Siapakah Mukmin Sejati?
Siapakah Mukmin Sejati?
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai
bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa
sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Kajian
kita kali ini menghadirkan firman Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam surat al-Anfaal pada awal surat yang bunyinya:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ
زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٢ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ
رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٤ ﴾ [الأنفال : 2-4]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat -Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia". (QS
al-Anfaal: 2-4).
Kita
mulai dari firman Allah ta'ala:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ ٢ ﴾ [الأنفال : 2]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetar hati mereka". (QS al-Anfaal: 2).
Maksudnya merasa takut dan khawatir, sehingga rasa
takut kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla tersebut mengharuskan mereka menjauh dari perkara
haram. Karena rasa takut kepada -Nya
merupakan bukti paling nyata yang akan meniadakan bagi pemiliknya dari
perbuatan dosa.
Kemudian
Allah ta'ala melanjutkan:
﴿ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ
ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا ٢ ﴾ [الأنفال : 2]
"Dan apabila dibacakan ayat-ayat -Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya ". (QS
al-Anfaal: 2).
Sisi yang bisa mendongkrak keimanan mereka ialah
karena ketika mereka dibacakan ayat-ayat Allah Shubhanahu
wa ta’alla mereka memasang pendengaran, serta menghadirkan hati
untuk mentadaburinya, sehingga dengan sebab itu, iman mereka bertambah. Karena
tadabur termasuk amalan hati, kemudian bacaan tersebut setidaknya mampu untuk
menjelaskan makna yang benar sekiranya mereka tidak tahu, atau mengingatkan
mereka tatkala lupa, atau mendorong hati
mereka untuk melakukan kebaikan serta merindukan pada karunia Rabbnya, atau
merasa takut dari adzab dan maksiat. maka ini semua termasuk faktor yang bisa mndongkrak keimanannya.
Selanjutnya
Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:
﴿ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
٢ ﴾ [الأنفال : 2]
"Dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal". (QS al-Anfaal: 2).
Artinya mereka menyandarkan hati mereka kepada Rabbnya
semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya
didalam mengharap maslahat, dan menolak mara bahaya, baik dari sisi dunia
maupun agama. Mereka begitu yakin bahwasannya Allah Shubhanahu
wa ta’alla pasti akan melakukan hal tersebut. Dan Dzat yang
ditawakali ialah yang akan menanggung seluruh amalan tersebut, sehingga amalan
tersebut tidak mungkin bisa terwujud dan sempurna kecuali dengan ijin Allah
azza wa jalla.
Selanjutnya
Allah ta'ala berfirman:
﴿ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
٣ ﴾ [الأنفال : 3]
"(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat". (QS al-Anfaal: 3).
Yaitu baik sholat yang wajib maupun yang sunah dengan
menyempurnakan seluruh kandungannya baik amalan yang dhohir maupun yang batin,
seperti halnya menghadirkan hati dalam sholat yang merupakan ruh dan inti
sarinya sholat.
Lalu
Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan:
﴿ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ
٣ ﴾ [الأنفال : 3]
"Dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka". (QS
al-Anfaal: 3).
Nafkah-nafkah yang wajib seperti zakat dengan segala
jenisnya serta membayar kafarah, terus nafkah untuk istri dan sanak keluarga,
atau untuk membayar sumpah. Lalu nafkah yang sunah seperti sedekah pada segala
sarana kebajikan yang ada.
Allah
ta'ala melanjutkan:
﴿ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
حَقّٗاۚٞ ٤ ﴾ [الأنفال: 4]
"Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya". (QS
al-Anfaal: 4).
Maksudnya orang-orang yang mempunyai sifat-sifat
seperti diatas, maka merekalah orang yang imannya benar-benar sempurna, karena
mereka telah mampu memadukan antara Islam dan iman antara amalan yang dhohir
dan yang bathin dan antara ilmu dengan amal.
Selanjutnya
Allah ta'ala berfirman:
﴿ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ
وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٤ ﴾ [الأنفال : 4]
"Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia". (QS al-Anfaal: 4).
Artinya mereka akan memperoleh derajat yang tinggi didalam surga sesuai dengan amalan yang telah
dilakukan, ditambah dosa-dosanya diampuni, serta memperoleh rizki yang mulia
sebagaimana yang telah Allah Shubhanahu wa
ta’alla janjikan pada mereka di kampung kemuliaan -Nya, dimana kenikmatannya tidak pernah terlihat
sebelumnya oleh pandangan, tidak pernah terdengar oleh pendengaran, dan tidak
pernah terlintas dalam benak manusia.
