BAGAIMANA KITA MENGENAL YESUS?
BAGAIMANA KITA MENGENAL YESUS?
Siapakah yang Akan Dapat Mengenali Yesus (as)?
Pada bab-bab terdahulu, bahwa Yesus (as) tidak wafat dan telah
diangkat ke haribaan Allah serta dia akan kembali lagi ke bumi telah diterangkan
secara gamblang dan jelas dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Setelah semua yang telah
disebutkan ini, pertanyaan selanjutnya yang akan muncul di dalam benak kita
adalah, "bagaimana kita akan mengenali Yesus (as) ketika dia kembali lagi ke
bumi dan sifat-sifat apa yang dimilikinya sehingga dia dapat dikenali?" Pada
tahap ini, sumber khusus yang dapat kita rujuki adalah Al-Qur'an dan Sunnah
Rasulullah.
Al-Qur'an, baik dalam ayat-ayat maupun dalam kisah-kisah
tertentu, memberikan beragam keterangan kepada kita yang berhubungan dengan
nabi-nabi terhdahulu. Banyak sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan para
pengikut kaum mukminin sejati yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Selain itu adalah
mungkin untuk menemukan semua sifat para kaum mukminin yang ada dalam ayat-ayat
Al-Qur'an. Dalam konteks ini, sifat-sifat mulia Yesus (as) yang berhubungan
dengan masalah keimanan juga digambarkan dalam Al-Qur'an. Demikian juga, merujuk
kepada Al-Qur'an, umat beriman yang tulus dapat memiliki sifat-sifat yang mulia
ini yang dapat diamati pada diri Yesus (as) dan berdasarkan hal tersebut mereka
dapat mengenalinya.
Pada poin ini, yang harus diingat oleh kita adalah bahwa
mengenali Yesus (as) bukan tidak mungkin dapat dilakukan oleh setiap orang.
Badiuzzaman Said Nursi menyatakan tentang hal ini:
Ketika Yesus datang, adalah tidak penting bahwa
setiap orang harus mengenalinya sebagai Yesus yang asli. Orang-orang pilihannya
dan mereka yang dekat dengannya akan mengenalinya melalui cahaya keimanan. Hal
tersebut tidak akan menjadi bukti dalam dirinya sendiri sehingga setiap orang
akan mengenalinya.1
Sebagaimana yang disepakati oleh Badiuzzaman, selama
tahun-tahun awal kedatangannya yang kedua, manusia yang mengetahui Yesus (as)
akan terbatas pada kelompok kecil yang dekat dengannya. Selain itu, ini hanya
akan mungkin dengan "cahaya keimanan". Tentulah istilah ini membutuhkan
keterangan yang lebih jauh: "cahaya keimanan" adalah pemahaman yang
dianugerahkan Allah kepada mereka yang meyakini eksistensi dan keesaan Allah
serta mereka yang mengamalkan perintah-perintahnya yang ada dalam Al-Qur'an.
Dengan pemahaman yang seperti itu, umat yang beriman dapat mengevaluasi situasi
secara terperinci dan menangkap peristiwa-peristiwa mendetail dengan mudah.
Sebagaimana yang diinformasikan Al-Qur'an kepada kita, umat yang beriman adalah
mereka yang merenungkan dengan hati-hati segala sesuatu yang ada di sekitar
mereka dan kemudian tidak pernah kehilangan sedikitpun aspek-aspeknya yang rinci
dan halus. Allah memberitahukan kepada manusia bahwa Dia akan memberikan
tindakan yang berbeda (untuk menentukan yang benar dan salah) kepada mereka yang
merefleksikan setiap sesuatu dalam bentuk suatu usaha yang keras untuk memahami
keagungan dan kekuasaan Allah serta kepada mereka yang mempunyai rasa takut
kepada-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan
segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar. (Surat al-Anfaal: 29)
|
Selanjutnya, mereka yang akan mengenali Yesus (as) selama
kedatangannya yang kedua dan mengikutinya, pasti adalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Al-Qur'an serta berfikir secara mendalam tentang segala
sesuatu. Badiuzzaman Said Nursi juga menggambarkan hal ini dengan mengatakan:
Sesungguhnya, walaupun Isa (as) datang, maka dia
sendirilah yang akan mengetahui bahwa dirinya adalah Isa (as), bukan orang
lain.2
Sifat-Sifat Apa yang Dimilikinya Sehingga Dia Bisa Dikenali?
