Hati-hati, Sifat Lalai Mengintaimu
Hati-hati, Sifat Lalai Mengintaimu
Segala
puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan
Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku juga bersaksai bahwa
Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah
seorang hamba dan utusanNya. Amma ba'du:
Di antara sekian banyak sifat
tercela yang telah datang peringatannya dari Allah serta RasulNya ialah sifat ghoflah
(lalai). Allah ta'ala berbicara tentang orang kafir sebagai celaan untuknya
dalam firmanNya, yaitu:
قال الله تعالى: ﴿ يَعۡلَمُونَ ظَٰهِرٗا مِّنَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ عَنِ ٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ غَٰفِلُونَ
٧ ﴾ [ الروم: 7]
"Mereka hanya mengetahui
yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan)
akhirat adalah lalai". (QS ar-Ruum: 7).
Dan menjelaskan tentang
Fir'aun dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ فَٱلۡيَوۡمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنۡ خَلۡفَكَ ءَايَةٗۚ وَإِنَّ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنۡ ءَايَٰتِنَا لَغَٰفِلُونَ ٩٢ ﴾ [ ينس: 92]
"Maka pada hari ini Kami
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan kami". (QS Yunus: 92).
Dan Allah ta'ala berfirman yang secara
umum di tunjukan untuk kita semua, anak cucu Adam sebagai peringatan:
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
وَٱطۡمَأَنُّواْ بِهَا وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِنَا غَٰفِلُونَ ٧ أُوْلَٰٓئِكَ
مَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٨
﴾ [ ينس: 7-8]
"Sesungguhnya orang-orang
yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa
puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan
orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka,
disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan". (QS Yunus: 7-8).
Ahli bahasa, Ibnu Faris menjelaskan:
"al-Ghaflah ialah hilangnya sesuatu dari benak seorang insan dan
tidak teringat akan hal tersebut. dan kalimat ini, bisa juga di gunakan bagi
seseorang yang meninggalkan perkara karena meremehkan atau berpaling darinya.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ta'ala dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ ١ ﴾
[ الأنبياء: 1]
"Telah dekat kepada
manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam
kelalaian lagi berpaling (daripadanya)". (QS al-Anbiyaa': 1). [1]
Dan dengan tegas Allah subhanahu wa
ta'ala telah melarang NabiNya dari sifat ghoflah ini, seperti yang Allah
terangkan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا تَكُن
مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥﴾ [الأعراف: 205]
"Dan sebutlah (nama)
Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai". (QS
al-A'raaf: 205).
Dalam kesempatan lain Allah
ta'ala menjelaskan:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ
وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ
ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ
هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨ ﴾ [ الكهف: 28]
"Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". (QS al-Kahfi: 28).
Bisa jadi sikap lalai ini sebagai
bentuk hukuman dari Allah pada seorang hamba disebabkan oleh perbuatan maksiat
yang di kerjakan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ta'ala dalam
firmanNya:
"Mereka itulah
orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh
Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai". (QS
an-Nahl: 108).
Di
riwayatkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abdullah bin Umar dan Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhuma, bahwa keduanya pernah mendengar dari Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda diatas mimbarnya:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ الْجُمُعَاتِ أَوْ
لَيَخْتِمَنَّ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنَ الْغَافِلِينَ »
[أخرجه مسلم]
"Pasti akan ada
segolongan orang yang meninggalkan sholat jum'at, lantas Allah kunci hati-hati
mereka sehingga menjadi orang-orang yang lalai". HR Muslim no: 865.
Mungkin ada yang bertanya, sejatinya apa
penyebab sifat lalai ini, sehingga seorang mukmin bisa menghindar? Saya katakan
bahwa faktor tersebut sangat banyak, diantaranya:
- Terlalu
lama meninggalkan ziarah kubur, mengingat kematian serta akhirat.
Seperti yang telah disinggung
oleh Allah ta'ala dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢ ﴾ [ التكاثر: 1-2]
"Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur". (QS at-Takaatsur: 1-2).
Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan ayat
diatas dalam tafsirnya: "Mereka lalai dengan cinta dunia, kenikmatan serta
perhiasannya dari pada mencari bekal untuk akhirat serta pahalanya. Kalian
terus berkepanjangan dengan kondisi tersebut sampai akhirnya datang kematian,
di masukan ke dalam kubur dan menjadi salah seorang penghuninya. Seperti yang
dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ
ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
﴾ [ ال عمران: 185]
"Tiap-tiap yang bernyawa
pasti akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (QS al-Imraan: 185).[2]
Dijelaskan dalam sebuah hadits,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أكثروا ذكر هادم اللذات
» [أخرجه ابن ماجة ]
"Perbanyaklah kalian
mengingat pemutus kenikmatan -yaitu kematian-". HR Ibnu Majah no:
2307. Di nilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/266 no:
1877.
Dalam redaksinya Muslim dan
juga Ibnu Majah, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ» [أخرجه مسلم وابن ماجة]
"Berziarahlah kubur
sesungguhnya dalam ziarah kubur bisa mengingatkan kalian (tentang) akhirat".
HR Muslim no: 976. Ibnu Majah no: 1569. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu.
Maka sudah selayaknya seorang mukmin
mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Rabbnya, jangan sampai dirinya terus
dalam kelalaian. Karena sungguh, dihadapannya ada kondisi, situasi serta
peristiwa-peristiwa besar yang begitu agung. Disana ada kematian, meregang
maut, kegelapan kubur, ditiup sangkakalA, bangkit dari kubur, peristiwa hari
kiamat, titian, timbangan, dan lain sebagainya dari peristiwa-peristiwa besar
yang lain. Dan Allah ta'ala telah
menyebutkan hal tersebut dengan gamblang dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَنُفِخَ فِي ٱلصُّورِۚ ذَٰلِكَ يَوۡمُ ٱلۡوَعِيدِ ٢٠ وَجَآءَتۡ كُلُّ
نَفۡسٖ مَّعَهَا سَآئِقٞ وَشَهِيدٞ ٢١ لَّقَدۡ كُنتَ فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا فَكَشَفۡنَا
عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلۡيَوۡمَ حَدِيدٞ ٢٢
﴾ [ ق: 20-22]
"Dan ditiuplah
sangkakala. itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri,
bersama dengan dia seorang Malaikat penggiring dan seorang Malaikat penyaksi.
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada
hari itu amat tajam". (QS Qaaf: 20-22).
Imam Ahmad membawakan sebuah hadits dalam
musnadnya dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ
كَثِيرًا وَلَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشَاتِ وَلَخَرَجْتُمْ
إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللَّهِ » [أخرجه أحمد]
"Kalau seandainya
kalian mengetahui seperti halnya apa yang aku ketahui tentulah kalian akan
sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian tidak akan banyak bersenang-senang
bersama istri-istri kalian di atas ranjang. Dan tentu kalian akan keluar rumah
ke jalan-jalan lantas berdo'a serta memohon (ampunan) kepada Allah ta'ala".
HR Ahmad 35/405 no: 21516.
Seorang penyair mengatakan
dalam bait qosidahnya:
Demi Allah, kalau sekiranya
manusia mengetahui
Kenapa mereka
diciptakan, tentu tidak bisa tidur
Mereka diciptakan untuk
perkara yang jika ia melihat
Dengan mata hati, pasti
mereka gelisah serta bingung
Kematian lantas kubur kemudian
akan dihimpun
Dirinya dalam golongan tercela atau terpuji
pada peristiwa besar
Hari penghimpunan, sungguh
semua mengetahui
Maka jadikanlah sholat
dan puasa sebagai perisaimu
- Terbenam
dalam perkara mubah dan sibuk dengan urusan dunia, kesenangan serta
kelezatannya, terkuras dalam bisnis demi meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam
sunannya dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Bahwa Nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ سَكَنَ الْبَادِيَةَ جَفَا وَمَنْ اتَّبَعَ الصَّيْدَ غَفَلَ وَمَنْ
أَتَى أبواب السُّلْطَانَ افْتَتَنَ» [أخرجه الترمذي]
"Barangsiapa yang
tinggal dipedalaman dirinya menjadi kasar tabiatnya. Dan barangsiapa mengikuti
buruan dirinya menjadi lalai. Dan siapa yang mendatangi pintu penguasa dirinya
akan terfitnah". HR at-Tirmidzi no: 2256. Dinyatakan shahih oleh
al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/255 no: 1840.
- Terputus dari majelis ilmu serta tidak
menjaga dzikir-dzikir yang syar'i, seperti dzikir pagi dan petang, masuk
dan keluar masjid, ketika masuk dan keluar rumah, dan do'a-do'a lainnya
yang telah disyari'atkan.
Allah ta'ala mengingatkan
kepada kita akan hal itu melalui firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا تَكُن
مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥ ﴾ [ الأعراف: 205]
"Dan sebutlah (nama)
Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk
orang-orang yang lalai". (QS al-A'raaf: 205).
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan:
"Sesuai dengan kadar kelalaian seorang hamba dari berdzikir sejauh itu
pula dirinya semakin jauh dari Allah azza wa jalla".[3]
Dalam kesempatan lain beliau mengatakan:
"Sesungguhnya majelis ilmu adalah majelisnya para malaikat, sedang majelis
yang banyak melalaikan maka itu adalah majelisnya setan. Maka hendaknya sorang
hamba, cerdas didalam memilih mana yang lebih ia sukai dan yang lebih utama,
karena dirinya akan dicatat sebagai golongan kelompok tersebut didunia dan
akhirat".[4]
Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam
musnadnya sebuah hadits dari Yasirah radhiyallahu 'anha, beliau seorang
sahabiyah yang ikut hijrah, dirinya bercerita: "Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada kami:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « عَلَيْكُنَّ بِالتَّهْلِيلِ
وَالتَّسْبِيحِ وَالتَّقْدِيسِ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ
مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ » [أخرجه أحمد]
"Wajib atas kalian
(untuk selalu) bertasbih, bertahlil dan mensucikan Allah, hitunglah dengan
ruas-rusa jari, karena sesungguhnya dirinya akan ditanya dan bisa berbicara
(pada hari kiamat). Dan janganlah kalian menjadi lalai sehingga kalian lupa
terhadap ar-Rahman (Allah)". HR Ahmad 45/35 no: 27089.
- Jarang
mendatangi rumah-rumah Allah dan meninggalkan sholat bersama jama'ah serta
membaca al-Qur'an.
Allah ta'ala mengingatkan hal
itu melalui firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ فِي بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيهَا ٱسۡمُهُۥ
يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ ٣٦ رِجَالٞ لَّا تُلۡهِيهِمۡ تِجَٰرَةٞ
وَلَا بَيۡعٌ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ يَخَافُونَ
يَوۡمٗا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلۡقُلُوبُ وَٱلۡأَبۡصَٰرُ ٣٧ ﴾
[ النور:
36-37]
"Bertasbih kepada Allah
di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya
di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan
oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan
(dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada
suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang". (QS an-Nuur: 36-37).
Dan melalui firmanNya, Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam mencela orang yang menjadikan al-Qur'an berada
dibelakang punggunganya, Allah ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوۡمِي ٱتَّخَذُواْ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ
مَهۡجُورٗا ٣٠﴾ [ الفرقان: 30]
"Berkatalah Rasul:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an itu sesuatu yang
tidak diacuhkan". (QS al-Furqaan: 30).
Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan
oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya serta al-Hakim dalam mustadraknya
dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhum, keduanya
berkata: "Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « من قرأ عشر آيات في ليلة لم يكتب من الغافلين »
[أخرجه الحاكم و ابن خزيمة]
"Barangsiapa membaca
sepuluh ayat dimalam hari maka dirinya tidak tercatat dalam golongan
orang-orang yang lalai". HR Ibnu Khuzaimah 2/181 no: 483. Al-Hakim
2/257 no: 2085. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah
2/245 no: 642.
Maksud hadits diatas yaitu membacanya dalam
sholat malam serta terus melakukannya secara kontinyu dengan membaca al-Qur'an
dalam sholatnya tersebut sampai dirinya tidak menjadi orang-orang yang lalai.
Kesimpulan:
Bahwa siapa pun orangnya yang ingin
selamat dari sifat lalai ini maka hendaknya dia menjauhi faktor-faktor yang
tadi saya sebutkan, kemudian perbanyak dzikir kepada Allah sehingga tercatat
sebagai ahli dzikir, yang banyak berdzikir dan masuk dalam barisan wali-wali
Allah yang tidak merasa takut lagi tidak merasa bersedih.
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi
Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah curahkan kepada Nabi
kita Muhammad, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment