Da’wah dan Qodhoya AsasiyahJalan da’wah adalah jalan yang satu, jalan yang telah
dilalui oleh para Nabi dan Rosul Allah. Setiap du’at wajib memahami berbagai
Qodhoya Asasiyah (isu-isu mendasar) di seputar jalan da’wah, untuk menjaga
keselamatannya di sepanjang perjalanan, dan agar ia sampai di tujuan juga
dengan selamat, imma memperoleh kemenangan wa imma memperoleh syahid. Isu-Isu Mendasar di Jalan Da’wah
Ar-Ru’yatu Al Wadihah (
Pandangan Yang Jelas )
Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan )
Jam’u Kalimatil-Muslimin (
Kesatuan Pandangan Kaum Muslimin )
Al-‘Amalu Fi Majalid-Da’wah
( Bekerja Dalam Lapangan Da’wah )
At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal ( Pewarisan dan Regenerasi )
Isu Pertama : Ar-Ru’yatu Al Wadihah ( Pandangan Yang
Jelas )
Pentingnya bagi setiap
aktivis da’wah memahami Ahdaf (sasaran) Da’wah dan Karakteristik jalan
yang akan dilaluinya.
Salah satu Hadafud-Da’wah
yang penting adalah Tegaknya Khilafah Islamiyah ‘Alamiyah
Tugas kekhalifahan
(mandataris) Allah bagi manusia di muka bumi (QS 2:30)
Hadits tentang
periodesasi kekhalifahan (periode ; Nubuwwah, Khilafah ‘ala
Minhajin-Nubuwwah, Mulkan A’dhan, Mulkan Jabbariyan, dan kembali
berulangnya periode Khilafah ‘ala Minhajin-Nubuwwah)
Kaidah Ushul : Kullu ma
la yatimmul wajib illaa bihi fahuwa wajib
Sesuai dengan kesenjangan
antara realitas kehidupan di satu sisi dengan sasaran da’wah yang ingin
dicapai di sisi lain, maka di antara Karakteristik Jalan Da’wah yang
penting dipahami oleh setiap du’at adalah :
Volume problematika yang
dihadapi sedemikian banyak & luas, dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengatasinya sedemikian panjang, sementara kapasitas dan umur kita
terbatas (konsekuensinya pada persiapan yang matang, tekad yang kuat,
kesabaran yang tinggi, keikhlashan yang penuh, kesiapan untuk
menyambungkan tongkat estafet da’wah dari generasi ke generasi dsb.)
Banyak orang yang tidak
senang dengan aktivitas da’wah ini karena hawa nafsu dan tipu daya
syaithan. Sunnatullah berupa mihnah, ibtila’ dan fitnah yang dihadapi
para Nabi & Rosul Allah merupakan “satu paket” dalam perjalanan
da’wah ini (konsekuensinya pada kewaspadaan yang tinggi, kesabaran yang
kokoh, dll.)
Bahayanya kesalahan dalam
memahammi Ahdafud Da’wah dan Karakteristik Jalan yang harus dilalui
adalah :
Aspek Fikriyah : Terjebak
pada pola pemikiran Takfir
Aspek Syakhshiyah :
Cenderung bersifat Politis dan Mengabaikan Tarbiyah
Pentingnya memahami dan
berinteraksi secara intensif, menyeluruh dan seimbang dengan 10 rukun
bai’at : al-Fahmu, al-Ikhlash, al-‘Amal, al-Jihad, at-Tadhhiyah,
ath-Tho’ah, ats-Tsabat, at-Tajarrud, al-Ukhuwwah, dan ats-Tsiqoh
Isu Kedua : Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
Istimroriyah dalam da’wah
adalah salah satu tuntutan yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi dari
karakteristik jalan da’wah yang panjang
Problematika Istimroriyah
dalam da’wah bisa bersifat internal maupun eksternal
Perbekalan yang penting
disiapkan oleh setiap du’at dalam memelihara istimroriyah ini antara lain
adalah :
Tarbiyah Pribadi
(Syakhshiyah) yang seimbang antara aspek Ruh, ‘Aqal dan Jasmani
Membangun dan memelihara
Ukhuwwah (Ta’aruf, Tafahum, Ta’awwun, Takaful)
Merapatkan shaf para
du’at dengan ‘amal jama’I
Isu Ketiga : An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan
Kekuatan )
Istimroriyah (yang statis)
saja belum cukup di dalam harakah yang dinamis. Ahdafud-Da’wah yang luas
menuntut adanya pertumbuhan dan kekuatan dalam kesinambungan.
Pertumbuhan da’wah adalah
bersifat horizontal (manuver dan penambahan kuantitas afrad du’at dan
wilayah yang menyeluruh / ‘alamiyah) dan vertikal (peningkatan mustawa
afrad du’at dari sisi kualitas individu, keluarga dan komunal).
Yang penting dipahami
dalam aspek pertumbuhan ini adalah bahwa prosesnya bersifat tadarruj
(bertahap) tidak seketika / tergesa-gesa, dan bahwa komposisi mujtama’
muslim yang ideal tidaklah mengharuskan seluruhnya berkualitas teladan
dan utuh. Cukuplah sejumlah individu dan keluarga muslim yang ideal
ditambah masyarakat yang responsif partisipatif terhadap da’wah Islam.
