Kiat Menjadi Pribadi Yang Bekemauan Kuat
Kiat Menjadi Pribadi Yang Bekemauan Kuat
Segala
puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan
Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku juga bersaksai bahwa
Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah
seorang hamba dan utusanNya. Amma ba'du:
Diantara sekian banyak
sifat terpuji yang sangat dianjurkan oleh syari'at kita ialah 'kemauan yang
kuat', artinya yaitu mempersiapkan akal dan jiwa dengan kuat sambil di iringi
kemauan untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan. [1]
Itulah yang dinamakan
dengan kemauan yang kuat, dimana pelakunya mampu menahan beban kesulitan dan
menerjang tantangan demi tercapainya apa yang diinginkan. Seorang penyair
melantunkan qasidahnya dalam bait syairnya:
Beban musibah akan terasa sulit dan pahit
Dan tidak mudah hilang kecuali
bagi orang yang sabar
Dan sifat penyabar ini
tidak mungkin direngkuh melainkan oleh orang-orang sukses dari kalangan orang yang
punya kemauan dan keinginan yang kuat. Allah tabaraka wa ta'ala berfirman
kepada NabiNya Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam:
﴿
فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ ٣٥﴾ [ الأحقاف : 35]
"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari para Rasul yang telah bersabar". (QS al-Ahqaf: 35).
Sehingga
orang yang mempunyai keinginan serta kemauan kuat bisa merengkuh apa yang di
inginkan yang barangkali hal itu suatu yang mustahil bagi selain mereka. Al-Mutanabi
mengatakan dalam bait syairnya:
Cita-cita kalau dilihat orang
yang kuat
Akan
menjadi kenyataan
Namun, bila yang melihat orang
yang lemah
Sesuatu yang
mudahpun akan terasa sulit
Sebaliknya, orang yang rendah kemauan, biasanya tidak banyak dapat
mewujudkan keinginannya, dirinya enggan untuk mengejar target impiannya.
Tatkala mereka punya cita-cita justru yang dilihat adalah orang yang gagal,
kemudian melihat bencana dan musibah yang menimpanya, sehingga hal tersebut
menjadikan dirinya loyo untuk mengejar keinginannya. Lebih payah lagi, kalau
dirinya lebih senang untuk memanjakan diri sendiri dari pada berpikir bagaimana
cara memperoleh impiannya. Seorang penyair mengatakan:
Siapa orangnya yang mengejar impian tanpa berusaha
Sama
saja, dengan membuang umur untuk perkara yang mustahil
Ingin mulia namun enggan untuk mencari
Sedangkan orang cari mutiara juga harus menyelam
Ada
banyak sekali dalam lembaran al-Qur'an, dimana Allah ta'ala memuji
mereka-mereka yang mempunyai keinginan yang kuat dan cita-cita yang tinggi,
ambil satu contoh saja, firmanNya Allah ta'ala kepada kita tentang kisahnya
para Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, sebagai bentuk suri tauladan yang harus
selalu kita garis bawahi sebagai bekal hidup. Allah ta'ala berfirman:
﴿
وَٱذۡكُرۡ عِبَٰدَنَآ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ أُوْلِي
ٱلۡأَيۡدِي وَٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٥ ﴾ [ص: 45]
"Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq
dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang
tinggi". (QS Shaad: 45).
Dan Allah ta'ala juga mewasiatkan kepada NabiNya Yahya
'alaihi sallam agar memegangi akhlak yang satu ini, lebih jelasnya lihat
firmanNya tabaraka wa ta'ala:
﴿
يَٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡكِتَٰبَ بِقُوَّةٖۖ ١٢ ﴾ [ مريم: 12]
"Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan
sungguh-sungguh". (QS Maryam: 12).
Perintah
yang sama juga Allah ta'ala tujukan kepada nabiNya, Isa 'alaihi sallam tatkala
menurunkan Taurat kepadanya, Allah ta'ala berfirman:
﴿
فَخُذۡهَا بِقُوَّةٖ وَأۡمُرۡ قَوۡمَكَ يَأۡخُذُواْ بِأَحۡسَنِهَاۚ ١٤٥ ﴾ [ الأعراف: 145]
"Maka (kami berfirman): "Berpeganglah
kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada
(perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya.
(QS al-A'raaf: 145).
Demikian
juga perintah secara umum pada kita semua selaku penganut umatnya Muhammad
shalallahu 'alaihi wa sallam. Allah ta'ala berfirman:
﴿
خُذُواْ مَآ ءَاتَيۡنَٰكُم بِقُوَّةٖ ١٧١ ﴾ [ الأعراف: 171]
"(Dan
Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami
berikan kepadamu". (QS al-A'raaf: 171).
