Pelajaran Yang Terpetik Dari Kisahnya Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu
Pelajaran Yang Terpetik Dari Kisahnya Abdullah bin
Mas'ud Radhiyallahu
'anhu
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Berikut
ini adalah untaian yang terangkum dari perjalanan hidup seorang ulama besar
ahli ilmu yang pernah dimiliki oleh umat ini. Sang pemberani dari kalangan
pemberani, seorang sahabat mulia dari para sahabatnya Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam. Maka kita tampilkan kisah perjalanan hidupnya,
guna bisa kita ambil dan petik pelajaran serta ibroh darinya.
Sahabat
ini termasuk dari generasi pertama yang masuk Islam, beliau masuk Islam pada
awal-awal kedatangannya, lalu ikut bersama sahabat lainnya hijrah ke Habasyah
serta Madinah, mengikuti peperangan Badr serta seluruh peristiwa penting
lainnya. Dan menyertai Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau termasuk yang biasa menyiapkan air untuk bersuci serta sendalnya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam, juga siwak dan tempat duduknya. Beliau termasuk
pemegang kunci rahasianya, dan menceritakan hadits dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan jumlah riwayat yang
sangat banyak.
Setelah
hijrah ke Madinah dirinya dipersaudarakan oleh Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan Sa'ad bin Mu'adz. Dan beliau
pernah mengatakan tentang dirinya: 'Aku sudah pernah melihat semuanya. Dan aku
nyatakan tidak ada dimuka bumi yang muslim selain kami'. Beliau juga pernah menyatakan: 'Demi Allah, yang tidak
ada ilah yang berhak untuk disembah selain Allah Shubhanahu wa ta’alla. Tidaklah ada surat dari al-Qur'an
yang turun melainkan aku telah mengetahui dimana turunnya, tidak pula turun
sebuah ayat dari al-Qur'an kecuali aku mengetahui tentang apa diturunkan. Dan
kalau sekiranya aku mengetahui ada seseorang yang lebih mengetahui dariku dari
kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla pastilah akan
aku datangi dimanapun tempatnya'.[1]
Beliau
juga pernah mengkisahkan tentang dirinya: "Demi Allah, aku telah mengambil
langsung dari mulut Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam (belajar langsung) tujuh puluh lebih surat dalam
al-Qur'an. Demi Allah, para sahabat Nabi muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengetahui bahwa diriku adalah orang yang paling paham tentang kitab
Allah Shubhanahu wa ta’alla sedangkan aku
bukanlah orang terbaik diantara mereka".[2]
Sesungguhnya,
tanpa dipungkiri beliau adalah Imam yang penuh dengan lautan ilmu, orang yang
paling fakih dari umat ini, beliau bernama Abdullah bin Mas'ud bin Ghaafil
al-Hudzali al-Makki al-Muhajiri yang berayah
Abu Abdurahman, serumpun dari Bani Zahrah. Beliau
seseorang yang berpostur tubuh pendek lagi kurus, berkulit agak hitam.
Disebutkan oleh adz-Dzahabi: 'Beliau terhitung dalam barisan para jenius yang
sangat cerdas dikalangan para ulama sahabat, dirinya sangat banyak sekali
meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam'. Dalam hal ini, telah datang
penjelasan dari hadits Nabawi yang menerangkan akan keutamaan serta kedudukan
beliau dalam hadits-hadits yang sangat banyak.
Diantarannya ialah:
Pertama:
Hadits yang dibawakan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa al-Asy'ari
radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:
« قَدِمْتُ أَنَا وَأَخِي مِنْ الْيَمَنِ
فَمَكَثْنَا حِينًا مَا نُرَى ابْنَ مَسْعُودٍ وَأُمَّهُ إِلَّا مِنْ أَهْلِ
الْبَيْتِ مِنْ كَثْرَةِ دُخُولِهِمْ وَلُزُومِهِمْ لَهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Aku
datang bersama saudaraku dari Yaman ke kota Madinah lalu tinggal disana
beberapa lama, dan tidaklah kami melihat Ibnu Mas'ud dan ibunya melainkan kami
mengira bahwa mereka berdua termasuk dari keluarga Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam dikarenakan seringnya mereka keluar masuk kedalam rumah
beliau serta acap menyertainya". HR Bukhari no: 3763. Muslim no: 2460.
