Pengertian Wafat (Isa)
Soal
3
Pengertian Wafat (Isa)
Apakah pengertian ayat:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengangkat kamu
kepadaKu"
26 . Apakah pengertian
`wafat' di ayat ini adalah makna sesungguhnya atau tidak?
Jawab:
Makna `wafat' yang tepat
adalah `tidur'. Yaitu, Allah mengangkat nabi Isa ke sisi-Nya dalam keadaan
tidur. Dalam bahasa Arab, `tidur' sah dipakaikan dengan makna wafat, setidaknya
hampir serupa dengan wafat (mati), sebagaimana firman Allah yang
artinya:
"Allah memegang jiwa (orang)
ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang befum mati di waktu tidurnya;
maka la tahan jiwa (orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. " 27 .
Maksudnya, orang hidup wafat
di dalam tidur, ketika ruh mereka secara khusus terpisah, mereka kehilangan
kepekaan, tidak bersuara, tiada gerakan-gerakan kesengajaan, kemudian ketika
bangun ruh itu kembali.
Dalam hadits disebutkan, Nabi
saw. berdoa ketika hendak tidur: "Dengan Nama-Mu wahai Tuhanku, aku baringkan
badanku, dan dengan Nama-Mu juga aku mengangkatnya. Kalau Engkau mencabut
nyawaku, sayangilah ia, dan jika Engkau belum mencabutnya, jagalah ia
sebagaimana Engkau menjaga nyawa hamba-hamba-Mu yang shalih". 28 . Ketika Rasulullah
saw. bangun, ia membaca doa: "Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan
kami setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepada-Nya tempat
kembali".
29 . dan membaca: "Segala
puji bagi Allah Yang telah mengembalikan ruhku kepadaku dan Yang telah
menyehatkan jasadku." 30 .
Dengan adanya bukti
hadits-hadits ini jelaslah, bahwa makna ayat tersebut adalah: Sesungguhnya Aku
mematikanmu seperti rupa yang mati waktu tidur, ketika itu engkau tidak
merasakan diangkat ke langit. Artinya, nabi Isa tertidur pulas, dan dalam
keadaan tidur pulas itulah Allah mengangkatnya ke langit, sesuai dengan kehendak
Allah. Nabi Isa tidak terbangun kecuali setelah sampai di langit.
Ulama lain berpendapat, nabi
Isa diwafatkan, dengan pengertian mati yang sesungguhnya, tapi sebentar. Ketika
dalam kondisi tidak bernyawa, ia diangkat ke langit, kemudian ia dibangkitkan,
dan kembali hidup.31 .
Mathar al-Warraq menafsirkan
ayat `sesungguhnya Aku mewafatkanmu...' yaitu mewafatkanmu dari dunia, tapi
bukan berarti mati. Penafsiran yang sama juga ditarik oleh Ibnu Jarir:
Sesungguhnya wafatnya Isa adalah diangkatnya dari dunia karena ia tidak ahli
dunia, ia juga tidak memerlukan kebutuhan yang dibutuhkan penduduk dunia seperti
makan dan minum, bangun dan tidur, dan sebagainya. Hadits-hadits cukup banyak
mengkabarkan turunnya nabi Isa di akhir zaman nanti, dan ia akan memakai hukum
Islam, ia mematahkan palang-palang salib, memusnahkan babi, meniadakan
upeti/pajak, dan yang ia terima hanyalah agama Islam. Hal ini diperkuat dengan
firman Allah swt. yang artinya:
"Tidak ada seorangpun dari
Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya (sebelum kematian Isa). Dan di hari akhir nanti Isa itu akan
menjadi saksi terhadap mereka" 32 ..
Wallahu'alam.33 .
26. QS. Ali `Imran 3 : 55.
27. QS. az-Zumar 39 : 42.
28. HR. Bukhari dengan nomor hadits: 7393 Kitab:
Tauhid, Bab: Berdoa dan meminta perlindungan dengan menyertakan Asma'ullah
al-Husna. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Muslim dengan nomor hadits: 714.
Kitab: Zikir, Doa, Toubat dan Memohon ampun, Bab: Bacaon doa sebelum tidur don
ketika berboring'. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Abu Daud dengan nomor
hadits: 5050. Kitab: Adab. Bab: Doa sebelum tidur. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra. Ibnu Majah dengan nomor hadits: 3874. Kitab: Doa, Bab: Doa
menjelang tidur. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ahmad di kitab hadits Musnad
(2/246, 422,432), diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
29. HR. Bukhari (nomor hadits: 7394) Kitab: Tauhid,
Bab: Berdoa dan meminta perlindungan dengan menyertakan Asma'ullah al-Husna.'
Diriwayatkan dari Huzaifah ra. Muslim dengan nomor hadits: 2811. Kitab: Zikir,
Doa, Taubat dan Memohon ompun, Bab: Bacaan doa sebelum tidur dan ketika
berboring, diriwayatkan dari alBarra' ra. Abu Daud, dengan nomor hadits: 5049
Kitab Adab, Bab: Doa sebelum tidur, diriwayatkan dari Huzaifah ra. Ibnu Majah,
dengan nomor hadits: 3880, Kitab: Doo, Bab: Doa ketika terjaga di tengah malam,
diriwayatkan dari Huzaifah ra. Ahmad, dalam kitab hadits Musnad (5/385, 387),
diriwayatkan dari Huzaifah ra.
30. HR. Turmudzi, dengan nomor hadits: 3398, Kitab:
Doa-doa. Nasai, dengan nomor hadits: 866, Bab: Amalan siang dan malam. Ibnu
Sinni, dengan nomor hadits: 9. Hadits ini shahih menurut Imam Nawani dalam
bukunya Af-Adzkar, nomor: 28. Dan oleh al-Bani, hadits ini statusnya hasan,
dalam buku Shahih al-Kalim at Thayyib, nomor: 37.
31. Pendapat yang tepat yang dipilih Ibnu
Jarir-rahimahullah-dalam tafsir Jami' alBayan (3/256), adalah pendapat
yang menafsirkan dengan: Sesungguhnya aku menarikmu dari bumi dan mengangkatmu
ke langit. Atasannya, karena hadits-hadits mutawatir dari Rasulullah saw. di
antaranya hadits yang menyebutkan bahwa nabi Isa akan turun, dan ia akan
membunuh Dajjal, kemudian bertahan di muka bumi dalam jangka waktu tertentu. Dan
menurut asy-Syaukani -rahimahullah- dalam tafsir Fathul Qadir (1/344),
yang tepat adalah bahwa Allah mengangkat nabi Isa ke langit tanpa diwafatkan
terlebih dahulu. Pendapat ini didukung oleh mufassir-mufassir dan dipilih oleh
Ibnu Jarir at Thabari. Alasannya ialah, hadits shahih dari Nabi saw. yang
mengabarkan turunnya nabi Isa dan akan membunuh Dajjal. Sebenamya masih ada juga
pendapat selain ini yang menafsirkan, bahwa Allah swt. mewafatkan nabi Isa
se(ama tiga jam di siang hari kemudian, diangkat ke langit. Namun, pendapat ini
lemah karena tidak memiliki bukti yang akurat.
32. QS. an-Nisa' 4 : 159.
33. Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Mufti Saudi Arabia,
-rahimahullah- menulis dalam bukunya Majmu' AI Fatawa, bab: Tauhid dan hal-hal
yang berkenaon dengannya (1/ 433): Para ulama berbeda pendapat mengenai
penafsiran kata almutawaffa (dimatikan/ diwafatkan) yang ada dalam ayat
""(Ingotlah), ketika Allah berfirman: "Hai `/sa, sesungguhnyaAku akan
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengongkat kamu
kepada-Ku". Pendapat-pendapat tersebut di antaranya, pertamo: Yang
dimaksud dengan wafat di situ adalah wafat yang bermakna mati, sebab itulah
pengertian yang zahir (tekstual) dari ayat tersebut, jika tidak dibandingkan
dengan bukti-bukti terkait yang lain. Dan dikarenakan kata mutawaffa terdapat
dalam alQuran lebih dari sekali, seperti dalam ayat: "Kotokanloh: "Malaikat
maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan
kamu..." (QS. as-Sajadah 32:11),
dan dalam ayat: "Kalau kamu melihot ketika para malaikat mencabut jiwa
orang-orang yang kafir seraya mem ukul muka dan belakang mereka (dan
berkata): "Rasakan olehm u siksa neraka yang membakar" (QS. al-Anfal 8:50). Di ayat lain, kata waffa
juga memiliki penger tian `mati'. Atas dasar makna inilah penafsiran ayat
tersebut memakai uslub (gaya) taqdim dan ta'khir.
Keduo, dengan makna qabd (berada dalam
genggaman). Pendapat ini dinukil Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya dari
sekelompok ulama salaf, dan Ibnu Jarir memilih pendapat ini sekaligus
mendudukkannya di tingkat prioritas pertama dibanding dengan pendapat-pendapat
lain. Dengan demikian, makna ayat tersebut sebagai berikut: Sesungguhnya Akulah
yang menggenggammu dari bumi ke alam langit, engkau dalam keadaan hidup kemudian
aku mengangkatmu ke sisi-Ku. Dalam ucapan orang-orang Arab juga terdapat makna
yang persis dengan makna waffa di ayat tersebut, yaitu: towaffaitu
maali min fulan, maksudnya, aku menggenggam (menguasai) seluruh harta
kekayaanku dari si Fulan.