Dan Allah
azza wa jalla telah mengabarkan pada kita, kisah bapak kita Adam 'alaihi
sallam. Dimana Allah ta'ala memasukkan beliau kedalam surga serta memberi ijin
untuk menikmati segala macam bentuk kesenangan, kecuali satu pohon, dimana
Allah melarang supaya jangan sampai memakannya. Maka, datanglah iblis
membisikkan padanya, serta memberi janji-janji palsu dan menipunya hingga
prinsip teguh yang dipegang oleh Adam didalam mematuhi perintah Allah melemah
sampai mengurai kekuatannya, lalu akhirnya diapun memakan pohon tersebut.
selanjutnya, dia memperoleh balasan dengan dikeluarkan dari surga, negeri penuh
nikmat dan kesenangan. Lalu diturunkan ke negeri yang penuh dengan cobaan,
kesedihan, kegundahan dan kekhawatiran. Dan dalam hal ini, Allah ta'ala
menyatakan dalam firmanNya:
﴿
وَلَقَدۡ عَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ ءَادَمَ مِن قَبۡلُ فَنَسِيَ وَلَمۡ نَجِدۡ
لَهُۥ عَزۡمٗا ١١٥ ﴾ [ طه: 115]
"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada
Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya
kemauan yang kuat". (QS Thahaa: 115).
Nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah mengilustrasikan secara gamblang
gambaran orang yang punya keinginan yang kuat serta melaksanakan kemauan yang
teguh pada dirinya. Dalam sebuah hadits dijelaskan, Telah datang orang kafir
Quraisy kepada pamannya Abu Thalib, seraya mengultimatum: 'Wahai Abu Thalib,
bukankah engkau telah melihat pada Muhammad yang telah menyakiti kita didepan
khalayak, dan didalam masjid kita, cegahlah dirinya agar tidak menyakiti kami
lagi'.
Abu Thalib
adalah orang yang bijak, maka beliau menyuruh anaknya Aqil untuk memanggil
keponakannya Muhammad, datangkan wahai Aqil Muhammad, perintah Abu Thalib pada
Aqil. Bergegas Aqil memanggil Muhammad, setelah sampai dihadapannya, pamannya
berbicara: 'Duhai anak suadaraku! Sesungguhnya anak pamanmu mengadu padaku,
kalau dirimu telah menganggu mereka didepan khalayak dan dalam masjid mereka,
maka jangan engkau lakukan lagi'.
Maka
Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam memperhatikan (dalam salah satu riwayat
diterangkan, memandang secara lekat dengan pandangannya) ke langit, lalu
berkata: 'Aku tidak akan berhenti dari perkara ini walau kalian taruh matahai
dipundakku'. Maka Abu Thalib mengatakan: 'Demi Allah, tidak pernah sekalipun
keponakanku berdusta, lalu beliau menyuruh kaumnya kembali'. [2]
Dalam
sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Ahmad, dari Miswar bin
Makhramah serta Marwan bin al-Hakam, disebutkan bahwa Nabi shalallahu 'alaihi
wa sallam berkata manakala terjadi perjanjian Hudaibiyah:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا وَيْحَ قُرَيْشٍ لَقَدْ أَكَلَتْهُمْ الْحَرْبُ مَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ
خَلَّوْا بَيْنِي وَبَيْنَ سَائِرِ النَّاسِ فَإِنْ أَصَابُونِي كَانَ الَّذِي
أَرَادُوا وَإِنْ أَظْهَرَنِي اللَّهُ عَلَيْهِمْ دَخَلُوا فِي الْإِسْلَامِ
وَهُمْ وَافِرُونَ وَإِنْ لَمْ يَفْعَلُوا قَاتَلُوا وَبِهِمْ قُوَّةٌ فَمَاذَا
تَظُنُّ قُرَيْشٌ وَاللَّهِ إِنِّي لَا أَزَالُ أُجَاهِدُهُمْ عَلَى الَّذِي
بَعَثَنِي اللَّهُ لَهُ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللَّهُ لَهُ أَوْ تَنْفَرِدَ هَذِهِ
السَّالِفَةُ » [أخرجه البخاري]
"Sungguh celaka kalian wahai Quraisy, kalian
telah termakan oleh perang, kenapa kalian tidak biarkan urusanku dengan
manusia, jika mereka bisa mengalahkanku maka itulah yang mereka inginkan, dan
jika Allah menghendaki untuk menampakan kemenanganku atas mereka maka mereka akan
masuk Islam secara berbondong-bondong, dan kalau sekiranya mereka enggan, maka
mereka akan berhadapan dengan orang yang punya kekuatan. Apalagi yang kalian
sangka wahai Quraisy!
Demi
Allah, aku akan selalu berjihad untuk menyebarkan apa yang Allah utus pada
diriku sampai kiranya Allah menampakannya dimuka bumi atau sampai akhirnya aku
menemui kematian". HR Bukhari no: 2731-2732. Ahmad 31/211 no: 18910.