Sebagaimana disebutkan di atas, merujuk kepada Al-Qur'an dalam
mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, yang seharusnya pertama-tama
kita lakukan adalah mencari sifat-sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan
rasul yang diterangkan dalam Al-Qur'an. Karenanya, cara untuk mengenali Yesus
(as) adalah dengan menguji sifat-sifat dari para nabi dan rasul. Tentu, ada
beratus-ratus jumlahnya, namun dalam bab ini kita akan menekankan pada
sifat-sifat yang paling banyak muncul yang dengan segera menjadi jelas.
1. Dia berbeda dari manusia kebanyakan karena nilai-nilai moralnya yang luar biasa
Seperti halnya semua nabi yang dipilih oleh Allah untuk
menyampaikan ajaran-ajaran-Nya kepada umat manusia, Yesus (as) dikenal karena
nilai-nilai moralnya yang istimewa. Sifat yang paling membedakannya adalah
keteladanannya, yang dengan segera akan tampak dalam masyarakat di mana ia
tinggal. Tentu, dia mempunyai suatu karakter keteladanan yang belum pernah
terjadi sebelumnya di alam ini dan mempengaruhi siapa saja pada pandangan
pertama. Ia adalah seorang yang sangat komitmen, pemberani dan kuat, manifestasi
dari kebenaran dia sandarkan kepada Allah, dan kemurnian keimanannya kepada-Nya.
Dengan karakter yang demikian, dia mempunyai pegaruh yang disukai oleh setiap
orang. Kemuliaannya ini, yang juga dimiliki oleh semua nabi, diterangkan dalam
ayat:
Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki
beberapa derajat. Sesungguhnya, Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan
Kami telah menganugrahkan Ishaq dan Ya'qqub kepadanya. Kepada keduanya
masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu juga telah
Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian keturunannya (Nuh), yaitu Daud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami beri balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik, dan Zakariya, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya
termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Ilyasa', Yunus, dan Luth.
Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (pada masanya), dan Kami
lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan
saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi
dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Surat
al-An’aam: 83-87 )
Sifat-sifat yang Allah berikan kepada para nabi dan rasul-Nya
diungkapkan dengan tepat dalam ayat di atas. Ada banyak contoh lain yang
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Pernyataan-pernyataan di bawah ini memberitahukan
kepada kita tentang sifat-sifat mulia yang diberikan kepada para nabi dan rasul:
Sesungguhnya, Ibrahim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah lagi hanif... (Surat an-Nahl: 120)
Dan ingatlah hamba-hamba kami: Ibrahim, Ishaq, dan
Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
(Surat Shaad: 45)
Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar
termasuk orang-orang pilihan yang terbaik. (Surat Shaad: 47)
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud
dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan
kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman’ (Surat an-Naml: 15)
Yesus (as) juga merupakan salah seorang nabi pilihan Allah.
Allah berfirman dalam ayat,
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka
atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung
dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami
berikan kepada Isa putra Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan
Ruhul Qudus... (Surat al-Baqarah: 253)
2. Dia akan dikenali pada ekspresi wajahnya yang hanya dapat dilihat pada diri para nabi dan rasul
Allah menginformasikan kepada kita dalam Al-Qur'an bahwa
kemuliaan mereka yang dipilih-Nya dapat dikenali melalui pengetahuan dan juga
melalui kekuatan fisik yang dimilikinya:
...Nabi (mereka) berkata, "Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Surat al-Baqarah: 247)
Dengan dianugerahi hikmah, kekuatan fisik, pengetahuan, dan
karakter yang sempurna, Yesus (as) akan mempunyai suatu ekspresi wajah yang
hanya dapat dilihat pada diri para nabi dan rasul. Rasa takutnya kepada Allah
dan cahaya keimanannya yang tulus akan tampak pada raut wajahnya. Ekspresi pada
wajahnya ini langsung membedakannya dari manusia kebanyakan dan manusia yang
melihatnya akan segera merasakan bahwa mereka sedang bertemu dengan orang yang
istimewa. Tentu, tidak semua orang akan menyepakati hal ini. Di luar itu, akan
ada beberapa orang yang tidak mengacuhkan kemuliaan ini. Alih-alih merasakannya
ke lubuk hati yang dalam, mereka memberikan penolakan yang telak, menganggap
kehadirannya sebagai ancaman bagi eksistensi mereka. Hanya mereka yang mempunyai
keimanan yang tulus yang akan memahami kemuliaan ini dan memberikan penghargaan
kepadanya.
