Hakikat Syafa'at
Hakikat Syafa'at
Segala
puji hanya untuk Allah Shubhanahu wa
ta’alla Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada RasulAllah Shubhanahu wa ta’alla ShalAllah Shubhanahu wa ta’allau ‘alaihi
wa sallam.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan
Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta’ala semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad ShalAllah
Shubhanahu wa ta’allau’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du.
Termasuk aqidah yang diyakini oleh Ahlu Sunah wal
Jama'ah ialah mengimani adanya syafa'at. Adapun syafa'at tersebut bisa
diklasifikasi menjadi dua:
Pertama :
Syafa'at yang batil, tidak benar.
Kedua :
Syafa'at yang dibenar.
Syafa'at
yang batil, tidak benar:
Yaitu
suatu benda yang biasa digantungkan oleh kaum musyrikin pada leher patung serta
berhala yang biasa mereka sembah dan mengklaim bahwasannya patung-patung
tersebut sebagai syafa'at mereka disisi Allah Shubhanahu wa ta’alla tabaraka wa ta'ala. Hal itu sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah Shubhanahu wa
ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡ
وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ ١٨ ﴾ [ يونس : 18]
"Dan
mereka menyembah selain daripada Allah Shubhanahu wa ta’alla apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan
mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi
Allah Shubhanahu wa ta’alla". (QS
Yunus: 18).
Dan pernyataan batil mereka yang diabadikan oleh Allah
Shubhanahu wa ta’alla Shubhanahu wa t’alla dalam firman -Nya:
﴿ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ
إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ ٣ ﴾ [ الزمر :3]
"(Kaum
musyrikin berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan sedekat-
dekatnya". (QS az-Zumar: 3).
Namun,
syafa'at yang seperti ini adalah bathil tidak berfaidah sedikitpun, sebagaimana
yang ditegaskan oleh Allah Shubhanahu wa
ta’alla azza wa jalla dalam firman -Nya:
﴿ فَمَا تَنفَعُهُمۡ شَفَٰعَةُ ٱلشَّٰفِعِينَ ٤٨ ﴾ [ المدثر : 48]
"Maka
tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan
syafa'at". (QS al-Muddatstsir: 48).
Syafa'at
yang dibenarkan:
Ialah syafa'at yang terpenuhi
didalamnya tiga syarat, yaitu:
1.
Ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla Shubhanahu wa ta’alla terhadap
orang yang memberi syafa'at.
2.
Radhonya Allah Shubhanahu wa ta’alla Shubhanahu wa ta’alla bagi
orang yang akan diberi syafa'at. Namun, pada saat terjadi syafa'at 'udhma
(syafa'at bagi seluruh orang) kelak dimauqif (tempat berkumpulnya seluruh manusia).
Maka syafa'at jenis ini total bagi semua orang baik yang diridhoi oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla maupun tidak
diridhoi.
3.
Dan mendapat izinnya Allah Shubhanahu wa ta’alla Shubhanahu wa ta’alla didalam
memberi syafa'at. Sedangkan izin ini tidak mungkin diperoleh melainkan setelah
terpenuhi dua syarat diatas, ridho Allah Shubhanahu
wa ta’alla terhadap orang yang memberi syafa'at dan yang akan dikasih
syafa'at. Hal itu berdasarkan nash-nash yang terkandung dalam al-Qur'an dimana Allah
Shubhanahu wa ta’alla ta'ala
berfirman:
﴿ وَكَم مِّن مَّلَكٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ
لَا تُغۡنِي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيًۡٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن
يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ ٢٦ ﴾ [ النجم : 26]
"Dan
berapa banyaknya Malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna,
kecuali sesudah Allah Shubhanahu wa ta’alla mengijinkan bagi orang yang
dikehendaki dan diridhai (Nya)".
(QS an-Najm: 26).
Didalam
ayat ini, Allah Shubhanahu wa ta’alla ta'ala
tidak mencantumkan bagi orang yang akan memberi syafa'at dan yang akan diberi
syafa'at supaya kandungan ayat ini cakupannya lebih luas.