Aspek kekuatan merupakan
tuntutan yang mengiringi aspek pertumbuhan, yang meliputi kekuatan
‘Aqidah, Wihdah (persatuan), dan Silah (sarana ; Ilmu, Fisik, Dana,
Senjata, Publikasi, dsb.)
Hal-hal yang penting
diperhatikan dalam memperkokoh kekuatan adalah :
Memelihara Orisinalitas
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan agar kesinambungan,
pertumbuhan dan kekuatan tidak menjadi kehilangan arah dan keluar dari
rute perjalanan yang sebenarnya
Problema Internal
(‘aqidah, fikriyah, akhlaqiyah, ukhuwwah, iqtishodiyah, dll) dan
eksternal (ghozwul fikri, ghozwul askari, fitnah, dll) menuntut setiap
du’at senantiasa terikat pada asholahnya (akar konsep rujukannya,
manifestasi dari syahadatainnya, yakni Kitabullah dan Sunnah beserta Siroh
Rosulullah saw).
Di antara bahaya
mengabaikan pemeliharaan asholah ini adalah lahirnya bentuk-bentuk
pemahaman dan aktivitas yang bersifat juz’iyah (parsial), mengutamakan
satu hal dan mengabaikan hal-hal penting lainnya.
Isu Kelima : At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan
dan Pengembangan )
Upaya pencapaian Ahdafud Da’wah yang luas
menuntut adanya takhthith (perencanaan) yang teliti dan seksama, tidak
asal-asalan, spontanitas dan reaksioner.
Pentingnya dipahami bahwa
perencanaan tidaklah bertentangan dengan keyakinan akan taqdir Allah,
karena perencanaan juga disyari’atkan oleh Allah (QS 59:18). Tawakkal
adalah mempergunakan seluruh sebab dan kemudian menyerahkan keputusannya
pada Allah.
Perencanaan yang baik
memperhatikan, menginventarisir, menghimpun berbagai potensi, faslitas,
keahlian individu, dan mengarahkan, mendayagunakan dan memanfaatkannya
secara optimal untuk mendukung pencapaian sasaran-sasaran da’wah.
Perencanaan yang baik
memperhatikan berbagai faktor perubahan sesuai dengan perkembangan zaman
dan berbagai sunnah kauniyah lainnya sehingga akan membuat khiththah
da’wah berjalan secara waqi’I (realistis) dan praktis, tidak bersifat
nazhari (teoritis) yang khayali / jauh dari kenyataan.
Aspek pengembangan dan
pembaharuan sangat penting dan berpengaruh dalam proses da’wah Islam. Setiap
du’at dapat memanfaatkan setiap penemuan-penemuan baru di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mendukung sarana da’wahnya. Bersikap
statis dan menolak perkembangan iptek merupakan kekeliruan yang mesti
segera diluruskan karena akan merugikan da’wah sendiri.
Isu Keenam : Jam’u Kalimatil-Muslimin ( Kesatuan
Pandangan Kaum Muslimin )
Kesatuan adalah qodhiyah
paling penting dalam ‘amal jama’i. Tanpa persatuan dan kesatuan boleh
dikatakan hampir mustahil dapat mewujudkan sasaran-sasarannya.
Diantara Kaidah Utama di
dalam memelihara persatuan di antara kaum muslimin dan mengoptimalkan
kerja berbagai gerakan da’wah Islam adalah ungkapan :
“Mari kita
bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati, dan Tasamuh (tolerans) dalam
hal-hal yang tidak / belum disepakati”. Isu Ketujuh : Al-‘Amal Fi Majalid-Da’wah ( Bekerja Dalam Lapangan Da’wah
)
Yang dimaksud dengan ‘amal
fi majalid da’wah mencakup aktivitas penanaman iman yang teguh,
pembentukan yang cermat dan kerja yang berkesinambungan
Setiap du’at hendaknya
lebih mementingkan segi ‘amaliyah daripada di’ayah (kampanye) dan
propaganda, dan hendaknya setiap du’at siap untuk menjadi orang yang
teruji dengan ‘amal.
Perbedaan bentuk
kontribusi ‘amaliyah dalam da’wah hendaknya dipahami dalam konteks ‘amal
jama’i. Keseimbangan dalam beramal juga mutlak diperlukan.
Yang penting diperhatikan
adalah landasan yang memotivasi dalam ber’amal yakni ‘ibadah (kepada
Allah) dan dalam rangka memberikan kemanfaatan (langsung maupun tak
langsung) bagi kemashlahatan umum (manusia, alam semesta dan segenap
isinya).
Isu Kedelapan : At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal (
Pewarisan dan Regenerasi )
Pewarisan dan Regenerasi merupakan salah satu
konsekuensi dari luasnya sasaran da’wah yang akan dicapai, yang mana
pencapaiannya tidak cukup hanya melalui upaya satu generasi (boleh jadi
dibutuhkan beberapa generasi yang secara berkesinambungan berupaya
melaksanakan ‘amaliyah-‘amaliyah da’wah untuk tercapainya sasaran
tersebut).
Yang penting dipahami
adalah bahwa pewarisan tidak akan berjalan mulus hanya dengan buku dan
risalah-risalah.
Dibutuhkan mu’ayasah yang
intensif antar generasi, sebab dengan keteladanan yang langsung akan
melahirkan kesatuan hati, persenyawaan dan kecintaan yang tulus, sebagai
landasan yang utama dalam proses regenerasi
Post a Comment