Menanamkan Tauhid
Menanamkan Tauhid
''Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya dan dia mengajarnya, 'Hai
anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah SWT. Sesungguhnya syirik itu
adalah kezaliman yang besar'.'' (QS Lukman:13). Pengajaran Lukman kepada anaknya
yang diungkapkan Allah SWT pada ayat tersebut, merupakan bagian dari kegiatan
Lukman dalam mendidik anaknya untuk bertauhid (mengesakan Allah SWT). Ternyata
Lukman memilih tauhid sebagai materi pendidikan yang mendasar.
Ayat tersebut juga mengimbau setiap manusia untuk meneladani cara Lukman dalam mendidik anaknya. Manusia harus mengedepankan pendidikan tauhid kepada generasi penerus yang bakal menjadi ahli warisnya. Pendidikan tauhid harus diberikan mendahului pendidikan disiplin ilmu yang lain. Bahkan, pendidikan tauhid seharusnya mendasari pendidikan ilmu pasti, ilmu sosial dan politik, sains dan teknologi, ilmu ekonomi, biologi, olahraga, dan sebagainya. Pendidikan tauhid yang diberikan Lukman kepada anaknya itu dapat menambah khazanah setiap orang yang peduli dengan pendidikan. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, dan moral sesuai kemampuan dan martabat manusia.
Ayat tersebut juga mengimbau setiap manusia untuk meneladani cara Lukman dalam mendidik anaknya. Manusia harus mengedepankan pendidikan tauhid kepada generasi penerus yang bakal menjadi ahli warisnya. Pendidikan tauhid harus diberikan mendahului pendidikan disiplin ilmu yang lain. Bahkan, pendidikan tauhid seharusnya mendasari pendidikan ilmu pasti, ilmu sosial dan politik, sains dan teknologi, ilmu ekonomi, biologi, olahraga, dan sebagainya. Pendidikan tauhid yang diberikan Lukman kepada anaknya itu dapat menambah khazanah setiap orang yang peduli dengan pendidikan. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, dan moral sesuai kemampuan dan martabat manusia.
Para pelaku pendidikan semestinya
juga bisa menjadikan pendidikan tauhid sebagai dasar untuk menjalankan setiap
ragam kurikulum pendidikan. Pendidikan tauhid, haruslah menyentuh unsur kognisi
(pengetahuan) yang menjadikan anak didik menjadi haqqul yaqin
tentang kesempurnaan dan keesaan Allah SWT. Selain itu, pendidikan tauhid juga
seharusnya menyentuh aspek afeksi (sikap), sehingga setiap anak didik bisa
melakukan pengabdian kepada Allah SWT.
Apa yang
dilakukan Ya'qub ketika hampir wafat juga cukup menarik untuk diteladani. Waktu
itu, Ya'qub bertanya kepada anak-anaknya, ''Apa yang bakal kalian sembah
sepeninggalku?'' Semua anaknya menjawab, ''Kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan
bapak-bapakmu --Ibrahim, Ismail, dan Ishak-- yakni Tuhan Yang Esa dan kami
berserah diri kepada-Nya.'' Kisah ini diabadikan dalam Surat Al Baqarah ayat
133.
Selanjutnya, pendidikan tauhid seharusnya juga menyentuh unsur
keterampilan. Dengan keterampilan berbasis tauhid, seorang anak didik menjadi
bisa berterima kasih kepada orang tuanya, senang melakukan kebaikan, rajin,
serta disiplin mendirikan shalat, dan sebagainya. Singkatnya, keterampilan
tersebut akan mengarahkan anak didik untuk menjalankan segala kebaikan dan
menjauhi segala keburukan.
Agar pendidikan tauhid itu berjalan
efektif dan tidak menyimpang, sebaiknya dilakukan dengan metode yang benar lagi
tepat. Setidaknya ada empat langkah yang bisa ditempuh. Pertama, pendidikan
tauhid harus berpedoman kepada sumber yang asli, yakni Alquran. Kedua, harus
dipelajari secara menyeluruh. Ketiga, pendidikan tauhid juga harus
mempertimbangkan kepustakaan yang ditulis para ulama, zuama, dan ilmuwan
Muslim. Yang keempat, pendidikan tauhid tidak bisa hanya dilandaskan pada
kenyataan hidup umat Islam yang ada saat ini.
Post a Comment