Adab Seorang Murid Kepada Guru
Adab Seorang Murid Kepada Guru
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Di
antara adab yang harus dimiliki oleh seorang murid adalah murid tidak
diperkenankan berbicara di depan guru kecuali seperlunya, dan tidak
menampakkkan sedikit pun keadaan dirinya di depan guru. Dia juga tidak
sepatutnya menggelar sajadahnya di depan guru kecuali pada waktu melakukan
shalat. Jika telah selesai shalat, hendaknya dia segera melipat kembali
sajadahnya. Murid harus selalu siap melayani gurunya dan orang yang duduk
diruangannya dengan senang hati, ringan dan cekatan. Seorang murid harus
bersunguh-sungguh jangan sampai menggelar sajadahnya sedang di atasnya ada
orang yang lebih tinggi tingkatannya. Dia juga tidak boleh mendekatkan
sajadahnya kepada sajadah orang yang lebih tinggi itu kecuali dengan izinnnya.
Karena hal demikian dianggap kurang beradab bagi mereka.
Bila
menemukan kemusykilan gurunya, seorang murid hendaknya diam meskipun memiliki
penjelasan dan jawaban mengenainya. Akan tetapi, dia boleh mengambil apa yang
telah Allah SWT bukakan baginya melalui lisan gurunya, kemudian menerima dan
mengamalkannya. Jika melihat ada kekurangan dalam jawaban gurunya, seorang
murdi tidak boleh membantah atau menolaknya. Bahkan, dia harus bersyukur kepada
Allah SWT atas apa yang telah diberikan kepadanya berupa keutamaan, ilmu, dan nur yang
disembunyikan dalam dirinya. Dia tidak boleh memperpanjang perbincangannya dan
tidak boleh mengatakan mengatakan,”Guru
telah salah dalam masalah ini.” Dia tidak boleh membantah ucapannya
kecuali terjadi secara spontan dan tidak sengaja. Jika demikian, dia harus
segera menghantikan ucapannya dan menggantikan dengan diam, dan taubat serta
bertekad tidak akan mengulanginya.
Murid
juga tidak sepatutnya banyak bergerak seaktu mendengar di depan guru kecuali
karena mendapat isyarat darinya. Dia juga tidak sepatutnya melihat pada dirinya
memiliki suatu keadaan kecuali terjadi padanya suatu hal yang memaksanya untuk
membedakan dan memilih. Apabila hal itu telah reda, hendaknya dia kembali
kepada keadaan semula, diam penuh adab, tawadhu’ dan menyembunyikan rahasia
yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Sungguh, kami telah menyebutkan hal
ini, yakni tentang sikap, perbuatan atau ucapan yang tidak baik bagi seorang
murid, tetapi kini justru kadang terjadi di madrasah atau pondok mereka. Memang
tidak dipungkiri, murid yang dapat melakukan adab yang demikian sempurna itu
termasuk murid yang benar dan bersungguh-sungguh. Sehingga makna sesuatu yang
telah dia dengar itu menyalakan cahaya kebenaran dan menguatkannya. Kemudian
dia akan sibuk di dalam cahaya itu dan tenggelam di dalamnya. Anggota badannya
bergerak di tengah kaum, namun sebenarnya dia berada di sebuah batas yang penuh
dengan kelezatan watak dan keinginan. Tiap orang akan membayangkan dekat orang
yang merindukannya.
Murid
yang bersungguh-sungguh, api kerinduannya tidak akan padam dan pancarannya tidak
akan pernah redup. Kekasihnya tidak pernah ghaib dan penghiburnya tidak akan
pernah jauh. Murid seperti ini akan senantiasa bertambah dalam kedekatan,
kelezatan, dan kenikmatan. Tidak ada yang dapat mengguncangkan atau merubah
keadaannya selain ucapan Dzat Yang dikehendakinya dan pembicaraan Dzat Yang
Menolongnya. Meskipun pada saat itu, didekatnya banyak syair. Nyanyian,
suara-suara teman-teman syetan, para pengikut hawa nafsu, dan para pengejar
kesenangan. Seorang murid hendaknya tidak menentang seseorang pada saat ia
mendengarkan dan tidak menolak seseorang dalam menuntut sesuatu yang diinginkan
dan dirindukannya, berupa surga dan bidadari serta melihat Allah SWT di
akhirat, yang mana ia telah zuhud terhadap dunia, kelezatan dan kesenangannya,
anak-anak dan wanitanya. Ia telah berani bersabar atau keburukan, ujian dan
cobaan di dunia serta berpaling kepada anak-anak di akhirat. Hendaknya dia
menyerahkan semua itu kepada para guru yang ada. Sesungguhnya mereka itu dalam
kekuasaan guru.
Bila
belajar pada seseorang guru, dia harus percaya bahwa dikampung itu tidak ada
orang yang lebih utama dari gurunya, sehingga dia akan berhasil mendapatkan apa
yang dia cita-citakan, dan sang guru akan dapat menghadapkan kepada Allah SWT.
Murid harus menjaga rahasianya ketika berkhidmat bersama Allah SWT dalam
mencapai kehendaknya. Dia harus menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh
gurunya adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaannnya. Sesungguhnya melawan guru adalah racun
yang sangat berbahaya. Jadi, jangan sampai murid menentang
guru, baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi. Dia tidak boleh
menyembunyikan sedikitpun keadaan dan rahasianya terhadap guru, dan tidak
memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diperintahkan kepadanya. Tidak
sepatutnya bagi seorang murid bertekad meminta kemurahan atau meminta kembali
kepada apa yang telah ditinggalkannya karena Allah SWT. Sesungguhnya hal itu
merupakan kesalahan besar sekaligus kerusakan kehendak bagi ahli tharekat.
Disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW,”Orang
yang kembali kepada keadaannya seperti anjing yang muntah lalu memakannya lagi”.
Dia harus bersungguh-sungguh berpegang pada adab yang telah diperintahkan oleh
gurunya, jangan sampai menjadi kurang beradab. Jika terjadi kekurangan dalam
melaksanakan apa yang telah diisyararatkan gurunya, maka murid harus
memberitahukan hal itu kepada gurunya sehingga guru akan memberikan arahan yang
sesuai dengannya dan mendoakan agar mendapatkan taufik, kemudahan dan
keberhasilan.
Post a Comment