Allah menghinformasikan kepada kita bahwa Yesus (as) adalah
"...seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah
seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)" (Surat Ali Imran:
45) Karenanya, Yesus (as) akan dikenali oleh mereka yang berada di
sekelilingnya karena kehormatan dan keistimewaan yang hanya dapat dilihat pada
mereka yang telah dipilih Allah.
3. Dia mempunyai hikmah terkemuka dan lisan yang tegas
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya... (Surat
al-An’aam: 89)
Sepanjang sejarah Allah menyampaikan pesan ajaran dan wahyu-Nya
melalui para utusan-Nya. Dia juga menganugrahkan hikmah kepada para utusan ini:
gaya bicara yang lugas dan tegas, sikap yang penuh keteladanan dalam
menggabungkan aksi-aksi kebenaran dan dalam mencegah perbuatan-perbuatan
mungkar. Semua itu merupakan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan
rasul. Dalam Al-Qur'an, Allah juga memberikan perhatian kepada hikmah yang
dianugrahkan kepada setiap nabi. Misalnya, untuk Nabi Daud (as), Allah
berfirman: "Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan
kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan." (Surat
Shaad: 20)
Hal yang sama bagi Nabi Yahya (as): "Hai Yahya, ...Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak." (Surat Maryam: 12) Tentang Musa (as), Allah memberitahukan kepada kita: "Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan..." (Surat al-Qashash: 14) Ayat yang serupa juga menyebutkan: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah...' (Surat Luqman: 12). Allah juga berfirman: "...Sesungguhnya, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim..." (Surat an-Nisaa': 54)
Berhubungan dengan ayat tersebut,
"Allah menganugrahkan al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak..." (Surat al-Baqarah: 269)Allah telah memberikan anugerah kepada semua nabi dan rasul. Anugerah ini juga ditujukan bagi Yesus (as), sebagaimana kita ketahui dari Al-Qur'an:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, "Hai Isa putra
Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih
dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) ketika Aku mengajar Al-Kitab,
Hikmah, Taurat, dan Injil... (Surat al-Maa’idah: 110)
Dan tatakala Isa membawa keterangan, dia berkata,
"Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan
kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah (kepada)ku."
(Surat as-Zukhruf: 63)
Dari ayat-ayat yang jelas ini, dapat kita simpulkan bahwa satu
sifat khusus Yesus (as), sehingga kita dapat mengenalinya adalah lisannya yang
tegas, lugas, dan menyentuh. Sebagaimana isu-isu lainnya, sikap bicaranya yang
tegas merupakan satu sifat umum yang menyentuh yang dimiliki oleh para nabi pada
umumnya. Kaum mukminin yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman kepada
kebenaran, dapat menangkap kesan bahwa perkataan Yesus (as) mempunyai kekuatan
yang khusus sebagaimana yang disebutkan dalam surah (al-Kahfi: 91) yang khusus
diberikan kepada para utusan Allah. Hikmah yang dia perankan, diagnosis yang
sempurna yang dia buat, dan solusi-solusi cerdas yang dia bawa akan menjadi
tanda-tanda yang jelas dari pemberian khusus yang dianugerahkan Allah. Tidak ada
seorang pun di sekelilingnya yang akan dapat memainkan peran seistimewa
perannya, yang akan membuat kemuliannya lebih jelas lagi.
4. Dia sangat terpercaya
Setiap rasul yang memperkenalkan dirinya kepada kaum di mana
dia diutus, dia akan mengatakan: "Sesungguhnya, aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu." (Surat asy-Syu'araa':
107) Kepercayaan yang dimiliki oleh para rasul adalah suatu hasil dari
ketaatan mereka kepada Kitab dan agama Allah serta kewajiban-kewajiban yang
dibebankan-Nya. Mereka secara cermat mengamati norma-norma yang dibuat Allah dan
tidak pernah menyimpang dari jalan-Nya yang benar. Mereka hanya berkeinginan
untuk mendapatkan kenikmatan yang baik dari Allah; mereka tidak pernah
menyekutukan-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah memberikan gambaran kepada kita tentang
sifat para nabi dan rasul ini. Misalnya, Musa (as) memperkenalkan dirinya kepada
kaumnya di mana dia tinggal:
Sesungguhnya, sebelum mereka telah Kami uji kaum
Fir'aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, (dengan
berkata), "serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israel yang kamu
perbudak). Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah yang dipercaya kepadamu."
(Surat ad-Dukhaan: 17-18)
Tidak diragukan, kaum-kaum tersebut biasanya tidak mampu untuk
menghargai sifat penting dari para nabi dan rasul ini. Selain itu, penolakan
untuk melepaskan cara hidup yang dungu yang mereka perturutkan selama ini dan
penolakan untuk hidup dengan agama yang benar yang disampaikan oleh para nabi
kepada mereka, biasanya mereka tunjukkan dengan sikap intoleran kepada para
utusan Allah tersebut. Hanya setelah beberapa saat berlalu, mereka baru memahami
bahwa para nabi itu terpercaya. Nabi Yusuf (as) adalah salah satu contoh yang
baik yang bisa dikemukakan di sini. Dia telah diuji dengan berbagai kesulitan
selama periode yang tidak sebentar; pertama-tama, di dijual sebagai seorang
budak dan kemudian dipenjara selama beberapa tahun. Namun, atas kehendak Allah,
ketika waktunya tiba, dia dikenali sebagai seorang yang terpercaya oleh manusia
dan raja memberikannya kepercayaan sebagai bendahara negara:
Dan raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku
memilih dia sebagai orang yang dekat kepadaku." Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, "Sesungguhnya, kamu (mulai) hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami" (Surat
Yusuf: 54)
Sifat-sifat para nabi ini yang disebutkan dalam Al-Qur'an juga
akan dapat diamati pada diri Nabi Yesus (as). Pada saat kedatangannya yang kedua
ke bumi, sebagai seorang yang tidak pernah mengubah hukum Allah, dia akan
dikenal karena sifat keterpercayaannya. Allah akan menyediakan pertolongan-Nya
untuknya, sebagaimana yang telah Dia perbuat kepada seluruh nabi dan rasul yang
lain, dan seiring waktu, sifatnya yang terpercaya akan termanifestasi.
5. Dia di bawah perlindungan Allah
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada
hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang
pasti mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti
menang. (Surat as-Shaaffaat: 171-173)
Allah telah menganugerahkan kemuliaan kepada para utusan-Nya
atas manusia lainnya. Dia memberikan kekuatan kepada mereka untuk mengalahkan
musuh-musuh mereka dan melindungi mereka dalam melawan semua kelompok musuh.
Pada saat berada dalam tahap pengambilan keputusan atau pada saat pelaksanaan
suatu rencana, Allah selalu mendukung mereka.
Salah satu tanda lain bagi umat yang beriman yang sedang
menanti Yesus (as), utusan Allah, adalah pemberiannya dalam membuat semua yang
dilakukannya berakhir dengan keberhasilan. Misalnya, keputusan atau metode yang
digunakannya, semua itu membawa hasil nyata bagi dirinya sendiri dan umat
manusia di sekelilingnya. Benarlah, beberapa peristiwa yang tampaknya
bertentangan dengan kemaslahatan publik akan segera terbukti sebaliknya.
Peristiwa-peristiwa seperti itu akan mengindikasikan keabsahan putusannya. Hal
tersebut terjadi karena Allah memberikan keyakinan kepada para utusan-Nya bahwa,
di bawah kondisi apa pun, mereka akan tetap memperoleh kemenangan. Karena itu,
kedatangan Yesus (as) yang kedua akan menjadi sangat berbeda dari kedatangannya
yang kali pertama karena yang kali kedua ini ia akan menang di bawah panji
Islam. Janji ini menjamin seluruh kesuksesan Yesus (as) akan tercapai pada
misinya.
Tentu akan menjadi begitu jelas bahwa hal ini akan menarik
perhatian umat yang beriman untuk mengikutinya. Sementara itu, para musuhnya
juga akan mengamati tabiat yang luar biasa dari situasi ini, namun mereka akan
gagal untuk mengenali bahwa ini merupakan petunjuk yang nyata dari Allah.
Gerak-geriknya yang selalu membawa kebaikan, akan tetap menjadi suatu misteri
bagi mereka. Hal tersebut mudah dipahami karena tujuan utama mereka dalam
kehidupan ini adalah untuk menghadang orang-orang yang berbeda ini, yang mereka
anggap sebagai "seorang manusia seperti diri mereka sendiri". Akan tetapi,
sebagaimana dinyatakan dalam ayat,, "Kemudian Kami
selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi
kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." (Surat Yunus:
103) Allah akan mengupayakan seluruh usaha mereka menjadi tidak berarti
dan menolong para utusan-Nya. Komplotan-komplotan tersebut, yang berusaha atau
berjuang menentangnya, tidak akan pernah berhasil.
6. Dia tidak akan memintah upah untuk pengabdiannya
Seluruh nabi dan rasul yang dikisahkan dalam Al-Qur'an berusaha
keras untuk mengabdi di jalan Allah tanpa meminta balasan sebagai upah. Hanya
satu yang mereka harapkan, yaitu keridhaan Allah. Bukan dunia tujuan mereka dan
bukan keuntungan materi yang mereka inginkan dari umat manusia. Salah satu ayat
dalam Al-Qur'an menjelaskan kebaikan dari para nabi ini,
Hai kaumku, aku tidak memintah upah kepadamu bagi
seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.
Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)? (Surat Huud: 51)
Kebaikan yang umumnya dimiliki oleh para utusan Allah ini juga
akan tampak para diri Yesus (as). Pada kedatangannya yang kedua, dia akan
menyeru umat manusia di seluruh dunia kepada agama yang benar yang berasal dari
Allah. Akan tetapi, kita pun seharusnya mengingat bahwa, sebagaimana dalam
seluruh aspek, hanya umat yang berimanlah yang akan mengenali dan menghargai
sifat-sifatnya. Selain itu, meskipun musuh-musuhnya mengenalinya, mereka akan
menyebarkan fitnah tentang dia, yang merupakan pengulangan sejarah terhadap apa
yang pernah diamali oleh para nabi dan rasul terdahulu. Yang paling mungkin,
fitnah-fitnah ini adalah termasuk "bahwa dia sedang mencoba mendapatkan
keuntungan pribadi". Yakinilah, Allah akan membuktikan ketidakbenaran
fitnah-fitnah ini dan menolongnya, sebagaimana Dia telah memberikan petunjuk
untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
7. Dia pengasih dan penuh rahmat kepada umat yang beriman
Sifat lainnya yang dimiliki oleh para utusan Allah adalah "rasa
kasih dan sayang" mereka terhadap orang-orang yang beriman. Bersikap kasih dan
sayang kepada orang-orang yang beriman yang mengikuti mereka, telah membuat
semua utusan Allah berusahak keras untuk meningkatkan karakter umat yang beriman
untuk kebaikan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sifat yang paling berbeda
yang dimiliki Nabi Yesus (as) adalah rasa belas kasihnya kepada umat yang
beriman. Allah menerangkan sifat ini, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah (saw) dan juga murapakan sifat umum yang dimiliki seluruh utusan
Allah,
Sesungguhnya, telah datang kepadamu seorang rasul
dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(kebaikan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin. (Surat at-Taubah: 128)
Yesus (as) juga akan mempunyai "perhatian yang mendalam"
terhadap umat yang beriman di sekelilingnya. Ketulusan yang melekat pada dirinya
ini akan memberikan satu bukti konkret bahwa dia adalah Yesus (Isa) (as) yang
riil.
Dia Tidak Akan Mempunyai Sanak Saudara, Keluarga, atau Kerabat di Bumi
Yesus (as) akan dikenali dengan sifat-sifatnya yang telah
disebutkan dalam Al-Qur'an. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang dapat
menyingkap identitasnya. Tidak diragukan, salah satunya akan menjadi fakta bahwa
dia tidak akan mempunyai sanak saudara, keluarga, ataupun kerabat di muka bumi
ini. Tentu, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya ketika dia datang ke bumi
untuk kali kedua. Tidak ada seorang pun yang akan keluar dan mengatakan, "Saya
telah mengenalnya sejak dulu. Saya telah melihatnya ketika...," secara sepontan
karena orang-orang yang pernah mengetahuinya, hidup dan meninggal dua ribu tahun
yang lalu. Selanjutnya, tidak ada seorang pun yang telah menyaksikan proses
kelahirannya, masa kecilnya, masa muda atau dewasanya. Tidak ada seorang pun
yang mengetahui persis tentang dirinya.
Sebagaimana telah diterangkan pada bab-bab terdahulu, Yesus
(as) hadir kembali atas perintah Allah, perintah "jadilah!" Setelah beribu
tahun, adalah sesuatu yang alami bahwa dia tidak mempunyai sanak saudara di muka
bumi. Allah menggambarkan suatu analogi antara kondisi Yesus (as) dan Adam (as):
Sesungguhnya, misal (penciptaan) Isa di sisi Allah,
adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya, "Jadilah!" maka jadilah dia. (Surah Al ‘Imran: 59)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, Allah memberikan
perintah "Jadilah!" kepada Adam dan kemudian dia tercipta. Cara Yesus (as)
terlahir pada waktu kali pertamanya juga sama meskipun dia mempunyai seorang
ibu. Adam tidak mempunyai seorang ibu. Adam tidak mempunyai orang tua begitu
juga Yesus (as) untuk kedatangannya yang kali kedua.
CONCLUSION
Dalam sejarah umat manusia, akan diutusnya Yesus (as) ke bumi
untuk kali keduanya oleh Allah merupakan sesuatu yang benar-benar diharapkan
oleh seluruh umat manusia. Hanya segelintir manusia yang akan menikmati
peristiwa ini. Selanjutnya, dia akan menjadi seorang "penolong" yang diberkati
yang diutus kepada seluruh umat manusia. Tentu, pada masa terjadinya kerusakan
dan ketidakteraturan yang terus-menerus di dunia, semua umat manusia memohon
seorang "penolong" dari Allah. Allah memberikan jawaban terhadap permohonan
mereka:
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan
(membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-anak
yang semuanya berdo'a, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah)
yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau!"? (Surat
an-Nisaa': 75)
Sebagaimana disebutkan terdahulu, adapun "penolong" yang
dimaksud pada masa kini adalah terjadinya penetrasi nilai-nilai Al-Qur'an ke
dalam jiwa dan masyarakat kita. Mengenai kedatangannya yang kedua, Yesus (as)
akan dengan sepenuh hati mengikuti nilai-nilai mulia yang diturunkan oleh Allah
ini dan berusaha keras secara murni untuk menyebarkan nilai-nilai tersebut
kepada umat manusia di seluruh dunia.
Pengetahuan tentang hal-hal gaib dan peristiwa yang akan
terjadi di masa yang akan datang merupakan sesuatu yang hanya diketahui oleh
Allah. Akan tetapi, mereka yang mengharapkan masa yang diberkati ini dan
orang-orang di masa itu haruslah menjalankan kewajiban-kewajiban yang penting.
Seperti halnya Yesus (as) akan melindungi dan membimbing seluruh umat yang
beriman, seluruh umat yang beriman itu pun harus sepenuh hati mendukung Yesus
(as) dan menolongnya dalam pelayanan yang ditujukan hanya untuk Allah. Dengan
kata lain, di masa kini, selama kedatangannya yang kedua, umat beriman
seharusnya tidak pernah menyebabkan dia memohon kembali, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan
agama) Allah?" (Surah Ali Imran: 52) Jika tidak, seseorang akan merasakan
penyesalan dan kesengsaraan yang mendalam, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah dengan jelas mengancam mereka yang tidak mau bersyukur:
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasu-rasul
Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain.
Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi
orang-orang yang tidak beriman. (Surat al-Muminuun: 44)
Sebalilknya, mereka yang mengikuti dia, yang memberikan padanya
dukungan yang tulus, dan mengadopsi nilai-nilai Ilahiah yang dibawanya, akan
mendapatkan apa yang mereka harapkan, yaitu kenikmatan, rahmat dan surga Allah
yang abadi. Hal ini merupakan janji yang pasti dan Allah telah memberikan kabar
gembira:
(Dan mengutus) seorang rasul yang membacakan
kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia
mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari
kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan memasukkannya
ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya, Allah memberikan rezki yang baik
kepadanya (Surat at-Thalaaq: 11)
Kita bersyukur kepada Allah Yang Mahakuasa, Yang akan
mengangkat derajat hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya pada suatu peristiwa
akbar, yaitu kedatangan Yesus (Isa) (as) dan menganugerahkan kepada mereka suatu
kesempatan mahapenting untuk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan mereka di
akhirat kelak.
Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan
segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (Surat ash-Shaaffaat:
181-182)
-----------------------------------------------------------------------------------------1. Said-i Nursi, The Letters, The Fifteenth Letter, hlm.54 2. Said-i Nursi, The Rays, The Fifth ray, hlm. 487 |
Post a Comment