Diantara
kisah orang yang punya kemauan kuat yang tertulis dalam sejarah dan patut
disyukuri ialah sikap Abu Bakar shidiq radhiyallahu 'anhu dalam kisah yang
masyhur setelah kematian Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, yaitu tatkala
sebagian kabilah arab murtad dari Islam dengan enggan untuk membayar zakat
serta berbuat kemunafikan. Untuk itu Aisyah mengatakan: "Kalau seandainya
dirinya dihadapkan dengan sebuah gunung yang kokoh, tentu beliau tidak melewati
kecuali setelah meratakannya".
Sehingga, ada ucapan beliau yang sangat terkenal, yang selalu dikenang
oleh umat, yaitu: "Sungguh aku pasti akan memerangi orang yang membedakan
antara sholat dan zakat. Sesungguhnya zakat adalah haknya harta, demi Allah
kalau seandainya mereka enggan mengeluarkan zakat yang dulu pernah mereka
keluarkan kepada Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam, tentu aku akan
perangi mereka". HR Bukhari no: 1400 dan Muslim no: 20.
Kemudian,
diantara kisah yang terkenal pula adalah kisahnya Imam Ahmad bin Hanbal semoga
Allah merahmatinya tentang sikap beliau ketika terjadi fitnah besar yang
mengatakan al-Qur'an adalah makhluk. Dan juga kisah-kisah lainnya dari para
ulama yang menjelaskan ketinggian kemauan yang mereka miliki, yang bertebaran
dalam buku-buku biografi dan sejarah.
Catatan yang perlu digaris bawahi:
- Kemauan
yang kuat itu ada yang terpuji dan ada yang tercela. Adapun yang tercela
adalah manakala dia lebih mementingkan pada perkara-perkara yang tidak
bisa meraih keridhoan Allah atau mendahulukan perkara duniawi daripada
ukhrawi. Sedangkan yang terpuji adalah kebalikan dari itu semua. Dan kami
telah jelaskan bahwa dalam hal ini ada dua rukun yang tidak boleh timpang,
yaitu ketakwaan dan kesabaran, dalilnya:
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
﴿
وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
١٨٦ ﴾ [ آل عمران: 186]
"Jika
kamu bersabar dan bertakwa, Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan". (QS al-Imraan: 186).
Sedangkan dalam ketakwaan maka harusnya
dibarengi dengan adanya ilmu, hal tersebut seperti yang Allah jelaskan dalam
firmanNya:
﴿
وَٱذۡكُرۡ عِبَٰدَنَآ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ أُوْلِي
ٱلۡأَيۡدِي وَٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٥ ﴾ [ص: 45]
"Dan ingatlah hamba-hamba
Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar
dan ilmu-ilmu yang tinggi". (QS Shaad: 45). Orang yang punya ilmu akan terang
didalam menjalankan agama.
- Bagi
orang yang dikaruniai oleh Allah kemauan yang kuat, hendaknya ia
mengetahui bahwa hal itu adalah karunia dari Allah azza wa jalla. Serta
nikmat yang Allah berikan padanya, yang dengan itu, seharusnya disyukuri
dan mengetahui darimana datangnya nikmat tersebut. inilah, yang menjadi
petunjuk seperti yang dijelaskan dalam al-Qur'an, Allah ta'ala berfirman:
﴿
فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
١٥٩ ﴾ [ آل عمران: 159]
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya". (QS al-Imraan: 159).
- Hati-hati
dari sikap plin plan, dan biasanya hal itu muncul karena dipicu oleh
minimnya ilmu. Oleh karena itu, apabila sudah menentukan pilihan yang dia
targetkan hendaknya berusaha untuk mengerjakan jangan bimbang dan ragu. Seorang
penyair mengatakan:
Jika engkau punya otak cemerlang, banyaklah
bercita-cita
Dan tanda otak yang
cekak ialah suka berkelu kesah
Tatkala akan turun perang Uhud, Nabi shalallahu
'alaihi wa sallam punya pendapat untuk tetap tinggal di madinah dan menghadapi
kaum musyrikin dari dalam. Namun, manakala banyak para pemuda dari kalangan
sahabat yang berkemauan untuk menghadapi mereka diluar kota, maka Nabi memakai
baju perangnya. Ketika diisyaratkan untuk melepasnya, maka beliau enggan dan
mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّهُ لَيْسَ لِنَبِيٍّ إِذَا لَبِسَ
لَأْمَتَهُ أَنْ يَضَعَهَا حَتَّى يُقَاتِلَ »
[أخرجه أحمد]
"Sesungguhnya tidak layak bagi seorang Nabi, yang
telah memakai baju perangnya kemudian dia tanggalkan hingga dia berangkat
jihad". HR Ahmad 23/100 no: 14787.
Inilah
akhir dari kajian kita, dan kita ucapkan segala puji bagi Allah, Rabb seluruh
makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita
Muhammad, pada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment