Makna "Kalimat" daripada-Nya
Soal
4
Makna "Kalimat" daripada-Nya
Apakah maksud 'kalimat' dalam
ayat yang artinya: "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya alMasih'Isa
putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan diakhirat dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah)" 34 dan apa maksud kata
'wajih/wijahah' (terkenal ) serta kata 'qurba' (dekat)?
Jawab:
Kata `kalimah'
(kalimat) adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalah `kalimat'.
Maksudnya adalah, bahwa nabi Isa diciptakan dengan kalimat, maka dijulukilah
nabi Isa dengan `Kalimatullah' (kalimat Allah), sebab nabi Isa diciptakan dan
diadakan dengan kalimat `kun' (kata perintah artinya: Jadilah!). Oleh
sebab itu, Allah berfirman tentang Yahya: "Sesungguhnya Allah menggembirakan
kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang
datang) dari Allah" 35
, maksudnya, membenarkan Isa yang diciptakan dengan kalimat
Allah. Oleh karena itulah ayat tersebut secara lengkapnya mengatakan demikian:
Allah menggembirakanmu dengan kelahiran anak laki-laki yang kehadirannya melalui
kalimat Allah, yaitu kalimat `kun, fayakun'. Begitu juga dengan maksud
ayat:
"Sesungguhnya al-Masih,
Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan)
kalimat-Nya yang disampaikanNya kepada Maryam.. . " 36 maksudnya, diciptakan dengan
kalimat yang dibawa Jibril as. kepada Maryam. Kalimat itu turun hingga menyentuh
faraj Maryam, seperti layaknya pertemuan antara ayah dan ibu. Dengan sebab itu
dinamailah Isa dengan `Kalimatullah', karena wujudnya ada dari kalimat `kun',
seperti disebutkan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya penciptaan `Isa di
sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah
dia." 37
Nabi Isa bukan kalimat itu
sendiri, tapi diciptakan dengan sebab kalimat. Kalimat bukan makhluk, tetapi Isa
diciptakan dengan Kalimat. Kalimat berasal dari Allah untuk menciptakan sekalian
makhluk, sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" maka terjadilah ia". 38
Menurut kolompok yang
menamakan dirinya al-Jahmiyah, Kalimat adalah makhluk. Sementara itu menurut
umat Nasrani, Kalimat Allah berasal dari Dzat Allah. Yang benar adalah paham
Ahlussunah: Kalamullah termasuk sifat (kebesaran) Allah, bukan makhluk. Isa
diciptakan dengan Kalimat, dan Isa bukanlah kalimat itu sendiri, berbeda jauh
dengan yang dipahami umat Nasrani.
Berikutnya, pengertian
`seorang terkemuka di dunia dan diakhirat', maksudnya adalah nabi
Isa mempunyai martabat, kedudukan dan kemuliaan di sisi Allah, seperti halnya
nabi Musa dalam ayat yang artinya: "...Dan adalah dia seorang yang
mempunyai kedudukan terhormat disisi Allah". Di antara bukti kedudukan
terhormat ini ialah dukungan yang diberikan kepada Musa berupa
mukjizat-mukjizat, keteguhannya dalam berdebat melawan kaumnya. Begitu juga
dengan kemutajaban doa Musa, pertolongan, pemeliharaan dan penjaagaan dari
musuh-musuh Allah yang berupaya mengalahkannya. Dengan alasan yang hampir serupa
dengan diterima nabi Musa, maka nabi Isa pun mendapat penjagaan dan pengawasan
Allah dari tipuan dan kebencian orang Yahudi, tetapi bentuk kedudukan yang
tinggi ini tidak mesti ditujukan doa kepada nabi Isa dan ia tidak mesti diserahi
hak yang pada dasarnya hak kebesaran Allah.
Kita juga tidak perlu
meragukan, bahwa nabi Muhammad saw. memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah
seperti halnya nabinabi yang lain. Meskipun nabi Muhammad memiliki kedudukan
mulia, kita dilaranag bertawassul dengan kedudukan itu. Untuk itulah, kita
dilarang berdoa dengan redaksi: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berkat
kemuliaan si Fulan, atau berkat martabatnya di sisi-Mu." Pasalnya, kalimat doa
seperti ini berarti mengagungkan `fulan' tersebut. Sedangkan yang berhak
diagungkan seratus persen adalah Allah. Adapun hadits Rasulullah yang mengatakan
dengan redaksi: "Apabila kamu berdoa kepada Allah, mintalah dengan menyebut
kedudukanku, sesungguhnya kedudukanku mulia di sisi Allah", merupakan hadits
yang maudhu' (hadits palsu, hasil karangan manusia, atau ucapan seseorang
yang disandarkan kepada nabi Muhammad). Hukum hadits maudhu' dilarang
meriwayatkannya kecuali disertai keterangan status hadits tersebut sebagai
hadits maudhu'.
39
Adapun maksud kalimat
"termasuk orang-orang yang didekatkan" dalam ayat yang sedang
dibicarakan, bahwa nabi Isa adalah orang yang mendapat kebahagiaan, mendapat
keistimewaan kedekataan, martabat yang tinggi di surga yang diterangkan sebagai
balasan amal kebaikan dalam ayat: "adapun jika dia (orang yang mati) termasuk
orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh rezki serta surga
kenikmatan." 40 Kedekatan di sisi Allah adalah martabat tertinggi, yaitu
martabat para nabi, para shiddiq, para syahid, orang-orang shalih yang
dinyatakan mendapat pahala dalam firman Allah: "(yaitu) mata air yang minum
dari padanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah." 41 Wallahu'alam.
34.
QS. Ali `Imran 3 : 45.
35. QS. Ali `Imran 3 : 39.
36. QS. an-Nisa' 4 : 171.
37. QS. Ali `Imran 3 : 59.
38. QS. Yaasin 36:82.
39.
Syaikhul lslam Ibnu Taimiyah, dalam risalah `Qa'idah Jalilah fi at-Tawassul
wa alWasilah' halaman 147, menulis tanggapan
terhadap hadits tersebut: ...ini bukan hadits, tidak ditemukan dalam kitab-kitab
hadits kaum muslimin yang mendapat keabsahan dari ulama hadits. Perkataan ini
juga tidak pernah ditulis ahlul ilm dan ahli hadits. Dan Syaikh al-Bani, dalam
buku `Silsilah al-Ahadits Ad-Dha'ifah wa a!Maudu'ah' (seri hadits-hadits
lemah dan hadits palsu) jld. 1 hal. 30, menulis: Hadits ini tidak mempunyai
dasar akurat.
40. QS. al-Waqi'ah 56 : 89.
41. QS. al-Muthaffifin 83 : 28.
|
Post a Comment