Mendulang Faidah dari surat Al Qomar


Mendulang Faidah dari surat Al Qomar
Segala puji hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’allaTa'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada RasulAllah Shubhanahu wa ta’allaShalAllah Shubhanahu wa ta’allau ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Dalam salah satu ayat yang ada didalam surat al-Qomar Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman kepada kita semua selaku umat pembawa risalah terakhir:

﴿ إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَنَهَرٖ ٥٤ فِي مَقۡعَدِ صِدۡقٍ عِندَ مَلِيكٖ مُّقۡتَدِرِۢ ٥٥﴾ [القمر: 54-55]
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai. Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa".  (QS al-Qomar: 54-55).

Al-Hafidh Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat diatas dalam tafsirnya: "Firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَنَهَرٖ ٥٤ ﴾ [القمر: 54]
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai".  (QS al-Qomar: 54).

Maksudnya keadaannya berbeda dengan orang-orang yang sengsara, dimana mereka dalam kebingungan, dilempar kedalam neraka diatas wajah mereka, kepanasan dibarengi dengan celaan, ancaman serta siksaan".[1]
Adapun yang dimaksud dengan takwa adalah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla serta meninggalkan apa yang dilarang oleh -Nya, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.[2]
Dan maksud firman Allah ta'ala: "Di dalam taman-taman dan sungai-sungai". Artinya didalam kebun yang banyak pepohonannya. Dan dinamakan surga dengan janah karena apa yang ada didalamnya tertutupi pemandangannya, dikarenakan begitu banyak pepohonan serta ranting yang ada disekitarnya. Sedangkan sungai-sungai yang mengalir dibawahnya maksudnya berada dibawah pohon-pohon tersebut serta dibawah istana, yang disebutkan memiliki empat macam dalam al-Qur'an, sebagaimana yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam firman -Nya:

﴿ مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ فِيهَآ أَنۡهَٰرٞ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ ءَاسِنٖ وَأَنۡهَٰرٞ مِّن لَّبَنٖ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُۥ وَأَنۡهَٰرٞ مِّنۡ خَمۡرٖ لَّذَّةٖ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنۡهَٰرٞ مِّنۡ عَسَلٖ مُّصَفّٗىۖ وَلَهُمۡ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَمَغۡفِرَةٞ مِّن رَّبِّهِمۡۖ كَمَنۡ هُوَ خَٰلِدٞ فِي ٱلنَّارِ وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمٗا فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ ١٥  ﴾ [ محمد: 15]
"(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?". (QS Muhammad: 15).[3]

Selanjutnya Allah ta'ala berfirman:

﴿ فِي مَقۡعَدِ صِدۡقٍ عِندَ مَلِيكٖ مُّقۡتَدِرِۢ ٥٥ ﴾ [القمر: 55]
"Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa".  (QS al-Qomar: 55).

Maksudnya dikampung pemuliaan Allah Shubhanahu wa ta’alla serta keridhoan -Nya disisi Penguasa Agung, Maha Pencipta segala sesuatu dan semuanya dibawah kekuasaan -Nya. Dialah Maha Kuasa atas segala apa yang mereka inginkan dan kehendaki.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abdullah bin Amr radhiyAllah Shubhanahu wa ta’allau 'anhuma, beliau berkata: 'Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِى حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya orang-orang yang adil berada disisi Allah Shubhanahu wa ta’alla diatas mimbar dari cahaya, disisi tangan kanannya Allah azza wa jalla, dan kedua tangan -Nya adalah kanan. (sifat mereka) adalah berbuat adil didalam menghukumi, adil pada keluarganya dan tidak peduli". HR Muslim no: 1827.

Pelajaran yang bisa dipetik dari dua ayat diatas:
Pertama: Bahwa takwa merupakan faktor untuk meraih kemenangan agar bisa masuk surga dan selamat dari siksa neraka. Sebagaimana ini juga didukung oleh firman Allah Shubhanahu wa ta’alla yang lain, seperti:

 ﴿ وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمٗا مَّقۡضِيّٗا ٧١ ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيّٗا ٧٢ ﴾ [ مريم: 71-72]
"Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut".  (QS Maryam: 71-72).

Dan Allah ta'ala mengatakan:

﴿ تِلۡكَ ٱلۡجَنَّةُ ٱلَّتِي نُورِثُ مِنۡ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيّٗا ٦٣ ﴾ [ مريم: 63]
"Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa".  (QS Maryam: 63).