Kedua:
Seperti yang dikeluarkan oleh Bukhari dari haditsnya Abdurahman bin Yazid
radhiyallahu 'anhu, dirinya mengkisahkan:
« سَأَلْنَا حُذَيْفَةَ عَنْ رَجُلٍ قَرِيبِ
السَّمْتِ وَالْهَدْيِ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى
نَأْخُذَ عَنْهُ فَقَالَ مَا أَعْرِفُ أَحَدًا أَقْرَبَ سَمْتًا وَهَدْيًا
وَدَلًّا بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ » [أخرجه البخاري]
"Kami
pernah bertanya kepada Hudzaifah tentang seseorang yang paling mendekati serta
menetapi petunjuk Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam sampai kiranya kami bisa mengambil ilmu darinya. Maka beliau menjawab:
"Tidak ada yang lebih aku ketahui ada orang yang sangat dekat dan menetapi
serta menerapkan dengan petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari pada Ibnu Ummu
Abdu". HR Bukhari no: 3762.
Ketiga:
Sebuah riwayat yang dibawakan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu al-Ahwash
radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan:
« شَهِدْتُ أَبَا مُوسَى وَأَبَا مَسْعُودٍ
حِينَ مَاتَ ابْنُ مَسْعُودٍ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ أَتُرَاهُ تَرَكَ
بَعْدَهُ مِثْلَهُ فَقَالَ إِنْ قُلْتَ ذَاكَ إِنْ كَانَ لَيُؤْذَنُ لَهُ إِذَا
حُجِبْنَا وَيَشْهَدُ إِذَا غِبْنَا » [أخرجه مسلم]
"Aku
pernah menyaksikan Abu Musa dan Abu Mas'ud tatkala anak Abu Mas'ud meninggal
keduanya saling mengatakan pada yang lain, apakah engkau melihat ada seseorang
yang semisal dengannya? Maka beliau mengatakan: 'Sesungguhnya ucapanmu itu, ia
adalah orang yang menutupi kita bila kita hadir dan menyaksikan dengan kebaikan bila kita tidak ada". HR Muslim no: 2461.
Keempat:
Masih riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Alqomah,
beliau menceritakan: "Aku masuk ke negeri Syam lalu masuk masjidnya dan melakukan
sholat dua raka'at. Kemudian aku berdo'a: "Ya Allah, mudahkanlah aku
bertemu dengan teman duduk yang baik". Disana aku melihat ada seorang tua
yang mendatangiku tatkala sudah dekat maka aku berkata dalam hati; 'Semoga ini
do'a tadi yang aku panjatkan, Allah telah kabulkan'.
Ketika
sudah berada dihadapanku, dia bertanya: 'Dari mana engkau berasal? Dari Kufah,
jawabku. Dirinya lantas mengatakan: 'Bukankah ada ditengah-tengah kalian
pemilik dua sendal, sajadah, serta tempat bersuci. Bukankah ada ditengah-tengah
kalian seseorang yang telah terjaga dari setan, bukankah ada ditengah-tengah
kalian seorang pemegang kunci rahasia yang tidak diketahui oleh lainnya.
Bagaimana dengan bacaan Ibnu Ummu Abdu, firman Allah ta'ala:
﴿ وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَىٰ ١ ﴾ [ الليل: 1]
"Demi malam apabila menutupi
(cahaya siang)". (QS al-Lail: 1).
Aku pun menirukan bacaannya
tadi.
﴿وَٱلَّيۡلِ
إِذَا يَغۡشَىٰ ١ وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ ٢ وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰٓ
٣﴾[الليل:1-3]
"Demi malam apabila menutupi
(cahaya siang). Dan siang apabila terang benderang. Dan penciptaan laki-laki
dan perempuan". (QS al-Lail: 1-3).
Orang
tersebut lalu menambahkan: 'Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
membacakan surat ini dari bibirnya kepada dia secara langsung". Mereka
lalu mengulang-ulang kalimat tersebut sampai-sampai mereka seakan-akan
mengusirku untuk pulang ke negeriku".
HR Bukhari no: 3760. Muslim no: 824.
Kelima: Beliau
termasuk ulamanya para sahabat serta pengajar al-Qur'an mereka. Hal tersebut,
sebagaimana yang diterangkan oleh sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari
dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhu.
Bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فَبَدَأَ بِهِ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ
وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Ambillah
oleh kalian al-Qur'an dari empat orang, Ibnu Ummu Abdu –Beliau memulai
dengannya-, Mu'adz bin Jabal, Ubai bin Ka'ab, dan Salim mantan sahaya
Hudzaifah". HR Bukhari no: 3760. Muslim no: 2464.
Keenam:
Dirinya telah mengumpulkan ilmu yang sangat banyak dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
dengan sebab mulazamahnya beliau bersama Nabi
Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam. Dijelaskan dalam sebuah
riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhari dari haditsnya, beliau menceritakan
tentang dirinya: 'Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah berkata padaku:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذْنُكَ عَلَىَّ أَنْ يُرْفَعَ
الْحِجَابُ وَأَنْ تَسْتَمِعَ سِوَادِى حَتَّى أَنْهَاكَ » [أخرجه البخاري ]
"Engkau
meminta izin padaku supaya diangkat tabir, supaya dirimu bisa mendengar ilmu
yang banyak sampai kiranya aku cegah". HR Bukhari no: 2169.
