Jika kita mengenal Allah
Jika kita mengenal Allah
Seorang ahli ibadah
akan optimis dalam hidupnya. Ia optimis bahwa Allah akan menolong dan
mengarahkan hidupnya. Semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan
Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah.
Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita dikatakan sukses
dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah. Jadi percuma
saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak
menjadikan kita makin mengenal Allah.
Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.
Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.
Ciri orang yang ma'rifat adalah laa khaufun 'alaihim
wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena
itu, kualitas ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan
takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat. Sebab, orang
yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia.
Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus
mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal,
dekat dan taat kepada Allah.
Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga
kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup.
Pertama, hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track).
Kedua, memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari
terjaganya keimanan. Ketiga, Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup.
Tenang itu mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa
dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu
resah gelisah.
Keempat, seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis
karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan
menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak
berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki
harapan. Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan
rem pakem dalam kendaraan.
Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi
peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan
untuk bertobat. Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila
pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini
kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut. Ketujuh, seorang ahli ibadah
akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila kata-katanya bertenaga, penuh
hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat.
Untuk menjadi ahli ibadah kita bisa menumbuhkan ACM (Aku Cinta
Masjid). Seorang Muslim dengan masjid bagikan ikan dengan air. Tidak mungkin
seorang Muslim tidak betah di masjid. Diragukan keimanannya bila ia tidak akrab
dengan masjid. Ikhtiar menumbuhkan kecintaan terhadap shalat dan masjid adalah
dengan berusaha shalat tepat waktu, di masjid dan dilakukan secara berjamaah.
Cara paling mudah untuk melaksanakannya adalah dengan datang lebih awal ke
masjid untuk menunggu shalat.
Saudaraku, di tengah kondisi yang semakin sulit, tidak ada yang
bisa menolong kita selain Allah SWT. Salah satu ikhtiar untuk menggapai
pertolongan Allah dengan meningkatkan pengenalan kita kepada Allah. Cara
menggapainya adalah dengan ibadah secara istikamah. Wallaahu a'lam
Post a Comment