Berbuat Baik Kepada Mayit
Berbuat
Baik Kepada Mayit
Segala puji bagi Allah yang telah
mematikan dean menjadikan kubur sebagai tempat tinggalnya, kemudian bila Ia
menghendaki maka akan membangkitkannya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada manusia terbaik.
Aku
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak untuk disembah dengan benar melainkan
Allah semata, yang tiada sekutu bagiNya. Maha Hidup yang tidak tersentuh
kematian, sedangkan seluruh makhluk pasti akan menemui ajalnya. Aku juga
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya. Amma ba'du:
Tidak ada
seorangpun diantara kita pasti pernah mempunyai saudara dan kerabat yang
dicintai, yang telah mati dan meninggalkan kehidupan dunia fana ini. Sedangkan
orang tersebut punya kedudukan dan tempat yang tinggi didalam hati, namun
sekarang, catatan amalnya telah tertutup, kesempatan untuk beramal pun telah
tiada. Yang ada dirinya sekarang hanya rela tertimbun diantara tumpukan tanah,
tergadai bersama amalannya, dirinya hanya tinggal berharap dan menunggu rahmat
Rabbnya pada hari kiamat kelak.
Dirinya
begitu membutuhkan serta sangat menginginkan adanya kebaikan yang datang
menerangi kuburnya, menambah pahala, mengangkat derajat, serta menutupi
dosa-dosanya dulu yang pernah dilakukan oleh dirinya.
Mereka
sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan di alam kubur,
yang membatasi antara dunia dan akhirat. Dirinya tidak mungkin bisa kembali
lagi kedunia untuk mengerjakan amal kebajikan yang baru, agar bisa menambah
bekal amal sholeh. Allah ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ]
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ ٩٩ لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ
صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ كَلَّآۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَاۖ وَمِن
وَرَآئِهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ [ (سورة
المؤمنون 99- 100).
"(Demikianlah keadaan
orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku
berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka
ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan".
(QS al-Mu'minun: 99-100).
Betapa
bahagianya dia sekiranya tiba-tiba datang kepadanya kebaikan dari orang-orang
yang pernah hidup bersama ditengah-tengah mereka, atau dari orang lain, yang
hanya memiliki hubungan dalam ikatan agama yang agung ini. Sedangkan jarak
zaman antara dirinya dengan orang-orang tersebut sangatlah panjang dan terpaut
oleh tempat yang berjauhan?!
Sesungguhnya
itu merupakan kebahagian yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tidak pula
tertampung pada sebuah ruangan.
Pada
kenyataannya, hubungan kita yang melimpah, dan perasaan kita yang peka terhadap
keluarga kita yang telah meninggal, seharusnya menjadi sebuah praktek nyata.
Bisa membuahkan hasil yang bisa dipetik langsung oleh mereka, sehingga mereka
merasa bahagia didalam kegelapan liang lahat. Sungguh betapa terasa sempit
jalan-jalan yang ada dan terputus sudah harapan untuk bisa beramal shaleh, maka
dengan bukti nyata seperti itu, bisa sebagai wujud kebaikan kita kepada mereka
yang telah berada di alam kubur.
Dan
tatkala kami meminta untuk berbuat baik kepada ahli kubur secara aplikatif,
maka kami ingatkan secara tegas, bahwa barangsiapa yang meminta kepada ahli
kubur, manfaat atau menolak mara bahaya, maka hati-hati karena itu adalah
syirik besar dan merupakan sebuah dosa yang tidak akan diampuni. Seperti yang
ditegaskan oleh Allah ta'ala di dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ]
وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ
يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآئِهِمۡ غَٰفِلُونَ ٥ وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ
كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءٗ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ [.
(سورة الأحقاف 5- 6).
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang
yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan
(doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan
itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka". (QS AL-Ahqaf: 5-6).
Adapun
mereka, sekarang berada didalam kubur terpendam bersama amalnya, tinggal
menunggu mendapat balasan sesuai dengan amal perbuatannya. Tidak mempunyai
kemampuan, tidak pula kekuatan dan keutamaan untuk dirinya sendiri, tidak mati
tidak pula hidup, tanpa cahaya, lalu bagaimana mungkin mereka mampu menguasai
dan memberi orang lain?! Lebih jelasnya lihat firman Allah ta'ala berikut ini:
قال الله تعالى : ] وَلَا تَدۡعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَۖ فَإِن
فَعَلۡتَ فَإِنَّكَ إِذٗا مِّنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٠٦ وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرّٖ
فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يُرِدۡكَ بِخَيۡرٖ فَلَا رَآدَّ لِفَضۡلِهِۦۚ
يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ [ (سورة يونس 106-107).
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang
tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah;
sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau
begitu Termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu
kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.
dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak
kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS Yunus: 106-107).
Mereka
sebagaimana akan engkau lihat, sangat membutuhkan sekali orang yang mau berbuat
kebajikan untuknya, dengan bentuk amal sholeh agar kiranya bisa meringankan
adzab yang sedang diterimanya, bagi orang yang telah ditentukan mendapat adzab,
dan itu dengan keadilan Allah. Dan untuk mendongkrak derajatnya dan menambah kebaikan
yang dimilikinya, tentunya bagi orang yang ditentukan mendapat hal itu dengan
kasih sayangnya Allah, dirinya memperoleh ganjaran serta tameng untuk
melindungi dirinya dari adzabnya Allah.