Dalil
yang lain, sebuah firman Allah Shubhanahu
wa ta’alla ta'ala yang dengan tegas menjelaskan ketiga syarat diatas,
yaitu:
﴿ يَوۡمَئِذٖ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ
إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وَرَضِيَ لَهُۥ قَوۡلٗا ١٠٩ ﴾ [طه : 109]
"Pada
hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai
perkataannya". (QS Thahaa: 109).
Dan firman -Nya:
﴿ وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا
لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ ٢٨ ﴾ [ الأنبياء : 28]
"Dan
mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah
Shubhanahu wa ta’alla". (QS al-Anbiyaa':
28).
Pada ayat-ayat diatas tadi
menjelaskan kepada kita bahwa pada ayat yang pertama terkandung ketiga syarat
tersebut, sedangkan pada ayat kedua terkandung dua syarat, dan pada ayat
terakhir terkandung satu syarat.
Syafa'at yang dimiliki oleh
Nabi Muhammad ShalAllah Shubhanahu wa ta’allau 'alaihi wa allam, dan itu sangat banyak,
diantaranya:
Pertama: Syafa'atnya beliau bagi
ahli mauqif (orang-orang yang sedang berada dipadang mahsyar) sampai akhirnya
mereka diputuskan perkaranya oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla azza wa jalla setelah sebelumnya para Nabi menolak untuk meminta
syafa'at kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla, mulai dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa bin Maryam
'alaihimu shalatu wa sallam, hingga akhirnya sampai kepada beliau.
Inilah
yang dinamakan dengan syafa'at kubra, yang tidak mungkin didapat melainkan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
dan inilah syafa'at terbesar, karena dengan syafa'at tersebut manusia bisa
istirahat dari kesusahan yang sangat besar dan berat disaat menunggu keputusan
Allah Shubhanahu wa ta’alla di
mauqif.
Kedua:
Syafa'at beliau bagi penduduk surga untuk bisa memasukinya, hal itu terjadi,
karena penduduk surga manakala menyeberangi jembatan dan berhenti di qantharah
(tempat setelah shirat). Mereka masing-masing di
adili atas perbuatan dhalim yang pernah dilakukan satu sama lainnya. Akan
tetapi, tatkala telah selesai dan mereka mendatangi surga ternyata pintunya
masih terkunci, sehingga mereka meminta syafa'at kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam supaya mereka bisa masuk
kedalamnya.
Di
riwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Hudzaifah dan Abu Hurairah radhiallahu
'anhuma, keduanya mengatakan: 'Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَجْمَعُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى النَّاسَ فَيَقُومُ الْمُؤْمِنُونَ
حَتَّى تُزْلَفَ لَهُمُ الْجَنَّةُ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا أَبَانَا
اسْتَفْتِحْ لَنَا الْجَنَّةَ. فَيَقُولُ وَهَلْ أَخْرَجَكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
إِلاَّ خَطِيئَةُ أَبِيكُمْ آدَمَ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ. وفي آخر الحديث قال: فَيَأْتُونَ
مُحَمَّدًا -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُومُ فَيُؤْذَنُ لَهُ » [أخرجه مسلم]
"Kelak
Allah Shubhanahu wa ta’alla tabaraka wa ta'ala akan mengumpulkan manusia, lalu
orang-orang yang beriman berdiri dan mendekati surga, (namun masih terkunci)
kemudian mereka mendatangi Adam dan
mengatakan: 'Duhai bapak kami, mintalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla
supaya dibuka surga untuk kami'. Beliau menjawab: 'Bukankah kalian dikeluarkan
dari surga melainkan karena sebab kesalahan bapakmu, aku tidak layak untuk
itu'. Maka pada akhir hadits yang panjang ini dijelaskan: "Lantas mereka
mendatangi Muhammad, lalu beliau berdiri meminta syafa'at dan di izinkan oleh
Allah Shubhanahu wa ta’alla".
HR Muslim no: 195.
Ketiga: Dan syafa'at yang ini adalah kekhususan untuk
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yaitu syafa'at yang beliau berikan
kepada pamannya Abu Thalib, dimana beliau meminta syafa'at untuk pamannya
supaya diringankan dari adzabnya.