Ketujuh:
Dan yang menunjukan tentang keilmuan beliau serta amanahnya didalam menjaga
ilmu, ialah sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya
dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan:
« قَالَ كُنْتُ أَرْعَى غَنَمًا لِعُقْبَةَ
بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ فَمَرَّ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ فَقَالَ يَا غُلَامُ هَلْ مِنْ لَبَنٍ قَالَ قُلْتُ
نَعَمْ وَلَكِنِّي مُؤْتَمَنٌ قَالَ فَهَلْ مِنْ شَاةٍ لَمْ يَنْزُ عَلَيْهَا
الْفَحْلُ فَأَتَيْتُهُ بِشَاةٍ فَمَسَحَ ضَرْعَهَا فَنَزَلَ لَبَنٌ فَحَلَبَهُ
فِي إِنَاءٍ فَشَرِبَ وَسَقَى أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ لِلضَّرْعِ اقْلِصْ
فَقَلَصَ قَالَ ثُمَّ أَتَيْتُهُ بَعْدَ هَذَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
عَلِّمْنِي مِنْ هَذَا الْقَوْلِ قَالَ فَمَسَحَ رَأْسِي وَقَالَ يَرْحَمُكَ
اللَّهُ فَإِنَّكَ غُلَيِّمٌ مُعَلَّمٌ » [أخرجه أحمد]
"Aku
biasa bekerja mengembala kambing milik Uqbah bin Abu Mu'ith, pada suatu ketika
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakar lewat ditempatku,
maka beliau berkata padaku: 'Wahai anak kecil, apakah engkau punya susu? Aku
jawab: 'Ia, aku punya tapi bukan milikku'. Beliau bertanya kembali: 'Apakah ada
kambing yang akan dikawinkan? Maka aku datangkan seekor kambing betina,
kemudian beliau mengusap pentil susunya yang tiba-tiba keluar air susunya,
selanjutnya beliau memerasnya dan menaruh disebuah bejana, kemudian meminumnya,
dan mengasih lebihnya pada Abu Bakar, kemudian mengatakan pada kelenjar susu:
'Keringlah'. Tiba-tiba air susunya menjadi kering seperti semula. Kemudian aku
mendekati beliau sambil mengatakan: 'Ya Rasulallah, ajarilah aku ucapan seperti
tadi'. Maka beliau mengusap kepalaku sembari mengatakan: 'Semoga Allah
merahmatimu, sesungguhnya engkau anak kecil yang gemar belajar". HR Ahmad 6/82 no: 3598.
Adalah
Umar radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan tentang beliau: 'Beliau tak ubahnya
bejana yang banyak menampung ilmu'. Beliau mengatakan seperti itu karena
melihat umurnya yang masih kecil namun bersamaan dengan itu dia adalah orang
yang paling tahu tentang ilmu dikalangan para sahabat.
Kedepalan:
Adalah para sahabat merasa takjub dengan betisnya yang kurus, akan tetapi Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang kedudukan
betisnya tersebut disisi Allah azza wa jalla. Sebagaimana yang disebutkan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Mas'ud
radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan:
«انه كان يجتني سواكا من الأراك وكان دقيق
الساقين فجعلت الريح تكفؤه فضحك القوم منه فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم مم
تضحكون قالوا يا نبي الله من دقة ساقيه فقال والذي نفسي بيده لهما أثقل في الميزان
من أحد»
[أخرجه أجمد]
"Aku
pernah mengambil kayu siwak (beliau adalah orang yang betisnya kecil), maka
angin meniup bajuku sehingga menyingkap betisku, sehingga hal itu menjadikan
para sahabat mentertawakannya. Melihat itu Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam yang berada disitu membelanya sembari mengatakan: "Kenapa kalian
tertawa? Mereka menjawab: 'Wahai Nabi Allah, lihat pada betisnya yang kecil
itu'. Beliau mengatakan: "Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan -Nya,
sungguh kedua betisnya itu lebih berat timbangannya dari pada gunung
Uhud". HR Ahmad 7/99
no: 3991.
