Apakah Seseorang Boleh Memeriksa Rambut Orang Lain?

 Apakah Seseorang Boleh Memeriksa Rambut Orang Lain?

729/952. Dari Anas bin Malik berkata,
كان النبي صلى الله عليه وسلم يدخل على أم حرام بنت ملحان فتطعمه وكانت تحت عبادة بن الصامت فأطعمته وجعلت تفلي رأسه فنام ثم استيقظ يضحك
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengunjungi Ummu Haram binti Malkhan, lalu dia memberinya makan. Ia (Ummu Haram) adalah istri Ubadah bin Shamit, maka Saya memberi makanan dan memeriksa kepalanya (dari kutu), lalu beliau pun tidur, kemudian bangun dan tersenyum."

Shahih, di dalam kitab Shahih Abu Daud (2249-2250). [Bukhari, 56- Kitab Jihad, 3- Bab doa untuk mengharap jihad dan syahadah (mati syahid) bagi laki-laki dan perempuan. Muslim, 33- Kitab Imarah, hadits 160,161,162].


730/953. Dari Qais bin Ashim As-Sa'di berkata,

أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال  :  هذا سيد أهل الوبر فقلت يا رسول الله ما المال الذي ليس علي فيه تبعة من طالب ولا من ضيف فقال رسول الله نعم المال أربعون والكثرة ستون وويل لأصحاب المئين إلا من أعطى الكريمة ومنح الغزيرة ونحر السمينة فأكل وأطعم القانع والمعتر
قلت يا رسول الله ما أكرم هذه الأخلاق لا يحل بواد أنا فيه من كثرة نعمي فقال كيف تصنع بالعطية قلت أعطي البكر وأعطي الناب قال كيف تصنع في المنيحة قال إني لأمنح المائة قال كيف تصنع في الطروقة قال يغدو الناس بحبالهم ولا بوزع رجل من جمل يختطمه فيمسك ما بدا له حتى يكون هو يرده فقال النبي صلى الله عليه وسلم فمالك أحب إليك أم مال مواليك قال مالي قال فإنما لك من مالك ما أكلت فأفنيت أو أعطيت فأمضيت وسائره لمواليك
فقلت لا جرم لئن رجعت لأقلن عددها فلما حضره الموت جمع بنيه فقال يا بني خذوا عني فإنكم لن تأخذوا عن أحد هو أنصح لكم مني لا تنوحوا علي فإن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم ينح عليه وقد سمعت النبي صلى الله عليه وسلم ينهى عن النياحة وكفنوني في ثيابي التي كنت أصلي فيها وسودوا أكابركم فإنكم إذا سودتم أكابركم لم يزل لأبيكم فيكم خليفة وإذا سودتم أصاغركم هان أكابركم على الناس وزهدوا فيكم
وأصلحوا عيشكم فان فيه غنى عن طلب الناس وإياكم والمسألة فإنها آخر كسب المرء
وإذا دفنتموني فسووا علي قبري فإنه كان يكون شيء بيني وبين هذا الحي من بكر بن وائل خماشات فلا آمن سفيها أن يأتي أمرا يدخل عليكم عيبا في دينكم

"Saya datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau berkata, 'Ini dia pemuka penduduk Baduwi.' Saya berkata, 'Ya Rasulullah!, harta (ternak unta) apakah yang tidak ada tanggungjawab dan perhitungan atas Saya dari orang yang menuntut (haknya) maupun para tamu?' Rasulullah bersabda, Sebaik-baik harta (unta ternak) yaitu yang berjumlah empat puluh dan paling banyak enam puluh ekor, maka celakalah yang mempunyai ratusan kecuali yang memberikan ternak yang terbaik, memberikan perahan susu yang banyak dan menyembelih unta yang gemuk. Lalu ia memakannya dan memberi makan kepada orang fakir yang meminta dan yang tidak meminta.' Aku berkata, 'Wahai Rasul! betapa mulia budi akhlak ini ketika ada pada lembah yang Saya tinggal disana.' Beliaupun bertanya, 'Apa yang engkau perbuat dengan suatu pemberian?.' Saya berkata, 'Saya memberikan unta yang masih muda dan yang sudah tumbuh gigi tua.' Beliau berkata, 'Apa yang engkau perbuat dengan unta yang dipinjamkan untuk diambil susunya?' Saya berkata, 'Saya memberikan seratus.' Nabi berkata, 'Apa yang engkau perbuat dengan unta penjantan?’ Saya berkata, 'Orang-orang datang dengan tali ternak dan ia tidak mencegah unta yang diikat dengan tali kendali, lalu dia menahan sebagai gantinya hingga ia mengembalikannya.' Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Mana yang engkau lebih cintai, hartamu atau hamba sahayamu?' [Dia berkata, 'Harta saya']. Nabi bersabda, 'Bagian hartamu adalah apa yang engkau makan dan habiskan atau engkau berikan lalu engkau pergunakan. Sedangkan sisanya semua untuk sahayamu!’ Saya katakan, 'Tidak apa-apa! Kalau Saya kembali akan Saya kurangi jumlahnya'."
Ketika maut menghampirinya, ia mengumpulkan anak-anaknya lalu berkata, "Wahai anak-anak Saya, dengarkanlah nasihat dari Saya. Sesungguhnya kalian tidak akan mendapatkan seseorang yang nasihatnya lebih baik dari nasihat Saya. Janganlah kalian meratapi kepergian Saya, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak diperlakukan demikian. Sungguh Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang ratapan. Kafankanlah Saya dengan pakaian yang Saya pakai untuk shalat, dan hormatilah pembesar-pembesarmu, karena apabila kalian menghormati para pembesar, maka bagi ayahmu masih ada penggantinya. Apabila kalian membesarkan orang-orang yang kecil di antara kalian, maka para pemuka kalian akan terhina di hadapan masyarakat dan mereka tidak menginginkanmu. Perbaikilah tingkat kehidupanmu, karena hal tersebut akan menjauhkanmu dari meminta-minta, serta jauhilah olehmu perihal meminta-minta, karena meminta-minta adalah perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh seseorang. Bila kalian mengubur Saya, maka ratakanlah kuburan Saya. Sungguh ada suatu tindak pelanggaran antara Saya dan antara Bakar bin Wa'il dari kelompok perkampungan ini. Saya tidak merasa aman akan adanya seseorang yang dungu, yang menyelusupkan suatu nada cela dalam agama kalian."

Hasan lighairihi, (Ibnu Hibban dalam Autobiografi Ziyad bin Abi Ziyad, dan juga riwayat Hakim dalam Mustadraknya. (3/612)."1


________________
Saya katakan: Ini suatu titik faidah Takhrij, jarang Muhaqqiq asal menyinggung takhrij semacam ini. Biasanya ia hanya mencukupkan dengan mengatakan "Tidak terdapat dalam Kutubus Sittah", hanya saja faidah yang penting ini menerangkan keadaan sanad yang meriwayatkannya, dan sebenarnya itu adalah dha'if. Demikian juga sanad muallif, tetapi sanadnya lebih baik daripada yang pertama, dan lebih baik lagi sanad Ibnu Abdul Barr dalam At-Tamhid (4/213). Hadits dengan tiga jalan tersebut berkisar pada Hasan Bashri dengan beberapa jalan tersebut menjadi hasan darinya. Itulah yang dinyatakan Al Hafizh pada terjemah Qais bin 'Ashim dalam Al Ishabah setelah ia menisbatkannya pada Ibnu Sa'ad saja, dan Saya menemukannya di situ dari Hasan pada naskah yang dicetak -yang sudah rusak- kecuali dengan Mu'dlal (1/293-294, dan 7/36). Dalam jilid yang baru diterbitkan sebagai pelengkap malah tidak disebut, tetapi Hasan Bashri seorang mudallis namun demikian ia telah menyatakan dengan jelas perihal pemberitaan haditsnya dalam riwayat Hakim. Demikian juga Thabrani (18/39) sekalipun itu dha'if, dan ada juga penggalan dari wasiat ini dari jalan Hakim bin Qais bin Ashim dari bapaknya, diriwayatkan oleh Ahmad (5/61), Ibnu Sa'ad (7/36-37), dan Thabrani (18/339/869) dan terdapat di dalamnya perkataan "Dan bila Saya mati, maka janganlah engkau meraung-raung meratapi Saya, karena Rasulullah shallallahu   'alaihi   wasallam   tidak   pernah   meratap."   Bagian   penggalan   ini diriwayatkan Nasa'i (1/262), dan setelah itu dia berkata, "Diringkas". Saya berkata, "la mengisyarakan bahwa ada redaksi lengkapnya sedangkan dia meringkasnya. Menurut Saya sepertinya yang mengatakan adalah Ibnus-Sunni, "Sesungguhnya perkataan ini tidak disebut dalam As-Sunan Al Kubra. Wallahu a'lam.
Ada jalan riwayat lain tentang wasiat ini pada Hakim (3/610), habrani (nomor 871) dan dalam Al Mu'jam Al Ausath (Li Thabrani) (2/78/2), tetapi terdapat orang yang tertuduh (berdusta).

Tidak ada komentar