kerjaan manusia hanya perangsangnya adalah syaithon. Jadi
hubungannya ada faktor eksternal kesalahan oleh godaan syaithon dan faktor
internal dari kelemhan diri fujurraha wa
taqwaha.
Pertanyaan :
Bagaimana
sikap kita sebagai umat kalau diketahui bahwa pemimpin kita melakukan kesalahan
bahkan melarang umat untuk melakukan kebaikan?
Jawaban :
Setiap manusia memiliki akal yang dapat memilih
yang haq dan yang bathil sedangkan peran akal itu adalah amanah tidak boleh
dinikmati sendiri, karenanya dengan akal kita yang lurus itu kita harus
meluruskan yang salah termasuk pemimpin yang salah harus dikoreksi. Di
masyarakat Islam tidak hanya ada 3 wilayah yaitu eksekutif (pelaksana
undang-undang), legeslatif (perumus undang-andang) dan yudikatif (penghukum
terhadap pelanggar undang-undang) tetapi
ditambah dengan wilayatus hisbah yaitu
otoritas yang terkait dengan sosial kontrol (amar ma’ruf nahi mungkar),
walaupun tidak ada resmi dari khilafah tetapi dapat mengingatkan pemimpin,
lewat surat atau langsung menegur dengan lisan bahkan sampai dengan
mengundangnya ke majelis dzikir untuk diingatkan kesalahannya. Rasulullah
mengibaratkan suatu masyarakat seperti kapal yang berlantai dua, ada yang
diatas dek ada yang didalam lambung kapal. Jika awak kapal yang lantai bawah
ingin mengambil air maka ia harus keluar dan ambil air dilaut. Dengan dalih
agar memudahkan dan tidak merepotkan awak kapal yang dilantai atas maka untuk
mengambil air lansung melubangi lambung kapal. Kalau gagasan ini dikerjakan,
sedangkan awak kapal dilantai atas hanya melihat dan mendiamkannya maka
semuanya akan tenggelam maka suatu kewajiban untuk mengingatkannya, begitupun
dengan rakyat terhadap pemimpinnya yang dzolim.
Post a Comment