Kedua: Bahwa kalimat surga itu datang dengan kata yang menunjukan arti banyak, ini menjelaskan pada kita bahwa surga itu banyak bukan hanya satu. Hal itu didasari oleh sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ummu Haritsah radhiyallahu 'anha, bahwa pernah dirinya datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata: "Wahai Nabi Allah Shubhanahu wa ta’alla, tidakkah engkau sudi mengabarkan padaku tentang Haritsah, dulu dia mati diperang Badr, terkena panah, kalau sekiranya ia disurga maka aku rela, dan jika bukan itu yang didapat maka biarkan diriku menangisinya'. Maka Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam berkata padanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا أُمَّ حَارِثَةَ إِنَّهَا جِنَانٌ فِي الْجَنَّةِ وَإِنَّ ابْنَكِ أَصَابَ الْفِرْدَوْسَ الْأَعْلَى » [أخرجه البخاري]
"Wahai Ummu Haritsah sesungguhnya anakmu berada disalah satu surga, dan puteramu berada disurga Firdaus yang tertinggi". HR Bukhari no: 2809.

Ketiga: Bahwa didalam surga ada sungai-sungai yang mengalir dibawahnya, akan tetapi sungai disurga sangat jauh berbeda dengan sungai yang pernah kita lihat didunia, Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa didunia ini dengan apa yang ada disurga melainkan hanya sekedar namanya saja". [4]
Sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, menjelaskan hal itu pada kita, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ} » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Allah Shubhanahu wa ta’allata'ala berfirman: 'Aku siapkan bagi para hambaKu yang sholeh (kenikmatan) yang tidak pernah mereka lihat, tidak pernah terdengar sebelumnya oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak manusia'. Abu Hurairah mengatakan: 'Bacalah kalau kalian mau firman Allah Ta'ala:

﴿ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٧﴾ [السجدة : 17]
"Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan".  (QS as-Sajdah: 17). HR Bukhari no: 3244. Muslim no: 2824.

Keempat: Bahwa didalam ayat Allah ta'ala mensifati keadaan orang-orang yang bertakwa bahwasannya mereka berada ditempat yang disenangi.
Al-Qurthubi menjelaskan maksud ayat diatas dengan mengatakan: "Firman -Nya: "Di tempat yang disenangi". Maksudnya dalam majelis kebaikkan yang tidak terdengar didalamnya perkataan sia-sia tidak pula dosa, dan itu letaknya disurga seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam ayat yang lain, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:

﴿ لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوٗا وَلَا تَأۡثِيمًا ٢٥ إِلَّا قِيلٗا سَلَٰمٗا سَلَٰمٗا ٢٦ ﴾ [الواقعة: 25-26]
"Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. Akan tetapi mereka mendengar ucapan salam".  (QS al-Waaqi'ah: 25-26).

Kelima: Menetapkan kemampuan Allah azza wa jalla untuk berbuat atas segala sesuatu. Hal itu dipertegas lagi dalam firman -Nya yang lain:

﴿ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعۡلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٥٩﴾ [البقرة: 259]
"Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah Shubhanahu wa ta’allamenghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Kuasa atas segala sesuatu".  (QS al-Baqarah: 259).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah kisah yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud kisahnya seseorang yang terakhir masuk surga. Disebutkan padanya bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla berkata padanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَيُرْضِيكَ أَنْ أُعْطِيَكَ الدُّنْيَا وَمِثْلَهَا مَعَهَا. وفي رواية عند البخاري: وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا .قَالَ يَا رَبِّ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّى وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ. فَيَقُولُ إِنِّى لاَ أَسْتَهْزِئُ مِنْكَ وَلَكِنِّى عَلَى مَا أَشَاءُ قَادِرٌ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Relakah jika sekiranya Aku beri engkau dunia dan yang semisal bersamanya.(Dalam redaksi Bukhari) "Dan sepuluh kali yang semisal dengannya? Ia menjawab: "Wahai Rabbku, apakah Engkau hendak mengejekku, sedangkan Engkau adalah Rabb seluruh makhluk? Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman: "Aku tidak sedang mengejekmu, namun Aku Maha Mampu atas segala sesuatu".  HR Bukhari no: 6571. Muslim no: 186.

Kita akhiri kajian kita kali ini dengan mengucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla limpahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan seluruh para sahabatnya.



[1] . Tafsir Ibnu Katsir 13/310.
[2] . Majmu' Fatawa 10/667.
[3] . Dinukil dari kitab Min Ahkaamil Qur'anil Karim oleh Syaikh Ibnu Utsaimin hal: 128.
[4] . Tafsir Ibnu Katsir 1/322.

Tidak ada komentar