Sebuah
pepatah mengatakan: 'Orang yang tidak mempunyai sesuatu tidak mungkin mampu
memberikan hal tersebut'. Orang yang sangat membutuhkan kasih sayang Allah
tidak mungkin mampu memberi kasih sayang tersebut pada orang lain, orang yang
sangat butuh pada ampunan Allah tidak akan mampu memberi pertolongan pada orang
lain. Lebih jelasnya simak firman Allah berikut ini:
قال الله تعالى : ] ذَٰلِكُمُ
ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ لَهُ ٱلۡمُلۡكُۚ وَٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ مَا يَمۡلِكُونَ
مِن قِطۡمِيرٍ ١٣ إِن تَدۡعُوهُمۡ لَا يَسۡمَعُواْ دُعَآءَكُمۡ وَلَوۡ سَمِعُواْ مَا
ٱسۡتَجَابُواْ لَكُمۡۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكۡفُرُونَ بِشِرۡكِكُمۡۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ
مِثۡلُ خَبِيرٖ [ (سورة
فاطر 13-14).
"Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu,
kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah
tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka,
mereka tiada mendengar seruanmu dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat
memperkenankan permintaanmu. dan dihari kiamat mereka akan mengingkari
kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai
yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui". (QS Faathir: 13-14).
Seorang
mayit, siapapun dia, walaupun dirinya termasuk keturunan terbaik dari anak cucu
Adnan, dalam hal ini yaitu Nabi kita shalallahu 'alaihi wa sallam, tetap beliau
tidak akan mampu memberi manfaat bagi orang yang masih hidup walau hanya
setipis kulit ari. Namun, segala manfaat, mara bahaya, kebaikkan dan kejelekan,
seluruhnya berada ditangan Dzat yang mempunyai kunci langit dan bumi, Dialah
yang Maha Mampu atas segala sesuatu. Bagaimana mungkin, dengan ini semua hati
lebih condong kepada selain Allah tabaraka wa ta'ala, yang dirinya masih
memungkinkan untuk didatangi oleh kematian. Sehingga terputus harapan mereka,
dan tertutup catatan amal mereka?!
Maka bagi
orang yang masih melakukan perbutana tersebut, demi Allah, dirinya berada
diatas kesesatan yang nyata. Melenceng jauh dari jalan Allah yang lurus. Dan
terjerumus kedalam perangkap syirik besar yang menghancurkan amal perbuatan,
dan mengharuskan dirinya masuk kedalam neraka. Duhai sungguh malang sekali
orang yang tergelincir kedalam kesesatan seperti itu! Sedangkan Allah ta'ala
berfirman tentang orang yang berbuat syirik:
قال الله تعالى : ]
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن
يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا بَعِيدًا [.
(سورة النساء 116).
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya". (QS an-Nisaa': 116).
Hati-hati
dari akibat buruk perbuatan bid'ah, dan terjerat dalam tipu daya setan! Karena
tidak semua amal sholeh boleh dihadiahkan untuk mayit, namun, hal tersebut
harus sesuai dengan aturan syari'at yang bijaksana, sehingga kita tidak
terjatuh kedalam perbuatan sia-sia serta berbahaya, dari perkara-perkara baru
dalam agama dan perbuatan bid'ah. Segala sesuatu yang ada nashnya maka kita
amalkan dengan harapan semoga Allah menerimanya. Dan sebaliknya, sesuatu yang
tidak ada nashnya, baik dari al-Qur'an maupun hadits Rasul shalallahu 'alaihi
wa sallam, maka kita berhenti dengan mencukupkan diri, tidak coba-coba
memberanikan diri untuk melampaui dan membikin amalan baru, sehingga seluruh
jerih payah kita tidak merugi, dan amal ibadah kita tidak runtuh. Karena agama Allah ta'ala di letakan pada
sikap yang tengah-tengah, antara orang yang ghuluw (berlebih-lebihan)
dan orang yang meremehkan. Dan bagi orang yang ingin selamat hendaknya dia
berpegang teguh dengan sikap yang tengah-tengah tidak melampaui batas dan
berlebih-lebihan.
Dan dalam
risalah ini saya mencoba –dengan segala keterbatasan ilmu- untuk mengumpulkan
nash-nash syar'iyah yang berkaitan dengan perkara-perkara apa saja yang bisa
memberi pengaruh baik bagi mayit oleh orang yang masih hidup. Maka risalah yang
saya susun ini, saya beri judul: 'al-Ihsan ilal Mauta', (Berbuat baik
kepada mayit).
Dan dalam
hal ini saya hanya mencukupkan untuk mengambil dalil-dalil yang jelas serta
hadits yang shahih tanpa panjang lebar didalam penjabaran tidak pula banyak
memberi pembagian didalam mengutarakan maksudnya.
Di sini
saya lebih mengutamakan untuk seringkas mungkin di dalam mengutip nash, baik
dari al-Qur'an maupun Hadits Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tanpa mengiringi
dengan komentar dari saya, dan bila ada maka itu sangat jarang sekali. Dan kita
sudah cukup alhamdulillah dengan dalil-dalil tersebut.
Dan saya
tidak mengkalim bahwa diriku telah berhasil mengumpulkan semua ayat maupun
hadits yang berkaitan dengan masalah ini didalam risalah ini secara sempurna,
hanya saja, saya menganggap bahwa tulisan ini hanya sebagai langkah awal dan
bangunan pertama, yang masih bisa terus dilanjutkan dan disempurnakan bagi
siapa saja yang menginginkannya.
Hanya
kepada Allah tempat bersandar dan bertawakal, Dzat yang memberi hidayah dan
petunjuk, dan kami berlindung kepada Allah dari perbuatan syirik dan kekufuran,
serta dari siksa api neraka dan adzab kubur. Ya Allah berilah kami taufik.
Post a Comment