Ketiga, maksud wafat di ayat
tersebut adalah wafat yang berarti `tidur'. Sebab, kata naum (tidur)
dalam bahasa Arab diartikan juga dengan wafat (mati). Maka, seharusnya pemaknaan
ayat tersebut yang paling tepat adalah dengan arti tidur dengan alasan beberapa
dalil dari ayat, seperti firman Allah swt. yang artinya: "Dan Dialah yong
menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu
kerjakan di siang hari", dan ayat: "Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya don (memegang) jiwa (orang) yang bel um mati di
waktu tidurnya; maka la tahanlah jiwa (orang) yang telah ia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan".
Pendapat yang kedua dan ketiga lebih kuat dari pendapat yang pertama.
Kesimpulannya, pendapat yang benar adalah yang didukung dengan dalil-dalil yang
jelas, dan dikuatkan dengan fakta, bahwa nabi isa as. diangkat ke langit dalam
keadaan hidup. Ia belum pernah meti, dan senantiasa dalam keadaan hidup di
langit sampai pada suatu saat di kemudian hari ia akan turun ke bumi. la
menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan yang diberitakan lewat
haditshadits shahih dari Nabi Muhammad saw. Kemudian, setelah menyelesaikan
tugas, nabi Isa akan mati mengikuti takdir yang sudah ditetapkan Allah. Dari
keterangan ini dapat dimengerti bahwa penafsiran kata `yatawaffa' dengan makna
maut (mati dengan dicabut nyawa) adalah pendapat yang lemah, tidak akurat.
Sekiranya diasumsikan pendapat itu benar, sudah barang tentu yang dimaksud itu
adalah wafatnya Isa di akhir zaman nanti. Dengan demikian, penyebutan kata itu
sebelum kejadian pengangkatan tennasuk gaya bahasa mendahulukan sesuatu (taqdim)
dengan makna diakhrikan (ta'khir). Sebab, sebagaimana diingatkan oleh ulama ahli
bahasa Arab, huruf waw (kata sambung) tidak selamanya mengandung pengertian
tartib (urutan). Wabillahittaufiq.
Adapun anggapan bahwa nabi Isa
tewas dibunuh atau tewas disalib, teks ayat alQuran terang-terangan membatalkan
dan menolaknya. Begitu juga dengan pendapat yang mengatakan bahwa nabi Isa tidak
diangkat ke langit, tapi hijrah ke Kashmir, ia lama bertahan hidup di sana dan
wafat di sana secara normal. Dan ia tidak turun sebelum hari Kiamat, yang akan
datang adalah duplikat nabi Isa. Pendapat ini benarbenar pendapat batil,
lantang terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayat Allah swt. dan hadits
Rasulullah saw.
Nabi Isa as. senantiasa hidup
sampai sekarang, dan akan turun di kemudian hari seperti diberitakan Rasulullah
saw. Dari keterangan-keterangan di atas, diharapkan penanya atau pun bukan bisa
mengerti bahwa barangsiapa mengklaim nabi Isa tewas terbunuh dan disalib, atau
ia mengatakan, bahwa nabi Isa berhijrah ke negeri Kashmir dan ia bertahan hidup
di sana cukup lama lalu mati dengan cara yang normal, dan setelah mati pun tidak
diangkat ke langit, ini adalah pendapat paling lantang kepada Allah dan ia
mendustakan Aflah swt. dan Rasul saw. Kita tahu, barangsiapa yang mendustakan
Allah dan Rasul-Nya hukumnya kafir. Diharapkan orang berperniapat demikian agar
segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Diberi keterangan yang jelas
dari Kitab Suci al-Quran dan hadits. Jika ia sudah bertaubat dan kembali ke
jalan yang benar ia selamat, dan jika tidak, ia mati dalam
kekufuran.
Dalil-dalil yang dapat dijadikan bukti cukup
banyak dan mudah diketahui, di antaranya firman Allah tentang nabi Isa as. di
surat an-Nisa' ayat 157-158:
"dan karena ucapan mereka:
"Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah",
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh
itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka
bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Dan antara lain dari
hadits-hadits Rasulullah saw. yang memberitakan turunnya nabi Isa as. di akhir
zaman menjadi hakim adil. la akan membunuh Dajjal Sang Sesat, kemudian
mematahkan palang salib, membunuh babi, meniadakan upeti/pajak, dan tiada satu
agama pun yang ia terima kecuali agama Islam. Hadits-hadits tersebut adalah
hadits mutawatir dan status keshahihannya akurat berasal dari Rasulullah saw.
Para ulama sependapat menerima berita itu untuk diterima dan diimani karena ada
dalil dan mereka sebutkan dalam buku-buku akidah. Barangsiapa yang menolak
dengan alasan karena haditsnya hadits ahad, juga tidak bisa menotaknya secara
penuh, atau mentakwilkan hadits tersebut dengan makna manusia di akhir zaman
nanti berpegang kepada akhlak al-Masih as., bersikap lembut, penyayang,
merangkul orang-orang dengan semangat, tujuan, dan subtansi hukum, bukan dengan
teks/ redaksi hukum, pendapat ini jelas-jelas `keliru', batil, menyalahi
pendapat mayoritas ulama Islam, bahkan terang-terangan menolak nash yang
tsabit (fakta) dan mutowatir, merupakan tindakan kriminal terhadap
syariah, lantang terhadap Islam dan nabi yang ma'shum Muhammd saw., menilai
sesuatu dengan hukum prasangka dan hawa nafsu, serta keluar dari kebenaran dan
petunjuk. Orang yang berpegang teguh dengan syariat, yang percaya seratus persen
kepada nabi yang membawa syariat tersebut, yang mengagungkan hukum serta segala
nash ajarannya, orang yang sampai sedemikian rupa tidak mungkin berani
mengatakan demikian. Pendapat yang mengatakan hadits yang membawa berita
turunnya nabi Isa adalah hadits ahad yang tidak bisa dijadikan landasan hukum,
adalah pendapat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pasalnya, hadits-hadits
yang memberitakan hal itu cukup banyak, diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits
shahih, kitab sunan dan kitab musnad para ulama hadits, dengan thariqul
hadits serta sanad yang bervariasi, mencukupi kriteria mutawatir.
Lalu, bagaimana mungkin orang yang berpengetahuan rendah tentang syariah
mengatakan tidak menerima dan tidak mau berpegang dengan haditshadits itu?
Sekiranya pun kita asumsikan, bahwa hadits itu adalah hadits ahad, tidak
semua hadits ahad yang tidak layak dijadikan landasan hukum. Yang paling
tepat, sesuai dengan metode ulama hadits dan ahli hahqiq hadits, bahwa hadits
ahad, jika thariq haditsnya banyak, sanadnya lurus dan tidak cacat, sah
dijadikan landasan hukun. Dengan metode ini, hadits-hadits tentang berita
turunnya nabi Isa adalah hadits yang status keshahihannya sudah lulus kriteria,
sanad dan riwayatnya juga bervariasi. Tiada ahsan yang tepat untuk menolak
hadits-hadits tersebut, ia sah dijadikan dalil, baik itu dinamakan hadits
ahaad ataupun hadits mutawatir. Dengan demikian, penanya atau
siapa saja diharapkan mengerti kekeliruan syubhat dan penyelewengan pendapat
tersebut dari jalan yang benar. Tindakan yang paling parah dan kelantangan
paling dahsyat terhadap Allah swt. dan Rasul-Nya saw. adalah pendapat yang
mentakwilkan hadits tersebut ke pengertian yang tiada sangkut pautnya dengan
dalil hadits. Pelaku ini telah menggabungkan dua kesalahan, yaitu pendustaan
atas nash dan ketidak percayaannya akan berita yang disebutkan hadits tentang
turunnya nabi Isa as, tentang nabi Isa akan menjadi hakim adil untuk sekalian
umat manusia, tentang nabi Isa membunuh Dajjal dan sebagainya. Secara tidak
langsung, pelaku tersebut telah mengidentikkan Rasulullah saw. selaku orang
paling tahu soal syariat Allah, menjadi orang yang mencampur-adukkan hukum serta
orang yang tidak sesuai antara ucapan dan maksud tujuannya, padahal redaksi
ucapannya cukup je(as. Ini adalah puncak pendustaan, pengelabuan serta
penggelapan terhadap umat yang seharusnya tidak masuk dalam kriteria seorang
rasul. Orang yang suka mentakwilkan ini persis seperti pemeluk paham ateis yang
menisbahkan para nabi dan rasul sebagai fantasi demi kepentingan mayoritas
manusia dan menurut mereka, yang dipetik dari ucapan para nabi bukanlah redaksi
yang sesungguhnya. Paham ini telah ditangkis oleh ahlul ilmi wal iman,
mereka telah mencoret paham tersebut dengan pena fakta dan bukti-bukti
akurat. Kita berdoa, semoga kita terlindungi dari penyakit hati, terhindar dari
kerancuan, dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, dari godaan syeitan. Dan kita
memohon kepada Allah semoga kita terbebas dari ketundukan terhadap hawa nafsu
dan syeitan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada kekuatan
yang dapat menyefamatkan kita kecuali kekuatan Alfah yang Maha Agung dan Maha
Perkasa. Kami berharap, keterangan-keterangan yang kami berikan dapat memuaskan
penanya dan dapat memperjelas jalan yang benar. Alhamdulillahirabbil'alamin.
Post a Comment