Pelajaran yang bisa dipetik
dari ayat mulia diatas:
Pertama: Bahwa menangis karena takut kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla merupakan syi'arnya
orang-orang yang beriman dan bertakwa. Hal tersebut didukung oleh firman -Nya:
﴿ وَإِذَا سَمِعُواْ مَآ أُنزِلَ
إِلَى ٱلرَّسُولِ تَرَىٰٓ أَعۡيُنَهُمۡ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمۡعِ مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ
ٱلۡحَقِّۖ يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱكۡتُبۡنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ ٨٣ ﴾ [ المائدة: 83]
"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan
kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan
kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka
sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka
catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran
dan kenabian Muhammad)". (QS al-Maaidah: 83).
Dalam
sebuah hadits disebutkan bahwa orang yang takut kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla lalu menangis maka akan
menjadikan dirinya terbebas dari api neraka. Sebagaimana yang tercantum dalam
sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya dari Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau bercerita: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « عينان لا تسمهما النار عين بكت من خشية
الله وعين باتت تحرس في سبيل الله » [أخرجه الترمذي]
"Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka,
(pertama) mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan (kedua) mata yang
terjaga untuk jihad dijalan Allah". HR at-Tirmidzi no: 1639. Dan
dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahihul Jami' no: 4113.
Beliau sendiri adalah orang
yang banyak menangis dikarenakan rasa takutnya yang besar kepada Allah azza wa
jalla, setelahnya adalah orang-orang sholeh dikalangan umatnya, keadaan mereka
juga tak jauh berbeda dalam rangka mengikuti suri tauladannya.
Dan
dalam sebuah ayat, Allah tabaraka wa ta'ala mengancam bagi mereka yang memiliki
hati namun terkunci mati dengan ancaman yang keras. Seperti yang disinggung
oleh Allah dalam firman -Nya:
﴿ فَوَيۡلٞ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم
مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ٢٢ ﴾ [الزمر: 22]
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah
membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang
nyata". (QS
az-Zumar: 22).
Kedua: Didalam penggalan ayat diatas, tepatnya yang
berbunyi:
﴿ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ
ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا ٢ ﴾ [الأنفال : 2]
"Dan apabila dibacakan ayat-ayat -Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya ". (QS
al-Anfaal: 2).
Dalam ayat ini, jelas sekali disebutkan adanya iman
yang bertambah. Hal tersebut juga didukung oleh banyak ayat pada kesempatan
yang lain, seperti firman Allah ta'ala:
﴿ وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ
فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ ١٢٤﴾ [التوبة: 124]
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka
(orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang
bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?". (QS at-Taubah: 124).
Demikian
juga dalam firman -Nya:
﴿ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ
فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ
جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا ٤ ﴾ [الفتح: 4]
"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada). dan kepunyaan Allah -lah tentara langit dan bumi
dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS al-Fath: 4).
Juga
telah disebutkan dalam ayat -Nya:
﴿ لِيَسۡتَيۡقِنَ ٱلَّذِينَ
أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَيَزۡدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِيمَٰنٗا ٣١ ﴾ [المدثر: 31]
"Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya
orang-orang yang diberi Al kitab dan orang-orang mukmin itu tidak
ragu-ragu". (QS
al-Muddatstsir: 31).
Dan ayat-ayat diatas dan yang semisal dengannya,
semuanya menunjukan adanya dalil iltizam (keharusan) kalau iman itu juga
bisa berkurang, karena segala sesuatu kalau bisa bertambah tentunya juga dapat
berkurang, maka dijelaskan oleh para ulama bahwa iman itu bisa bertambah dengan
ketaatan sedangkan berkurangnya disebabkan karena maksiat.
Untuk semakin jelas, maka telah disebutkan oleh hadits
Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam yang dengan jelas mengatakan iman bisa berkurang.
Yaitu dalam hadits syafa'at, sebagaimana yang dikeluarkan oleh Bukhari dan
Muslim, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَكَانَ فِى قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Akan dikeluarkan dari
neraka seseorang yang pernah mengucapkan 'laa ilaha illah' dan masih menyisakan
didalam hatinya kebaikan walaupun seberat biji sawi". HR Bukhari no: 7510. Muslim no: 192.
Ketiga: Diambil faidah dari firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ ٢ ﴾ [الأنفال : 2]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetar hati mereka". (QS al-Anfaal: 2).
Bahwa iman itu mencakup tiga perkara; Keyakinan dalam
hati, Mengucapkan dengan lisan, dan Mengamalkan dengan anggota badan. Dan
didalam dua ayat diatas terkumpul hal tersebut semuanya. Amalan hati tersirat
dalam masalah tawakal dan bertambah keimanan serta yang lainnya, amalan lisan
tercantum dalam masalah mengingat Allah Shubhanahu
wa ta’alla dan membaca al-Qur'an, sedang amalan anggota badan
tertera dalam firman -Nya:
﴿ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ ﴾ [الأنفال : 3]
"(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka". (QS al-Anfaal: 3).
Keempat: Ayat-ayat diatas menunjukan pada kita bahwa orang
yang tidak bisa menambah keimanannya dengan hanya mendengar bacaan al-Qur'an
maka barangkali justru hal tersebut menambah jauh darinya. Berdasarkan firman
Allah ta'ala:
﴿ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم
مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ ١٢٥ ﴾ [التوبة: 125]
"Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit, Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping
kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir". (QS
at-Taubah: 125).
Kelima: Tawakal termasuk cabang keimanan yang besar,
berdasarkan firman -Nya:
﴿ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
٢ ﴾ [الأنفال : 2]
"Dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal". (QS al-Anfaal: 2).
Keenam: Sayangnya Allah ta'ala kepada para hamba -Nya, dimana Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyebut bahwa apa yang mereka infakkan hanyalah rizki
yang diberikan pada mereka, lantas bagaimana mungkin setelah itu mereka menjadi
bakhil?
Ketujuh:
Banyak orang yang mengklaim dirinya orang beriman, akan tetapi, seorang mukmin
sejati ialah mereka yang terkumpul padanya sifat-sifat yang disebutkan pada
ayat diatas, dimana Allah Shubhanahu wa
ta’alla menegaskan
setelahnya:
﴿ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
حَقّٗا٤ ﴾ [الأنفال : 4]
"Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya". (QS
al-Anfaal: 4).
Kedelapan: Kedudukan orang beriman tinggi saling
bertingkat-tingkat, berbeda satu sama lainnya. Adapun kedudukan orang kafir
juga saling bertingkat namun menurun kebawah. Berdasarkan firman -Nya:
﴿ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ
٤ ﴾ [الأنفال : 4]
"Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya". (QS
al-Anfaal: 4).
Ini
bagi orang beriman, adapun orang kafir, maka Allah ta'ala berfirman:
﴿ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ فِي
ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ ١٤٥ ﴾ [النساء: 145]
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu
(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah didasar neraka". (QS an-Nisaa': 145).
Disebutkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
"Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَتَرَاءَوْنَ
أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ
الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ مِنْ الْمَشْرِقِ أَوْ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا
بَيْنَهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا
يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ قَالَ بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا
بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Sesungguhnya
penduduk surga bisa saling melihat penghuni kamar yang berada diatasnya,
sebagaimana kalian melihat bintang yang berkilau yang tersisa diufuk timur
maupun barat sesuai kedudukan yang ada diantara mereka". Para sahabat
bertanya: "Ya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, apakah itu kedudukannya
para nabi, yang tidak mungkin bisa kita capai? Maka beliau menjelaskan:
"Tidak, demi Dzat yang jiwaku ditangan -Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan mempercayai para Rasulnya". HR Bukhari no: 3256. Muslim no: 2831.
Sembilan:
Termasuk anugerah dari pahala yang diperoleh orang beriman ialah didekatkan
kepada Rabb mereka, berdasarkan firman -Nya:
﴿ عِندَ رَبِّهِمۡ ٤ ﴾ [الأنفال: 4]
"Di sisi Tuhannya".
(QS al-Anfaal: 4).
Sepuluh: Orang-orang beriman sebelum mereka masuk kedalam
surga akan dibersihkan terlebih dahulu dari kekurangan dan dosa. Berdasarkan
firman Allah ta'ala:
﴿ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ
٤ ﴾ [الأنفال : 4]
"Dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia". (QS al-Anfaal: 4).
Sebelas: Nikmat rizki yang akan diperoleh oleh orang beriman
didalam surga sangatlah banyak, luas, indah serta terus mengalir. Berdasarkan
firman -Nya:
﴿ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٤ ﴾ [الأنفال : 4]
"Serta rezki (nikmat) yang
mulia". (QS al-Anfaal: 4).
Inilah
akhir dari kajian kita kali ini, kita panjatkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment