Hakikat Iman Pada Hari Kemudian
Kajian kita kali ini adalah yang
berkaitan dengan keimanan pada hari akhir. Sudah dimaklumi bersama bahwa
keimanan pada hari akhir merupakan rukun kelima dari rukun iman yang enam. Dan Allah
Azza wa jalla menegaskan hal itu adalah firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ
أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ
مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ﴾ [البقرة: 177]
"Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, dan hari Kemudian..". (QS al-Baqarah: 177).
Demikian juga, berdasarkan sebuah sabda
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Sahabat Umar bin
Khatab radhiyallahu 'anhu, dalam haditsnya Jibril yang mashur, yang mana beliau
berkata: "Rasulallahu Shalallahu 'alaihi wa sallam persabda:
قالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: « الإِيْمَانُ
أَنْ تُؤْمِنَ بالله ِوَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ » [رواه مسلم]
"Iman
adalah engkau mempercayai Allah, para malaikat, kitab, para rasul dan hari
kemudian, serta engkau mempercayai adanya takdir yang baik maupun yang
buruk". [1]
a.
Beriman pada hari kemudian
menjadikan pola kehidupan seorang muslim lebih tertata, serta sensitif,
sehingga menggerakkan anggota badan untuk giat beribadah.
Hal itu sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah Ta'ala dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ إِنَّمَا يَعۡمُرُ
مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ
وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ
مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ ﴾ [التوبة: 18]
"Hanya saja orang-orang yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS
at-Taubah: 18).
Diantara
amalan tersebut ialah:
1. Jiwanya menjadi sensitif, sehingga cepat tanggap
terhadap nasehat.
Seperti
apa yang tercantum dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ وَإِذَا طَلَّقۡتُمُ
ٱلنِّسَآءَ فَبَلَغۡنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعۡضُلُوهُنَّ أَن يَنكِحۡنَ أَزۡوَٰجَهُنَّ
إِذَا تَرَٰضَوۡاْ بَيۡنَهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِۗ ذَٰلِكَ يُوعَظُ بِهِۦ مَن كَانَ مِنكُمۡ
يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۗ ذَٰلِكُمۡ أَزۡكَىٰ لَكُمۡ وَأَطۡهَرُۚ
وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ﴾ . (سورة البقرة 232)
"Apabila
kamu mencerai isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu
(para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan calon suaminya, apabila telah
terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang
dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan
hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui". (QS
al-Baqarah: 232).
Dan
juga sebagaimana yang tersirat dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ فَإِذَا بَلَغۡنَ
أَجَلَهُنَّ فَأَمۡسِكُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٍ أَوۡ فَارِقُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٖ وَأَشۡهِدُواْ
ذَوَيۡ عَدۡلٖ مِّنكُمۡ وَأَقِيمُواْ ٱلشَّهَٰدَةَ لِلَّهِۚ ذَٰلِكُمۡ يُوعَظُ بِهِۦ
مَن كَانَ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل
لَّهُۥ مَخۡرَجٗ ﴾ (سورة الطلاق 2)
"Apabila
mereka telah mendekati usai masa iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik
atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena
Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar". (QS
ath-Thalaaq: 2).
2. Senang dalam menggemban amanah.
Allah
Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَٱلۡمُطَلَّقَٰتُ
يَتَرَبَّصۡنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَٰثَةَ قُرُوٓءٖۚ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكۡتُمۡنَ
مَا خَلَقَ ٱللَّهُ فِيٓ أَرۡحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤۡمِنَّ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ
ٱلۡأٓخِرِۚ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَٰلِكَ إِنۡ أَرَادُوٓاْ إِصۡلَٰحٗاۚ
وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِي عَلَيۡهِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيۡهِنَّ دَرَجَةٞۗ
وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴾ (سورة البقرة
227).
"Wanita-wanita
yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS al-Baqarah: 228).
3. Bijak dalam berinteraksi, serta jauh dari
perbuatan tercela.
Sebagaimana yang digambarkan dalam sebuah
hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Bahwa
Rasulallahu Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: « مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ » [رواه
البخاري]
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaknya tidak menyakiti tetangganya. Dan barang siapa benar-benar
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia memuliakan tamunya,. Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia tidak
berkata kecuali yang baik atau diam".[2]
4. Tidak berani menerjang larangan-larangan Allah
Ta'ala.
Di riwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri
radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Rasulallahu Shalallahu 'alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ «
لاَ يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُسَافِرَ
سَفَرًا يَكُونُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصَاعِدًا إِلاَّ وَمَعَهَا أَبُوهَا أَوِ
ابْنُهَا أَوْ زَوْجُهَا أَوْ أَخُوهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ مِنْهَا » [رواه مسلم] .
"Haram
bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bepergian
selama tiga hari atau lebih melainkan harus ditemani oleh ayah atau anak, atau
suami, atau saudara atau mahramnya".[3]
Post a Comment