Kesembilan:
Beliau adalah orang yang do'anya mustajabah. Sebagaimana yang disebutkan dalam
sebuah hadits, darinya beliau menceritakan:
« أَنَّهُ كَانَ فِي الْمَسْجِدِ يَدْعُو
فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَدْعُو فَقَالَ
سَلْ تُعْطَهْ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لَا
يَرْتَدُّ وَنَعِيمًا لَا يَنْفَدُ وَمُرَافَقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَعْلَى غرف الجنة جنة الخلد » [أخرجه احمد]
"Aku
pernah berada didalam masjid sambil berdo'a, kemudian Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam masuk masjid dan dirinya masih berdo'a, dan mengatakan
padanya: 'Mintalah pasti Allah akan memberimu'. Sedangkan do'a yang dipanjatkan
ialah: "Ya Allah, aku memohon padaMu iman yang tidak menjadikan diriku
berpaling, dan nikmat yang tidak sirna, serta bisa menemani NabiMu dikamar
tertinggi disurga kelak, surga nan kekal". HR Ahmad 6/346 no: 3797.
Dari
kata-katanya yang perlu ditulis dengan tinta emas ialah:
Beliau
pernah mengatakan: 'Ada dua perkara baik yang dibenci oleh manusia, kematian
dan kefakiran. Kalau sekiranya dia fakir lalu bisa bersabar maka itu baik
baginya, dan jika dirinya dikarunia kekayaan sesungguhnya dia bisa banyak
berinfak, karena sejatinya pada tiap dua keadaan tadi ada haknya Allah yang
wajib ditunaikan". [3]
Diantara
ucapannya adalah apabila beliau duduk dia mengatakan: "Sesungguhnya kalian
berlalu bersama hari-hari, siang dan malam. Sedangkan ajal semakin
mendekatinya, dan amalan telah tercatat rapi, dan kematian datang dengan
tiba-tiba. Barangsiapa menanam kebaikan dikhawatirkan dirinya akan semakin
merindukan hasilnya, sedang siapa yang menanam keburukan ditakutkan dirinya
akan menuai penyesalan. Dan bagi setiap orang yang menanam pasti dirinya akan
memetik hasilnya sesuai dengan tanamannya, tidak mungkin amalnya mendahului
keengganannya untuk beramal tidak pula semangatnya mendahului takdirnya, maka
barangsiapa dikasih kebaikan, Allah Shubhanahu wa ta’alla lah
yang memberinya, dan siapa yang meminta dijaga dari kejelekan maka -Dia yang menjaganya, orang yang
bertakwa akan menjadi pemimpin, dan orang yang fakih akan memimpin, sedang
duduk bersama mereka akan menambah kebaikan". [4]
Beliau
juga pernah mengatakan: "Barangsiapa menginginkan akhirat dirinya harus menjadi
orang yang sabar didunia, dan siapa yang menginginkan dunia maka dirinya akan
menjadi orang yang sengsara diakhirat, duhai kaum, carilah negeri yang kekal
dengan negeri yang akan engkau tinggalkan".
Beliau
mengatakan: "Sesungguhnya aku paling benci melihat seseorang yang banyak
waktu luang namun tidak ada amalan, baik untuk akhirat maupun dunia".
Tatkala
beliau sakit, maka Utsam menjenguknya dan menanyakan keadaan sambil berkata:
"Apa yang sekarang engkau takutkan? Dosa-dosaku, jawabnya. Utsman bertanya
kembali: 'Dan apa yang paling engkau harapkan? Rahmat Rabbku, jawabnya.
Bagaimana kalau kiranya aku panggilkan dokter, tawar Utsman. Dirinya menjawab:
'Dokter itu akan menjadikan diriku bertambah sakit'. Apakah engkau butuh
sesuatu, tanya Utsman. Aku tidak membutuhkan apa-apa, jawabnya lagi". [5]
Al-Hafidh
Ibnu Hajar mengatakan: 'Disebutkan oleh Bukhari dalam Tarikhnya dengan sanad
yang shahih dari haditsnya Ibnu Dhohir, dirinya menceritakan: "Telah
sampai berita kematian Abdullah bin Mas'ud ditelinga Abu Darda, maka beliau
mengatakan: 'Tidak ada peninggalan umat yang semisal dengannya sepeninggal
beliau".[6]
Ubaidullah
bin Abdullah mengatakan: "Beliau meninggal di Madinah dan dikubur
dipemakaman Baqi' pada tahun tiga puluh dua hijriyah".[7]
Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla meridhoi
Abdullah bin Mas'ud, dan membalasnya atas kebaikannya pada Islam dan kaum
muslimin dengan sebaik-baik balasan, serta mengumpulkan kita bersama beliau
dikampung pemuliaan -Nya, bersama para Nabi, Shidiqin, Syuhada serta Sholihin,
dan mereka adalah sebaik-baik teman.
Akhirnya
kita tutup kajian ini dengan ucapan segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan pada Nabi kita
Muhammad, pada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment