Air Zat yang Tidak Biasa
Air Zat yang Tidak Biasa
Secara biasa atau sepintas lalu, pernyataan judul di atas tidak biasa.
Semua orang akan berkata bahwa air itu adalah zat yang amat biasa. Marilah kita
simak! Seperti pernah dijelaskan dalam seri 009, ilmu pengetahuan harus dibina
atas landasan Tawhid. Dengan demikian sumber ilmu pengetahuan itu adalah wahyu,
alam dan sejarah. Wahyu berwujud Ayat Qawliyah, alam dan sejarah disebut Ayat
Kawniyah. Namun khusus untuk pembahasan mengenai air ini tentu saja sumber
informasi yang dipakai adalah wahyu dan alam, karena ruang lingkupnya adalah
ilmu eksakta.
Kita
mulai dahulu dari sumber informasi wahyu. Berfirman Allah dalam S. Al Anbiyaa'
ayat 30: Wa ja'alnaa minalmaai kulla syay.in hayyin, afalaa yu'minuwn., artinya:
Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air, apakah mereka tidak
beriman? Kebenaran wahyu harus diterima dengan iman. Namun untuk memahami wahyu
dengan baik, harus memakai akal. Langkah pertama dalam mempergunakan akal adalah
memikirkan makna ayat di atas itu. Kalau air itu diciptakan Allah sebagai sumber
kehidupan, maka air itu adalah zat yang tidak biasa, artinya sangat istimewa.
Lalu bagaimana istimewanya? Untuk menjawabnya haruslah mempergunakan akal untuk
langkah berikutnya. Yaitu dalam hal ini kita pergunakan sumber informasi yang
kedua, yakni alam. Dan dalam hal ini masuklah kita ke daerah ilmu / sains.
Demikianlah metode pendekatan yang dipakai dalam cakrawala: Wahyu dan Akal -
Iman dan Ilmu.
Tubuh manusia dalam bentuk bayi di dalam rahim berenang selama 9 bulan
dalam air. Kemudian setelah lahir tubuh manusia terdiri atas sel-sel yang hidup.
Setiap sel di dalamnya berisi air dengan larutan bermacam-macam zat. Darah kita
lebih dari 90 % terdiri dari air. Ginjal terdiri atas sekitar 82 % air. Otot
mengandung sekitar 75 % air. Lever 69 % air. Bahkan tulang yang kelihatannya
kering terdiri atas 22 % air. Secara keseluruhan tubuh kita terdiri atas 71 %
air di takar dalam berat. Dan air ini menguap, mengalir dari permukaan tubuh,
dikeluarkan waktu menghembuskan nafas, dan secara sinambung harus diganti agar
tetap 71 % untuk dapat mempertahankan hidup dengan ruh di dalam diri manusia.
Tetapi yang disebutkan di atas itu hanya menyangkut dengan tubuh manusia.
Ayat di atas menyebutkan kullu syay.in, segala sesuatu. Maka perlu disimak lebih
lanjut. Rumus kimia air H2O, berat molekulnya 16. Kita bandingkan dengan 3
saudaranya yang lain: H2Te (Te lambang tellurium), berat molekulnya 129. H2Se
(Se lambang selenium) berat molekulnya 80. Dan H2S (S lambang sulfur/belerang)
berat molekulnya 34. Jadi air yang teringan di antara ketiga saudaranya itu.
Secara logika makin berat makin sukar mendidih. Dan ini benar untuk ketiga
saudara air tersebut dan juga untuk saudara-saudara air lainnya. H2Te mendidih
pada -4 derajat C, H2Se mendidih pada -42 derajat C, jadi lebih rendah karena
lebih ringan, berikut H2S mendidih pada -61 derajat C, lebih rendah lagi karena
lebih ringan dari H2Se. Jadi kalau air itu termasuk zat yang biasa, maka titik
didihnya akan lebih rendah dari -61 derajat C, karena air lebih ringan dari asam
belerang H2S. Tetapi kenyataannya air mendidih pada 100 derajat C.
Jadi
Allah menciptakan air secara tidak biasa untuk keprluan hidup makhluk. Dengan
titik didih air yang menyimpang itu maka air dalam keadaan udara luar, wujudnya
dapat berupa tiga Fase / tingkat: es, air dan uap. Apa peranannya dalam
kehidupan makhluk di permukaan bumi. Makhluk tidak dapat minum air, karena jika
air itu adalah zat biasa, maka air dalam bentuk cair hanya didapatkan di bawah
suhu -61 derajat C. Bukan itu saja, es timbul dalam air. Dan ini juga tidak
biasa, karena zat yang lain tenggelam dalam zat cairnya. Coba bayangkan jika
Allah SWT menciptakan air itu sebagai zat biasa, artinya es tenggelam dalam air.
Di musim dingin air sungai dan danau di tempat yang ada musim dinginnya, air
akan membeku dari bawah. Maka makhluk air akan mati semua. Inilah caranya Allah
menjaga makhluk air supaya dapat tetap hidup di musim dingin. Air membeku dari
atas, sampai cukup tebal, maka lapisan di bawah es tetap cair. Makhluk air
berenang-renang dan tetap hidup di bawah lapisan es.
Bukan itu saja, air adalah zat pelarut yang paling rakus. Ini juga tidak
biasa. Andaikata Allah menciptakan air dengan sifat biasa, tumbuh-tumbuhan,
binatang dan manusia tidak mungkin dapat menyerap makanan yang dibutuhkannya,
karena seperti kita ketahui makanan yang diserap oleh ketiga makhluk tersebut
adalah berupa zat-zat yang larut dalam air.
Bukan itu saja. Air adalah zat yang paling rakus menyerap panas. Sebagai
perbandingan bacalah data berkut: Panas penguapan air, 539,55, alkohol 204, asam
belerang 122,1, bensin 94,3, terpentin 68,6, semua dalam kal/gr. Sifat rakus
panas ini juga tidak biasa. Andai kata air diciptakan Allah dengan sifat biasa,
maka bayangkanlah hal berikut: uap air di udara tidak banyak menyerap panas
sinar matahari. Maka di siang hari seperti di gurun sahara yang kering udaranya,
telur dapat matang di pasir. Di waktu malam dingin menusuk ke tulang sumsum.
Keringat yang menguap di badan kita tidak cukup untuk melepaskan panas dari
tubuh kita.
Coba
bayangkan terus andaikata air membeku dari bawah, maka air akan berkurang. Juga
uap air di udara akan berkurang pula. Artinya kita disengat panas di siang hari
dan disengat dingin di malam hari, walaupun tidak berada di gurun pasir. Jadi
dengan kombinasi ketidak biasaan air: es timbul di air dan air rakus menyerap
panas, maka ketidak biasaan air ini mengontrol iklim seperti kedaan sekarang
ini, makhluk dapat bertahan hidup.
Bukan itu saja, air mempunyai tegangan permukaan yang paling besar di
antara zat yang kita kenal. Akibatnya adalah yang kita kenal sebagai gejala
kapilaritas, dan timbulnya tekanan osmotik yang tinggi. Dengan kapilaritas air
dapat naik setinggi pohon yang tertinggi di dunia ini. Dan dengan tekanan
osmotik yang tinggi, air dapat menembus lapisan akar tumbuh-tumbuhan dan
menembus pembuluh darah kita.
Demikianlah Allah menciptakan air sebagai zat yang tidak biasa. Air
khusus didisain oleh Allah SWT untuk kehidupan, seperti diinformasikan melalui
wahyu dalam S. Al Anbiyaa , ayat 30. WaLlahu a'lamu bishshawab
Post a Comment