Dan hal
sebagaimana datang sebuah penjelasan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari al-Abas bin Abdul Muthalin radhiyallah 'anhu,
bahwasannya dia berkata kepada Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam: 'Apa
yang engkau berikan kepada pamanmu, sesungguhnya dia pernah melindungi dan
membelamu? Maka beliau menjawab:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ وَلَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ
الْأَسْفَلِ مِنْ النَّارِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Dia berada dineraka dengan siksa air yang
mendidih, kalaulah bukan karena (permintaanku) tentu dia sekarang berada
didasar api neraka". HR Bukhari no: 3883. Muslim no: 209.
Keempat: Syafa'at beliau terhadap orang-orang yang
sudah dicap sebagai penghuni neraka supaya tidak jadi masuk, dan jenis syafa'at
yang satu ini diberikan kepada beliau dan seluruh Nabi, shidiqin dan orang-orang beriman.
Sebagian
para ulama mengatakan: "Kesimpulan ini diambil dari do'anya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bagi kaum
mukminin dengan ampunan dan rahmat atas jenazah mereka, maka hal tersebut
mengharuskan mereka tidak jadi masuk ke dalam neraka, seperti apa yang
diucapkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam dalam do'anya:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِى سَلَمَةَ وَارْفَعْ
دَرَجَتَهُ فِى الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى الْغَابِرِينَ
وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ.
وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ »
[ أخرجه مسلم]
"Ya Allah, ampuni Abu Salamah, angkatlah derajatnya
bersama mereka yang mendapat petunjuk. Dan ciptakanlah pengganti dirinya bagi
orang-orang yang ditinggalkannya. Ampunilah dosa kami dan dosa-dosanya, wahai
Rabb sekalian makhluk. Luaskanlah kuburnya
dan berilah cahaya kepadanya dalam kuburnya". HR Muslim no:
920.
Kelima: Syafa'at yang beliau
berikan kepada orang-orang yang sudah masuk ke neraka supaya dikeluarkan
darinya. Adapun syafa'at ini juga berlaku untuk dirinya dan seluruh Nabi,
shidiqin dan selain mereka. Berdasarkan hadits-hadits mutwatir dalam masalah
ini. salah satunya ialah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Auf
bin Malik radhiyallahu ‘anhum, dia menceritakan: 'Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَتَانِي آتٍ مِنْ عِنْدِ رَبِّي فَخَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ يُدْخِلَ نِصْفَ
أُمَّتِي الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ وَهِيَ
لِمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا » [ أخرجه الترمذي]
"Ada
seorang malaikat utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang mendatangiku, lalu
memberi pilihan kepadaku antara dijadikan setengah dari umatku sebagai penduduk
surga atau memilih syafa'at. Maka aku memilih syafa'at, yang akan aku berikan
kepada orang-orang yang mati dengan tidak menyekutukan Allah Shubhanahu wa
ta’alla dengan sesuatu apapun". HR at-Tirmidzi no: 2441. Dinyatakan shahih oleh
al-Albani dalam shahih Sunan at-Tirmidzi 2/295 no: 1986.[1]
Keenam: Syafa'at yang beliau
berikan kepada kaum yang amalan kebajikan dan kejelekannya seimbang, maka
beliau beri mereka syafa'at agar dimasukan kedalam surga.[2]
Ketujuh: Syafa'at yang beliau
berikan supaya penduduk surga diangkat derajatnya sesuai dengan kadar dan
tingkat amal kebajikannya ketika didunia.
Kedelapan: Syafa'at terhadap
golongan dari kalangan umatnya, agar mereka masuk surga tanpa hisab dan adzab,
dan mereka sebanyak tujuh puluh ribu.
Kemudian ada golongan dari
orang-orang yang Allah Shubhanahu wa
ta’alla keluarkan dari neraka tanpa syafa'at namun karena rahmat dan kasih
saying -Nya. Sehingga tidak tersisa dineraka melainkan memang penduduk aslinya
yang kekal menjadi penghuninya.
Disebutkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallah 'anhu, bahwa
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتِ
الْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ
إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجُ
مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ قَدْ عَادُوا حُمَمًا
فَيُلْقِيهِمْ فِى نَهْرٍ فِى أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ نَهْرُ
الْحَيَاةِ فَيَخْرُجُونَ كَمَا تَخْرُجُ الْحِبَّةُ فِى حَمِيلِ السَّيْلِ أَلاَ
تَرَوْنَهَا تَكُونُ إِلَى الْحَجَرِ أَوْ إِلَى الشَّجَرِ مَا يَكُونُ إِلَى الشَّمْسِ
أُصَيْفِرُ وَأُخَيْضِرُ وَمَا يَكُونُ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ يَكُونُ أَبْيَضَ ». فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
كَأَنَّكَ كُنْتَ تَرْعَى بِالْبَادِيَةِ قَالَ « فَيَخْرُجُونَ كَاللُّؤْلُؤِ فِى
رِقَابِهِمُ الْخَوَاتِمُ يَعْرِفُهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ هَؤُلاَءِ عُتَقَاءُ
اللَّهِ الَّذِينَ أَدْخَلَهُمُ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ
وَلاَ خَيْرٍ قَدَّمُوهُ ثُمَّ يَقُولُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ فَمَا رَأَيْتُمُوهُ
فَهُوَ لَكُمْ.
فَيَقُولُونَ رَبَّنَا أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ.
فَيَقُولُ لَكُمْ عِنْدِى أَفْضَلُ مِنْ هَذَا فَيَقُولُونَ يَا رَبَّنَا أَىُّ
شَىْءٍ أَفْضَلُ مِنْ هَذَا. فَيَقُولُ رِضَاىَ فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ
بَعْدَهُ أَبَدًا » [ أخرجه البخاري و مسلم]
"Allah azza wa jalla
berfirman: 'Para malaikat telah memberi syafa'atnya, para Nabi telah selesai
memberi syafa'at, orang-orang beriman usai memberi syafa'atnya, tinggal giliran
Dzat yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla
menggenggam satu genggaman dari pendudukan neraka lalu dikeluarkan darinya
sekelompk kaum yang tidak pernah beramal kebaikan sedikitpun didunia. Mereka
sudah menjadi arang, lalu mereka dilempar ke sebuah sungai ditepi surga, yang
bernama sungai kehidupan. Kemudian mereka dikeluarkan darinya bagaikan benih tumbuh
yang terbawa banjir. Tidakkah kalian pernah melihat benih apakah ia menjadi batu
atau menjadi pohon, dan benih yang tersinari oleh sinar matahari terlihat
berwarna kekuning-kuningan dan kehijau-hijauan, dan yang tertutupi dari sinar
akan berwarna putih.
Para
sahabat menyela: 'Ya Rasulullah,
seakan-akan engkau hidup dipedalaman sehingga paham betul'. Lantas beliau
melanjutkan: "Setelah itu mereka keluar dari sungai tersebut, mereka
bagaikan permata dan dileher-leher mereka ada setempelnya yang dikenali oleh
penduduk surga kalau mereka adalah orang-orang yang telah dibebaskan oleh Allah
Shubhanahu wa ta’alla dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga tanpa amalan
yang mereka kerjakan, tidak pula kebajikan yang mereka persembahkan.
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla berkata pada mereka:
"Masuklah kalian kedalam surga, engkau akan mendapati kenikmatan yang
tidak pernah kalian lihat sebelumnya". mereka menjawab: " wahai Rabb
kami, Engkau telah menganugerahi kami sesuatu yang belum pernah diberikan pada
seorangpun dari makhluk -Mu. Lalu Allah Shubhanahu wa ta’alla ta'ala berfirman:
"Ada (satu lagi) yang lebih baik dari itu semua itu untuk kalian". Merekapun
penasaran: 'Wahai Rabb kami, mana lagi yang lebih baik dari ini semua? Allah
azza wa jalla menjawab: "Ridho -Ku,
Aku tidak akan murka lagi kepada kalian selama-lamanya". HR Bukhari no: 4581. Muslim no: 183.
Akhirnya
kita ucapkan segala puji hanya milik Allah Shubhanahu
wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad Shubhanhu wa ta’alla, keluarga
beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment